"Ayo bangun."
Lubi sedikit terusik ia mengerjapkan matanya mengumpulkan kesadaran. Saat terbuka mata Lubi membulat, baju sekolah yang ia kenakan telah terganti. Ia menyilangakan tanganya di dadanya, lalu mentap sekitar yang tak ia kenali. Dimana dirinya?
"Udah bangun?"
Lubi menoleh cepat. "Al, lo ngapain gue?" suara Lubi terdengar parau namun Aldian masih diam membisu.
"Mau kemana hmm?" tanya Aldian dikala melihat Lubi hendak bangun.
"Lo gila!! Lo apain gue Al?! Gue udah kotor 'kan? Gue benci sama lo!" pekik Lubi.
Aldian meletakan teh hangat yang sudah ia buat. Lalu menghampiri Lubi menatap gadis itu lekat. Menyuruhnya untuk berbaring lagi. "Semuanya udah terlanjur."
"A-apa?" tanya Lubi tak percaya.
"Maaf."
"Lo bilang apa?! Gue bukan boneka brengsek, dengan seenaknya lo mainin gue." Tangis Lubi pecah kini dirinya sudah hancur tak ada lagi harapan yang ia harapkan, dan tak ada lagi impian yang ia impikan. Dalam satu hari Aldian merenggut semuanya.
Aldian segera merengkuh Lubi. "E-eh jangan nangis, gue cuma boongan. Baju yang lo pakai bukan gue yang ganti ada pelayan wanita disini. Gue nyuruh dia. Lo masih bersih, gue nggak ngapain-ngapain lo," ujarnya setelah itu Aldian tertawa kencang.
"Ja-jadi gue nggak kotor?" Aldian menggeleng. "Mustahil gue lakuin itu."
"Gue di mana? Kenapa lo bawa gue ke sini?"
"Apartemen gue. Lo pinsan waktu pulang sekolah, keras kepala. Udah gue bilang 'kan tungguin gue kenapa lo ninggalin? Lo tahu tadi hujan."
"Gue gak butuh bantuan lo," balas Lubi dingin. "Sekarang gue mau pulang. "
Lubi mendorong Aldian lalu keluar dari apartemen. Di saat akan membuka pintu, pintu itu di kunci dengan kata sandi. Lubi berdecak kesal, ia memutarkan kepalanya menatap Aldian.
"Gue pengen pulang! Sandinya apa?" tanya Lubi to the point.
"Lo masih sakit, gue gak izinin lo keluar."
"Argggh lo bener udah gila!!" teriak Lubi prustasi.
"Iya, gue gila karena lo!"
Aldian berjalan mendekati Lubi. Menuntunya untuk duduk di sofa.
"Lo masih marah?"Lubi berdehem sebagai jawaban.
Aldian tersenyum teduh. "Gue gak suka sikap yang sekarang, lo bener berubah total. Lo bukan mahkluk barbar yang gue kenal."
"Dan gue gak suka sama sikap lo yang posesif sama gue," sanggah Lubi.
Keduanya saling terdiam.
"Lo laper?" tanya Aldian.
"Nggak, gue pengen pulang."
"Makan dulu setelah itu pulang," putus Aldian.
Aldian berjalan ke arah dapur. Di lihatnya ia akan memasakan sesuatu untuk Lubi. Tanganya begitu lincah mengiris-ngiris bawang, Lubi sedikit ternganga ia saja tidak seperti itu. Benar-benar hampir seperti chef.
Aldian menepuk-nepuk tanganya begitu selesai. Setelah itu ia menghampiri Lubi lalu memberikannya. "Lo harus makan."
"Gak ada racun kan?" tanya Lubi menyelidik.
"Nggak ada."
Lubi menerimanya lalu menyantapnya dengan lahap. Sedangkan Aldian menunggu respon gadis itu bagaimana rasa masakannya. "Gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku pergi (On Going)
Teen FictionBagaimana tanggapanmu berpacaran hanya satu hari lalu putus tanpa ada sebab? Dan bagaimana perasaanmu dikala tahu bahwa itu hanya taruhan saja? ________ "Gue gak mau, gue gak mau kita putus, yang berhak mutusin itu cuma gue. jadi, mau sampai kapanp...