25. Thank you, Al...

7.4K 503 70
                                    


***

MUNGKIN ini adalah kali pertama Adrian membuka mata di pagi hari, lalu menemukan Lilya yang masih terpejam. Biasanya, Lilya selalu bangun lebih pagi, menyiapkan sarapan dan segala keperluan kerjanya.

Lilya pasti sangat lelah, sehingga tidurnya tampak senyenyak ini.

Adrian tersenyum tipis, diusapnya puncak kepala Lilya beberapa kali. Ia teringat permainan truth or dare mereka kemarin. Terutama soal cinta pertama Lilya dan ciuman  mereka.

Lilya ternyata lebih polos dari yang ia kira. Gadis itu tidak memiliki mantan atau bahkan kekasih, darah daging mereka adalah cinta pertamanya. Al tumbuh di rahim wanita yang tepat, yang tetap mengasihinya dengan sepenuh hati meskipun kehadirannya tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Lalu ciuman mereka. Adrian tidak bisa melupakannya, tidak tahu mengapa setiap kebersamaannya dengan Lilya terasa istimewa, bahkan jika hal itu merupakan sesuatu yang terlalu sederhana. Saling tersenyum misalnya.

"Ly…, kenapa? Kenapa lima tahun lalu aku harus bertemu Nala jika sekarang kamu yang bersamaku? Begitu juga sebaliknya, kenapa semesta membuat kamu harus bersamaku padahal aku sudah memiliki tahun-tahun bersama Nala? Aku nggak mengerti Ly…, sulit sekaligus sakit jika terus-menerus dipikirkan"

"Aku butuh jalan keluar yang terbaik, sekalipun aku tahu, tidak ada keputusan yang benar-benar terasa baik untuk semua orang"

Adrian menghela napas berat. Ia sama sekali tidak menyangka jika akan mencurahkan apa yang selama ini mengganggu benaknya kepada Lilya, sekalipun gadis itu sedang dalam kondisi tertidur. Wajah damai Lilya membuat segalanya lepas dengan begitu saja.

Hati kecilnya percaya, jika Lilya akan mengerti, mendukung apapun keputusan yang ia ambil. Lilya bukan seseorang egois yang hanya memikirkan nasib dan perasaannya sendiri. Dan itulah yang membuat Adrian tidak ingin menyakiti Lilya lebih banyak lagi.

Tubuh Lilya bergerak, pada saat itu Adrian langsung menyingkirkan tangannya dari puncak kepala Lilya.

Lilya tampak mengucek pelan kedua matanya, kaget namun senang saat menjumpai Adrian yang sudah terbangun di sisinya.

"Pagi kak" sapa Lilya. Biasanya mereka saling mengucap selamat pagi ketika bertemu di meja makan. Tapi hari ini, mereka sama-sama masih berada di atas ranjang saat sinar matahari telah menembus celah-celah ventilasi.

Adrian tersenyum hangat. Sejak Lilya selalu tersenyum dan bukannya menangis diam-diam, saat itu hidup Adrian berubah, tak lagi segelap beberapa bulan lalu.

"Pagi, Ly"

"Aku kesiangan ya kak?"

"Nggak papa Ly..., kamu memang butuh banyak istirahat. Jangan khawatir, aku bisa urus keperluanku sendiri kok" ucap Adrian. Lilya terlalu pengertian hingga melupakan jika Adrian telah bertahun-tahun hidup sendiri di apartemen.

"Nggak boleh kak, pokoknya enggak boleh, ya?"

"Terserah Buna" batin Adrian.
Lelaki itu lebih memilih untuk mengelus perut Lilya sebagai ungkapan kegemasannya pada perempuan hamil itu. Entah sejak kapan, Adrian sangat suka bermain dengan Al-nya. Dadanya akan berdebar setiap kali Al meresponsnya dengan pergerakan kecil.

"Good morning Al…"

Sementara Lilya, ia tidak bergerak di tempatnya. Baru membuka mata dan kupu-kupu sudah siap berterbangan dalam perutnya. Hari ini memang istimewa.

***

Bunuh diri. Abian melakukannya menggunakan kedua tangannya sendiri dengan mendaftarkan diri sebagai peserta kompetisi dance bersama Nala.

𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝, 𝐌𝐲 𝐄𝐱 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang