26. Orang yang Sama

6.2K 470 173
                                    

Selamat membaca ✨

***

Lilya tersenyum saat mencium aroma kue karamel buatannya. Masih hangat, Lilya baru saja mengeluarkan dari oven, menyajikannya dalam bentuk potongan di atas piring. Niatnya, Lilya ingin memberikannya pada Adrian sebagai teman minum teh.

Kebetulan saat ini wekeend. Dan entah mengapa Lilya jadi begitu menyukainya. Lilya senang saat Adrian seharian berada apartement, tidak lagi merasa canggung karena harus menghabiskan begitu banyak waktu bersama lelaki itu. Justru, Lilya merasa nyaman hanya karena Adrian ada pada pandangannya. 

Lilya suka saat melihat Adrian yang meminjam meja belajarnya untuk bekerja. Melihat lelaki itu membaca koran atau menonton televisi. Dan yang paling Lilya suka, makan berdua bersama Adrian, karena pada saat itu, mereka bisa saling memperhatikan dari jarak dekat. 

"Kak Adrian?" panggil Lilya setelah ia berada di hadapan Adrian yang tengah duduk di sofa. Adrian yang tadinya sibuk berkutat dengan kamera filmnya itu mendongak, tersenyum saat mendapati rona cerah di wajah Lilya.

"Ya?"

"Aku bikin kue, kak Adrian mau coba?"

"Boleh"

Adrian menggeser posisi duduknya, memberi Lilya ruang. 

Merasa dipersilahkan, Lilya mengambil duduk di sisi Adrian. Adrian memang seperti ini, manis, sebisa mungkin lelaki itu tidak akan membuatnya merasa lelah.

"Wanginya enak Ly" puji Adrian, bahkan sebelum ia meraih potongan kue. Aroma kue buatan Lilya seolah menyebar di udara, membuat Adrian ingin segera sarapan dengan kue buatan Lilya.

"Dicoba ya kak..."

Adrian mengangguk, ia mengambil satu potong, mencobanya.

"Gimana rasanya kak?" tanya Lilya, was-was. Meskipun sebelumnya ia telah berkali-kali membuat kue yang sama, namun tetap saja, Lilya takut kue buatannya bukan selera Adrian.

"Enak"

"Itu kue kesukaan mama kak. Aku sengaja bikin untuk dibawa ke rumah mama. Mama ngundang kita untuk makan malam. Kak Adrian bisa?"

Adrian terdiam, aktivitas mengunyahnya pun turut terhenti.

Mengunjungi rumah keluarga Atmadja berarti akan bertemu dengan penghuninya, termaksuk Nala, seseorang yang sekuat tenaga berusaha ia hindari.

Apa jadinya jika ia bertemu Nala? Apakah Nala akan kecewa lalu melupakannya seperti yang ia mau? Tetapi bagaimana jika segalanya justru berlainan dengan apa yang menjadi kehendaknya?

Adrian tau, ia harus bicara dan bukannya bermain petak umpat, namun berhadapan dengan Nala juga perasaannya tidak pernah mudah, lubuk hatinya yang paling dalam tidak pernah sedikitpun ingin melukai Nala.

"Kalau kak Adrian sibuk, aku bisa pergi sendiri kok kak, nggak apa-apa, mama juga pasti ngerti" ucap Lilya, raut yang  ditunjukkan Adrian menunjukan seolah ada rasa keberatan. Dan jika sudah demikian, Lilya tidak ingin memaksa.

"Aku ikut Ly" putus Adrian. Selain tidak ingin membuat Lilya patah hati dengan melarangnya pergi, ia juga tidak ingin membiarkan Lilya pergi seorang diri. Soal Nala, untuk saat ini Adrian pasrah pada semesta. Toh cepat atau lambat, mereka akan bertemu juga.

Meski terkejut, Lilya kemudian tersenyum.  "Terima kasih ya kak"

Adrian pun mengangguk sebagai jawaban.

"Kak..., nanti boleh mampir ke supermarket? Sebentar aja,  soalnya bahan dapur banyak yang mulai habis.

Pertanyaan Lilya berikutnya itu benar-benar membuat Adrian lupa akan apa yang beberapa detik lalu menjadi beban pikirannya.

𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝, 𝐌𝐲 𝐄𝐱 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang