Lubi melangkah dengan lebar. Aura pagi ini sangat berbeda, dingin dan tak bersahabat. Sadar dengan suasana hati Lubi semua murid memberikan jalan untuk Lubi.
Ia mendapatkan kabar jikalau Aldian sedang menembak salah satu adik kelasnya. Lubi yang sedang makan dikantin pun tersedak bukan main dan dengan cepat Lubi berjalan melabrak mereka berdua.
Tak dapat ditemukan Lubi kesal sendiri. Tanganya mengetikan pesan pada Kristal dan Navin menyuruhnya untuk ikut membantu.
"Sialan!!" umpat Lubi. Dengan tatapan menjelajah dan berakhir pada sosok yang sedang ia cari dengan sigap Lubi menghampiri mereka.
"Mulai berani selingkuh dibelakang gue pacar?" Aldian dan adik kelasnya itu menoleh mendapati Lubi yang tengah bersedekap dada.
Lubi melangkah mendekati Aldian sedikit mendorong kasar gadis bername tag wina sehingga ia berada dihadapan Aldian.
"Cara selingkuh lo gak aesthetic Al. Basi!" cibir Lubi.
"Ehh lo siapa ya?" tanya Wina bingung.
"Lo juga siapa?" tanya balik Lubi.
"Dia pacar gue," sela Aldian mewakili Wina.
Kening Lubi berkerut. "Berani ambil punya gue hah?!" lontar Lubi pada Wina.
"Sadar diri dong lo siapa?! Ngaku-ngaku pacar Aldian. Heh! lo kira Aldian nganggep lo pacarnya?" Wina tersenyum miring. "Sama sekali nggak."
Lubi mengkibaskan rambutnya sedikit gerah. Melihat Wina dengan tatapan menyeleksi, lalu smirk.
"Pakaian lo udah gak muat Win? Atau lo gak punya duit? murahan!""Lo nyadar nggak? Yang murahan disini tuh elo!" maki Wina.
Brak!!
Lubi mendorong Wina hingga jatuh tersungkur.
"Lo apa-paan sih?" Protes Wina.
"Ngomong sekali lagi gue beli mulut lo!"
Aldian menarik Lubi menyeretnya untuk menjauh. Dirinya sedang dalam kemarahan apa yang dilakukan Lubi itu tidak benar.
"Lepas Al."
"Lo jaga batasan Bi. Lo udah tunangan kan? Lo juga selingkuh kenapa gue nggak bisa?"
Kali ini Lubi tak mengerti dengan ucapan Aldian. Tunangan? Apa maksudnya.
"Tunangan apa? Gue gak ngerti"
"Lo emang nggak ngerti atau pura-pura nggak ngerti?"
"Gini ya, Al, gue tuh belum tunangan. Apa yang lo katakan itu nggak bener."
"Jangan ngelak."
"Gue nggak ngelak! Gue ngomong jujur." Bela Lubi meninggikan nada bicaranya.
Aldian tersenyum tipis bahkan bisa dibilang sangat tipis.
"Lo gak percaya sama gue? Nih liat jari manis gue masih kosong, kalaupun iya gue tunangan yang pasti calonnya lo!"
Aldian sedikit lega dengan apa yang dituturkan gadis itu, dan untuk saran dari Navin ia masih mencari waktu yang tepat. Aldian masih canggung jika harus mengungkapkan perasaanya terlebih lagi ia selalu menolak mentah-mentah perasaan Lubi.
"Al heyy?"
"Apa?" kaget Aldian.
"Lo cemburu?" tanya Lubi refleks.
"Nggak."
"Hmm masa?"
"Iya."
Lubi pasrah ia memutarkan bola matanya. "Yaudah, kalau gitu gue boleh dong tunangan sama cowok lain?" goda Lubi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku pergi (On Going)
Teen FictionBagaimana tanggapanmu berpacaran hanya satu hari lalu putus tanpa ada sebab? Dan bagaimana perasaanmu dikala tahu bahwa itu hanya taruhan saja? ________ "Gue gak mau, gue gak mau kita putus, yang berhak mutusin itu cuma gue. jadi, mau sampai kapanp...