36.b Harapan atas kamu

5.1K 460 84
                                    

Hi, iya ini aku update, bukan revisi apalagi prank 😜

Happy reading ✨

***

MENATAP ke luar jendela, Lilya membiarkan wajahnya terkena sinar matahari pagi.

Di luar sana, udara terasa begitu segar. Begitu juga dengan burung-burung yang berkicau dengan riang.

Namun segalanya tak berarti bagi Lilya. Baginya tidak ada bedanya pagi, siang, sore, atau malam. Semuanya kelam dan terasa memilukan.

Apa kabar suaminya sekarang?
Apa keadaannya sudah semakin baik? Atau justru kian memburuk dari hari kemarin?

Lilya mengelus perut besarnya. Ia rindu bagaimana Adrian mendekatkan kepala untuk mendengar pergerakan atau berbicara kepada Al, bagaimana lelaki itu menatap kagum pada perutnya yang bergerak karena tendangan Al, ciumannya, Lilya merindukan segalanya.

Termasuk melihat senyum itu. Senyum hangat yang dimiliki oleh Adrian.

Sepertinya Al pun juga demikian, ia terus menendang saat Lilya memikirkan Adrian. Hal itu membuat Lilya merasa tersentuh sekaligus sedih.
"Iya sayang, nanti kita ketemu ayah. Al kangen ya?"

"Buna juga..."

Linda yang sejak tadi berdiri di ambang pintu kamar Lilya itu hanya bisa tersenyum tipis.

"Lilya. Sarapan yuk sayang, Mama dan Nala udah siapin makanan dan buah kesukaan kamu"

"Aku mau jenguk Kak Adrian, Ma"

"Iya tapi makan dulu, jangan lupa vitaminnya. Nanti Mama temenin kamu ya?"

Lilya mengangguk, ia perlu bersyukur karena ia dikelilingi orang-orang yang menyayanginya, yang akan selalu bersamanya di kala susah ataupun senang.

***

Lilya melangkahkan kedua kakinya pelan, membawa tubuh lemasnya memasuki ruangan. Ruang rawat intensif milik lelaki itu benar-benar sunyi, hanya ada suara alat medis yang merupakan penanda detakan jantung suaminya.

Meskipun ini bukan kali pertama ia mengunjungi, namun perasaannya tidak berubah, Lilya masih saja takut, sangat takut ketika menjumpai kenyataan bahwa lelaki itu koma, tengah berjuang di antara hidup dan matinya.

Lilya mengambil duduk pada kursi dekat ranjang Adrian, menakup sebelah punggung tangan lelaki itu.

"Kak Rian…."

"I miss you" lirih Lilya
Ia begitu berharap Adrian bisa mendengar suaranya, kerinduannya.

"Gimana keadaan Kak Rian? Kak Rian baik kan?"
Lilya tahu, pertanyaannya ini begitu naif. Dokter mengatakan yang sebaliknya, begitu juga dengan kondisi yang terlihat sekarang. Lelaki itu semakin kurus, dengan kulitnya yang kian bersemu pucat.

Namun meskipun begitu, Lilya ingin Adrian terus kuat, melewati masa-masa kritisnya.

"Kak Rian boleh istirahat, tapi jangan terlalu lama ya Kak? Kak Rian janji harus bangun"

"Sebentar lagi Al akan lahir Kak. Kak Rian mau kan lihat Al, gendong dan cium pipinya Al?" tanya Lilya lagi. Kali ini  dengan setetes air matanya yang lolos. Jika sudah berhubungan dengan Al, ia tidak bisa berpura-pura tegar.

Karena Adrian koma, mereka kehilangan kesempatan untuk membeli perlengkapan bayi bersama, untuk sama-sama melihat wajah mungil Al yang dari foto-foto USG. Lilya masih bisa merelakan meskipun itu berat, tapi jika harus kehilangan Adrian, ia tidak tahu harus bagaimana.

𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝, 𝐌𝐲 𝐄𝐱 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang