***ADRIAN tidak mandi pagi ini. Ia hanya membasuh wajah juga menggosok gigi sebab tubuhnya belum sepenuhnya terasa pulih.
Tulang-tulangnya masih terasa ngilu, begitu juga suhu tubuhnya yang kerap kali masih terasa panas. Adrian juga merasa kedua kakinya gemetar saat menjejaki lantai, namun hari ini bukanlah hari di mana ia bisa berbaring dan menikmati sakit.
Adrian harus melawannya demi menghadiri meeting dengan klien terakhirnya. Satu-satu harapan Adrian untuk mendapatkan modal bagi keberlangsungan usahanya.
Adrian yang sedang memilih kemeja di dalam almari itu menoleh saat mendengar suara pintu dibuka.
Mendapati Lilya yang berdiri di ambang pintu seraya membawa setelan kemeja navy dan celana hitam yang sepertinya baru saja Lilya setrika.
Adrian tersenyum, berjalan menghampiri Lilya. Sejujurnya ia sempat merasa aneh dengan Lilya yang hanya diam di tempatnya, tidak bergerak tidak juga mengatakan sepatah kata.
"Terima kasih Ly, aku akan pakai ini "
Lilya mengangguk cepat. Ya Tuhan, sekarang Adrian tidak menggunakan pakaian apapun kecuali handuk yang meliliti pinggang. Dan entah mengapa melihatnya membuat Lilya merasa nervous, meskipun ia sudah pernah melihat lelaki itu lebih dari ini.
Tak mau berlama-lama dalam situasi ini, Lilya hendak berlalu, namun sayangnya Adrian justru menahan sebelah tangan Lilya, membuat Lilya bisa merasakan telapak tangan Adrian yang masih terasa hangat. Adrian belum sembuh, Lilya bisa merasakan itu.
"Lilya"
Mau tak mau Lilya harus mendongak dan menatap ke arah Adrian. Terkunci dalam tegas bola mata lelaki itu
"Terima kasih untuk semalam"
Lilya tersenyum. Sebenarnya Adrian tidak perlu berterima kasih karena Lilya hanya melakukan apa yang seharusnya.
"Kamu istri yang baik Ly"
Tentu kalimat itu hanya tertahan dalam mulut Adrian. Ia hanya mengusap puncak kepala Lilya sebagai bentuk terima kasihnya.***
Seraya berbaring di sofa, Abian menatap ke arah langit. Saat ini pikirannya tengah berkelana pada peristiwa tempo hari, saat di mana ia memberanikan diri untuk menemui Linda, meminta penjelasan atas segala yang menggaggu benaknya. Perihal Nala, Adrian, dan Lilya.
Abian masih ingat, betapa terkejutnya Linda saat pertama kali mendengar keinginannya, lalu raut wanita itu yang semakin sendu seiring berjalannya waktu.
"Nala dan Adrian itu berpacaran sejak lima tahun lalu, mereka saling mencintai, semua orang bilang mereka pasangan yang sangat serasi"
Untuk pernyataan pertama itu Abian harus setuju. Kamar Nala dipenuhi akan momen sejoli itu yang diabadikan dalam kertas foto, mereka jelas terlihat sangat serasi.
"Adrian lelaki baik, bertanggungjawab, kami percaya dia orang yang tepat untuk membahagiakan Nala"
Aneh, tapi sewaktu mendengarnya Abian merasa iri. Linda memuji Adrian, mengatakan jika lelaki itu pantas untuk mendampingi Nala.
"Mereka sudah bertunangan bahkan memiliki tanggal pernikahan, tapi..."
Semakin aneh. Kali ini Abian merasa ada yang hancur di dalam dadanya. Ia sama sekali tidak menyangka jika Nala dan Adrian akan segera menikah. Pantas saja Nala terlihat sangat peduli kepada Adrian.
"Peristiwa itu terjadi. Adrian yang sedang mabuk terpaksa menjemput Lilya di bandara. Lalu..."
Tidak mungkin. Linda memang tidak mengatakannya secara jelas. Wanita itu tak kuasa menahan tangis, namun walau begitu Abian mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝, 𝐌𝐲 𝐄𝐱 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 (TAMAT)
Lãng mạnMungkin kamu akan jatuh cinta dengan kisah mereka, Adrian, Lilya dan Nala. Satu malam telah membawa Adrian masuk ke dalam kehidupan Lilya, begitu juga sebaliknya. Di satu sisi Lilya belum pernah jatuh cinta, selalu memimpikan bagaimana pertemuannya...