-/../--./.-

1.2K 146 16
                                    

"Hosh ... Hosh ... Hosh ... yah, telat, " ucap lubi dengan napas tersenggal-senggal.

"Catur sialan, catur bego, awas lo ya bang." Gerutunya sambil mendekati gerbang sekolah.

"Pak, buka gerbangnya pak!!" teriak Lubi yang terus mengkotak-katik kunci gerbang, berharap agar kuncinya bisa terbuka.

"Neng, makanya kalo sekolah bangunya jangan kesiangan dong," ucap pak satpam yang menghampiri Lubi.

"Sekate-kate bapak ngomong ya. Saya tuh bangunya dari subuh pak, saya kesiangan karna jalan kaki emangnya bapak gak liat penampilan saya yang penuh dengan keringat kerja keras. Mending bapak bukain deh, dari pada nih gerbang saya rusakin mau?!" caprak lubi.

"Maaf ya neng, bukanya bapak gak mau bukain tapi ini tuh udah peraturan dari sekolah. Kalo bapak bukain bisa-bisa bapak yang di pecat sama kepala sekolah."

Lama tak membukakan pintu Lubi terus saja merengek, merayu-rayu pak satpam agar membukakan pintu gerbang sekolah. Hingga tak menyadari datangnya sosok pria gentle turun dari mobil mewahnya.

Pria itu tersenyum sinis, sudah ia pastikan rencananya pasti akan berhasil. Dia berjalan mendekati sosok gadis yang sudah menjadi incarannya.

"Pak bukain pintu gerbangnya," ucap dingin pria itu.

"Ohh, baik den."

"Lahhh gak bisa gitu dong pak. Dia juga telat kenapa bapak bukain gerbangnya buat dia, saya laporin beneran loh pak sama kepada sekolah," ancam Lubi tak terima seraya menunjuk-nunjuk kebelakang yang ia juga tak tahu siapa yang sama-sama telat sepertinya.

"Minggir lo."

Lubi memutarkan kepalanya ke belakang dan______sungguh tampan. Itu yang sedang lubi pikirkan sekarang, kulitnya yang putih, tubuhnya yang tegap, hidung mancung, rambut coklatnya dengan gaya berponi dan bibir pinkish berwarna pink alami yang siapapun melihatnya pasti akan terpesona.

Dan Lubi sudah lama mengaguminya. Ia tahu sosok pria ini, ketenaran pria ini memang sudah sampai kesekolahnya yang dulu.

Pria itu berlanjut masuk di tutur oleh Lubi. Namun nihil pintunya dihalang oleh tubuhnya alhasil Lubi tak dapat memasukinya.

"Kunci pak!! Kunci!! " Perintah pria itu.

"Ohh iya den."

"Pak saya pinjem kuncinya, tenang aja nanti saya balikin."

Pria itu tersenyum puas, kita mulai dramanya sekarang.

"Ehhh mau kemana lo, kasih gue kuncinya!!!" gertak Lubi .

"Lo mau kunci gerbang ini?" ucap pria berjaket hitam yang sudah bersandar pada gerbang.

"Eitss ... Tapi ada syaratnya, lo harus jadi pacar gue. Dan...." Pria itu menggantung ucapanya.

"Gue gak nerima penolakan, lo tinggal jawab iya, ok atau fine?" tanyanya.

"Gue gak mimpi kan? Aldian ngajak gue pacaran," batin Alana Archa Lubi.

Yapss pria berjaket hitam itu adalah Aldian cute austrin.

Lubi mengangkat dagunya angkuh dengan bersedekap dada. "Ada tujuan apa anda ingin macari saya?" tanya Lubi sok jual mahal.

Aldian memutarkan bola matanya. Sebenarnya ia juga malas melakukan hal konyol seperti ini, jika bukan karena taruhan mana mungkin ia mau mengajaknya pacaran. Cantik? Iya sih, postur tubuh yang ideal, kulit putih, selalu bergaya modis bak gaya selebgram-selebgram kebanyakan. Namun, gadis ini sama sekali bukan tipenya.

"Ck waktu lo cuma tinggal 5 menit lagi sebelum jam pelajaran di mulai. Lo tau kan orang yang telat hukumanya apa? DISKORS SELAMA 1 MINGGU," ucap aldian yang penuh penegasan pada kalimat terakhirnya.

"Lo juga telat!!"

"Sekolah ini milik nyokap gue, jadi terserah gue."

"Ya tap__"

"Bawel."

"Ehh iya iya gue mau."

Aldian tersenyum puas ia melemparkan kunci gerbang kearah Lubi dan dengan tangkas Lubi berhasil menangkapnya.

"Bagus!" ucap Aldian yang meninggalkan Lubi.

____

"Ok anak-anak buka halaman no 76! Kalian kerjakan soal matematika dari 1-30." Suruh pak Gono.

"Banyak banget Pak," keluh Kristal.

"Cepat kerjakan!! Bapak kasih waktu 20 menit." Perintah pak Gono sekali lagi.

"Enak ya Bapak ngomong, satu no aja saya belum tentu bener Pak gimana mau ngisi sampai no 20, bisa-bisa salah semua," komentar Kristal.

"Waktu tinggal 17 menit lagi." Kata pak gono yang tak memperdulikan Kristal.

"Nasib-nasib."

"Apa kamu bilang!!! "

"Gak, Bapak ganteng." Kristal mengalah.

Kristal mencari ide. Ia memanggil Aldian dan Navin dengan pelan.

Tak dijawab.

"Bangke!!" umpat Kristal.

Kristal mencoba sekali lagi. "woy, no 1-5 jawabannya apa?" tanya Kristal pelan sambil menoel-noel pundak Navin.

Dengan malas Navin mencoba memutarkan kepalanya ke belakang
"Apa kampret?!"

"Nomor sat__"

"Kris, sedang apa kamu?! Jangan bilang kalau kamu mau minta contekan?" ucap pak Gono yang mengetahui rencana kristal.

"Itu bapak tau, kenapa malah nanya?" Kristal berdiri dari bangkunya ia menyimpan tanganya dibelakang seperti orang yang akan melaporkan kasus berat. " Pak, dengan hormat grak saya mewakili 1-10 anak di kelas ini sudah tak mampu lagi untuk mengisi lembaran-lembaran soal matematika. Dengan ini saya minta di beri keringanan dengan cara bapak kasih tau saya jawabannya apa?" ucap kristal panjang kali lebar.

"Enak dikamu susah di saya!!"

"Iya Pak iya."

Pak gono menepuk keningnya pelan, ia sudah tak sanggup lagi menangani anak murid yang satu ini. "Mau kemana kamu? " tanya pak Gono yang melihat Kristal akan pergi.

"Saya bosan Pak, dari tadi yang saya liat bentuk aljabar. Gak sekalian aljeer, aldhomah, altanwin Pak?"

Pak gono menghela napas berat. "Jangan dulu keluar kristal Aldebaran!"

Tong... Tong..

"Tuhh Pak udah, saya mau keluar," ucap kristal berlalu pergi di tuturi 2 sahabatnya. "Ohh ya, jawaban saya nanti nyusul. Saya pergi dulu ya Pak dadah."

Pak gono mengusap dadanya pelan.
Sebenarnya hanya kristal saja yang berani melawannya sedangkan murid yang lain tak ada yang berani. Karena apa? Karena pak gono adalah bapak kandungnya sendiri. Aneh, tapi nyata. banyak orang yang tak percaya.

_____

"Den Kekantin yu!!" ajak lubi yang tak sabar.

"Tumben, ngebet banget," tuding Kimberly.

"Ahh lama ayo!!."

Salam manis dari author

Aku pergi (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang