SO2-O2H-OH- -H-O2-H2O-OH

777 93 18
                                    

Aldian merebahkan tubuhnya di atas sajadah di tuturi Navin. Sedangkan Kristal? Cowok itu masih senantiasa menengadahkan tangannya ke atas.

"Woi kampret!! Lo do'a apa sih? Khusyu banget."

Kristal mendungus kesal, mengaminkan do'a nya lalu mendekati Navin memukul cowok itu dengan kopeah. "Kepo!"

"Oh gue tahu lagi minta otak ya?"

"Gak papa jangan sedih, nanti gue sumbangin otak gue yang cerdas ini ke lo," sambung Navin.

Kristal bergidik ngeri. "Ogah banget, nanti otak suci gue ketularan virus-virus dari elo."

Aldian memejamkan matanya, sarung dan peci masih menempel di tubuhnya.  Hingga matanya membuka lebar setelah Kristal berkata.....

"Al, Lubi nyepam lo ... Tapi dulu. Sekarang nggak ya? Aldian yang malang." Aldian menegakkan tubuhnya mengambil ponsel tersebut, Kristal yang melihat itu menjungjung tinggi ponsel itu sembari membaca pesan-pesan dari Lubi.

"Balikin anjing!"

Kristal berlari kencang, Aldian pun tak tinggal diam ia terus mengejar Kristal. Kesalahan baginya bila tak menyimpan sandi di ponsel itu.

"Rame nih rame, gelut lah gelut," kompor Navin.

"Ikh ngakak eyy hahaha." Kristal terus saja berlari sembari menjatuhkan barang-batang yang ada di sana.

"Balikin atau ponsel lo gue banting?!"

Kristal berhenti di kala Aldian ingin menjatuhkan ponselnya. "Lailahailallah, tega banget lo sama gue Al. Mana ponsel gue kentang, pake kamera aja hasilnya rada pecah."

"Siniin ponsel gue, nanti ponsel lo gue balikin," sambungnya.

"Bareng."

"Oke."

Mereka berdua saling siap siaga. Dalam hitungan ketiga ponsel itu kembali pada pemiliknya. Setelah itu Aldian merebahkan kembali tubuhnya.

"Lo beneran udah putus?" tanya Navin serius.

"Menurut lo?"

"Ya iya udah putus."

"Itu tau," balas Aldian singkat.

"Dah lah mati!" batin Navin.

Navin mengelus dada, sungguh tega sahabatnya itu membalas sesingkat nan padat padanya. Untung tuan rumah, jika tidak akan Navin keluarkan malam-malam dari sini. Jika perlu akan Navin tendang sampai ke Mars.

"Al, mau gue telpon nggak Lubinya? Gue tahu lo pasti mau tahu keaadaan Lubi sekarang, ya 'kan?" tawar Kristal menaik turunkan Alisnya. "Berhubung kalian lagi marahan gue tahu kalau lo yang nelpon pasti di tolak. Jadi, lebih baik lewat handpone
gue."

Aldian nampak berpikir sejenak. Ucapan Kristal ada benarnya juga, jika ia yang menanyakan pasti tak akan di jawab. "Terserah lo."

Setelah itu Kristal mengambil ponsel nya beralih pada room chat nya dengan Lubi. Cowok itu terdiam sebentar, ia lupa jika dirinya tak mempunyai kuota.

"Lah lupa, gue 'kan gak punya kuota." ujarnya di barengi nyengir kuda.

Tak segan-segan Navin menoyor kepala Kristal membuat sang empu mengaduh kesakitan. "Lo ke sini modal apa sih?"

"Modal kaki sama perut. Kaki buat jalan perut buat nampung makanan," jawabnya. "Al, sandi WiFi lo apa?"

"Sini ponsel lo," suruh Aldian. Pria itu mengetikan sandi di ponsel tersebut kemudian mengembalikannya kembali pada Kristal.

Aku pergi (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang