***SULIT untuk dipercaya, jika tidak ada satupun obrolan yang tercipta selama hampir dua puluh menit perjalanan. Bahkan saat terjebak macet, hanya suara klakson dan deru kendaraan lain yang didengar Nala.
Abian yang ada di sisinya, masihlah seseorang yang sama. Wajahnya sedatar itu saat pertama kali mereka bertemu, begitu juga dengan gaya pakaiannya yang casual. Kaos hitam, kemeja kotak-kotak yang tidak dikancingkan, jeans dan sepatu, semuanya sudah seperti identitas untuk menggambarkan siapa Abian Mahardika.
Mungkin satu-satunya yang tidak bisa kembali seperti semula adalah perasaan Nala. Sangat sulit baginya untuk mengasingkan Abian lagi di saat lelaki itu sudah masuk ke dalam hidupnya dengan terlampau jauh.
Namun, sekalipun Nala tahu itu sulit, ia harus tetap melakukannya.
Mobil Abian berhenti di depan gerbang rumah Nala.
Nala yang tidak ingin berlama-lama, dengan sigap melepas seat belt-nya dan berpamitan pada Abian."Aku duluan, thanks ya"
"Gue mau ngomong, sebentar"
Ucapan Abian itu berhasil membuat Nala bertahan pada posisi duduknya.Abian tampak meraih sesuatu dari laci mobilnya, mengulurkannya pada Nala, tak lupa seraya tersenyum tipis.
"Undangan pernikahan gue, siapa tahu lo berkenan untuk datang"Undangan itu diterima oleh Nala dengan tangannya yang gemetar. Sekilas, di bawah terangnya lampu mobil Abian, Nala merasa de javu dengan konsep undangan ini. Warnanya persis seperti yang pernah ia pilih untuk dijadikan undangan pernikahannya dengan Adrian.
"Aku pasti datang"
"Semoga kamu bahagia" lanjut Nala, lirih. Menikah dengan gadis sebaik Sheryl memang pantas terjadi dalam hidup Abian. Abian seorang yang berhati tulus, mencintai Alana dengan begitu murni, lelaki itu juga dengan baik hati selalu menemaninya di saat-saat terpuruk, menghapus air matanya dan memberikan pelukan hangat. Nala akan sangat berterima kasih atas itu.
Abian mengangguk, meskipun sejujurnya hatinya terus bertanya-tanya. Bagaimana ia bisa bahagia untuk meninggalkan Nala seorang diri? Bagaimana jika ada lelaki yang mematahkan Nala lagi?
" Apa lo bahagia?"
"Aku pasti ikut bahagia"
"Aku duluan, hati-hati di jalan Bi"
Lagi-lagi hanya anggukan kecil yang bisa diberikan oleh Abian. Ia terus menatap Nala hingga gadis itu kembali menutup pintu gerbang.
Selesai.
Tugasnya untuk menjaga Nala sudah selesai. Kini, ia harus mulai kembali pada hidupnya, seperti sebelum ia mengenal Nala Atmadja.
***
"Ly?"
"Lilya?"
"Sayang?"
Di dalam kamar mandi, Lilya tersenyum kecil. Bukan Lilya tidak mendengarnya, sejak pertama kali Adrian memanggil ia sudah dengar. Namun entahlah, tiba-tiba ia ingin melihat bagaimana air muka Adrian sekarang. Lelaki itu terdengar begitu mencemaskannya.
Begitu Lilya membuka pintu, ia langsung berhadapan dengan Adrian. Lelaki itu menyentuh pipinya untuk memastikan.
"Kamu tidak apa-apa? Jangan kunci pintu kamar mandi lagi Ly, kamu membuatku takut"Lilya tersenyum, Adrian benar-benar mencemaskannya.
"Justru akan mengerikan kalau nggak dikunci kak" cicit Lilya. Jika pintu kamar mandi tidak kunci bagaimana jika Adrian masuk disaat yang tidak tepat?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝, 𝐌𝐲 𝐄𝐱 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 (TAMAT)
RomanceMungkin kamu akan jatuh cinta dengan kisah mereka, Adrian, Lilya dan Nala. Satu malam telah membawa Adrian masuk ke dalam kehidupan Lilya, begitu juga sebaliknya. Di satu sisi Lilya belum pernah jatuh cinta, selalu memimpikan bagaimana pertemuannya...