***MOMEN yang pernah sangat Lilya impi-impikan terjadi pada hari ini.
Hari dimana ia bisa menyampaikan pidato kelulusannya dengan penuh rasa haru dan juga bangga.
Ternyata sama sekali tidak buruk untuk lulus lebih lambat dari targetnya. Semua tidak melulu soal waktu tapi seberapa besar perjuangan yang telah ditempuh, seberapa banyak cinta dan dukungan yang selalu melingkupinya selama ini.
Lulusan terbaik. Predikat sempurna.
Rasanya seperti mimpi ketika Lilya mengetahui hal itu.
Lilya pernah mengubur mimpinya dalam-dalam sampai akhirnya Adrian memberinya setitik harapan.
"Aku tau jalan kamu nggak akan semudah dulu, tapi aku mau kamu jangan menyerah Ly..., masih aja jalan"
Sejak saat itu Lilya memilih untuk percaya, berjuang seraya mengikuti alur yang ada, yang pada akhirnya mengantarkannya di sini. Tak hanya cita-cita ia juga punya keluarga kecil yang bahagia.
Semesta itu baik, jika kita percaya akan kuasanya.
Lilya mengatur napas, sempat tersenyum seraya menatap Adrian yang duduk di salah satu bangku, dengan Alya dalam pangkuannya. Lelaki itu juga tersenyum kepadanya, membimbing sebelah tangan mungil Alya untuk melambai kepadanya.
Keluarga kecilnya itu adalah segalanya untuk Lilya.
"Alhamdulillah, terima kasih untuk semua pihak yang sudah membantu dan mendukung saya selama ini. Teruntuk dosen pembimbingku, orang tuaku, kakak perempuanku, terutama Mas Adrian dan Alya putriku. Tanpa kalian, aku tidak akan bisa berdiri di sini
Tidak ada jalan sempurna, tidak juga ada pengorbanan tanpa air mata. Selagi kita tetap berusaha dan berani untuk bermimpi, harapan semula jauh perlahan akan menjadi dekat. Hari ini hanya awal untukku dan rekan-rekanku semua, dua, tiga, atau beberapa tahun lagi, ayo kembali bertemu dengan cerita hebat tentang kehidupan masing-masing "
Begitu Lilya turun dan menghampiri keluarganya, ia tidak bisa lagi membendung air mata, terlebih setelah melihat mama dan juga Nala yang sudah lebih dulu menangis.
"Papa dan kami semua bangga dengan kamu Ly" ucap Rendra, lelaki itu mengusap puncak kepala putrinya dengan bangga sebelum akhirnya memeluknya.
"Terima kasih karena kamu sudah jadi salah satu kebanggaan kami, sayang. Putri-putri mama adalah orang yang hebat"
"Iya Ly, you're such amazing. Kakak bangga banget sama kamu"
"Bunanya siapa dulu? Alya..."
Lilya menoleh ke arah Adrian, senyum tulus lelaki itu justru membuat Lilya ingin terus menangis, terlebih saat suaminya itu meraihnya dengan satu tangan.
Keberadaan Alya yang juga digendong Adrian dengan sebelah tangan membuat mereka seolah berbagi pelukan. Pelukan Adrian adalah tempat favorit untuk Lilya dan juga Alya.
"Terima kasih Mas Adrian..." lirih Lilya.
Adrian menciumi puncak kepala Lilya beberapa kali. Sengaja ia berusaha tegar karena tidak mau Lilya dan Alya ikut menangis. Meskipun Alya masih balita tetapi ia peka terhadap orang-orang terdekatnya. Hal itu terbukti dengan Alya yang terlihat gelisah saat melihat Bunanya menangis.
"Aku tidak melakukan apa-apa, kamu yang tangguh dalam berjuang. Aku dan Alya sangat bangga dengan kamu sayang"
"Aku bahagia karena memiliki papa mama, kak Nala, Mas Adrian dan Alya"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝, 𝐌𝐲 𝐄𝐱 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 (TAMAT)
RomanceMungkin kamu akan jatuh cinta dengan kisah mereka, Adrian, Lilya dan Nala. Satu malam telah membawa Adrian masuk ke dalam kehidupan Lilya, begitu juga sebaliknya. Di satu sisi Lilya belum pernah jatuh cinta, selalu memimpikan bagaimana pertemuannya...