chapter 11

906 100 20
                                    

Lubi berhenti didepan rumah yang berlantai empat,usai mengaitkan helemnya ia langsung melangkah masuk.

"Pagi mang usep, Aldian nya ada mang?" tanya Lubi ia menyenderkan tubuhnya disamping gerbang.

Satpam yang sering disebut mang usep itu mengkerutkan keningnya.

Lubi menghela napas pelan
"Cute nya ada mang?".

Satpam itu mulai paham ia mengangguk tahu
"Ada neng. Kata nyonya neng langsung masuk aja".

"Makasih mang" ucap Lubi ia melangkah masuk mendekati pintu.

Ehh...

"Ni pintu kenapa gak bisa kebuka?". Lubi mulai heran.

"Ayolah pintu kebuka kek buat gue. Gue dobrak tau rasa lo"omel Lubi, ia masih tak menyerah.

"Ahhh ngapain nyuruh masuk kalo pintunya gak bisa kebuka".

"Kenapa neng?" tanya mang usep.

Lubi menoleh "Pintunya gak bisa kebuka mang" ujarnya.

Mang Asep terkekeh "kan pintunya pake sensor muka neng".

Lah...

Lubi mundur selangkah kemudian melihat satu kotak canggih terpampang di dinding.
"Iya juga ya mang . Pantesan dari tadi saya kotak-katik pintunya gak mau kebuka hehehe" kata Lubi cengengesan.

Setelah terbuka ia langsung masuk saja tanpa beban. Lubi tak mendapati keluarga Aldian ia berjalan mengarah ke ruang makan yang sudah ada Intan dan tuan Austrin disana.

"Pagi tante, om". Lubi langsung menyamburkan pelukanya.

"Kamu mau jemput Cute? ".

Lubi tersenyum simpul "Iya tante".

"Langsung ke atas aja. Kalo belum bangun tolong siram pake air".

Lubi menatap ke atas kemudian ia menggeleng.
"Nggak ah tante, takut dibilang fitnah saya suka hilaf kalo ketemu anak tante" kata Lubi menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Nggak papa masuk aja!" Kekeuh Intan.

______

Ceklek....

"Pagi pac___" Senyuman yang ia kembangkan tiba-tiba luntur seketika dikala melihat satu ekor kucing di pangkuan Aldian.

"Huwaaaa... Ku-kucing Al. Pergi jauh-jauh sana!! " jerit Lubi seraya menjauh.

"Apaan sih lo."

"Itu kucingnya gue takut Al."

Aldian menatap Lubi seraya menyeringai tipis

"Lo mau apa?".

Aldian berjalan mendekati Lubi sedangkan Lubi melangkah mundur hingga tubuhnya tersentap ke dinding. Ingin kabur rasanya tak bisa, ingin jerit mulutnya gemetar, ingin nabok tapi kasian juga.

"Lo ma-mau apa? " tanya Lubi gelagapan, kepalanya masih senantiasa menunduk.

Lubi mendongakan kepalanya dan oh astaga__kenapa jarak diantaranya sangat dekat. Susah payah ia menetralkan jantungnya yang entah apa kabar saat ini.

Hei jantung lo baik kan disana? .

"Kalo gue kasih ini ke lo, lo mau gak? Ini pertama kali lo ,kan?" bisik lembut Aldian ke telinga Lubi, keringat dingin terus membasahi pelipis Lubi, suasana ruangan semakin panas meskipun sudah dilengkapi dengan air conditioner tapi bagi Lubi ini malah membuatnya semakin panas.

Aku pergi (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang