34

329 19 14
                                    

Tak terasa hubungan Lubi dan Aldian akan menginjak satu bulan. Mungkin itu hanya biasa, tetapi bagi Aldian ia menganggapnya luar biasa.

"Tarik talinya yang panteng!" teriak Navin. "Itu balonnya ngapain pasang disitu? Jelek banget njir," oceh Navin.

"Berisik! Ngomong mulu lo, yaudah lo aja nih yang pasang," misuh Kristal.

"Sini! Gitu aja gak bisa," kata Navin menarik paksa dari tangan Kristal.

Kini Aldian tengah mempersiapkan aniversary hubungannya. Terlihat lebay memang, bahkan Navin dan Kristal pun berkata seperti itu.

Hanya sebuah kejutan kecil untuk Lubi di pinggir pantai, Aldian mengambil mawar putih di vas yang terletak di sana. Bibirnya melengkung ke atas membentuk senyuman. "Gue sayang lo."

"Lo tenang aja Al, Lubi pasti suka," ujar Kristal menepuk bahu Aldian.

"Thanks."

Semuanya sudah siap, hanya tinggal menunggu Lubi untuk datang. Aldian sedari tadi terus berdiri seperti orang yang tak sabar mendapatkan permen gratis.

"Duduk aja Al," ucap Navin. Aldian menghela napas berat, lantas duduk di dekat mereka.

Kristal melirik jam di handphone nya, sudah lewat lima belas menit Lubi belum terlihat batang hidungnya. Ahhh, mungkin gadis itu terkendala di jalan. Tidak mungkin Lubi tidak datang ke sini, dan tidak mungkin kan jika Lubi lupa.

1 jam kemudian

Perasaan Aldian mulai khawatir, apakah gadis itu benar-benar lupa? Mungkin ia harus menunggu sedikit lagi, ia harus berfikir positif bahwa Lubi pasti akan datang.

2 Jam kemudian

Ini sudah sangat keterlaluan bagi Kristal, ia sudah duduk sangat lama bahkan bokongnya juga terasa sangat panas.

"Gue rasa Lubi gak bakal dateng, Al," ujar Kristal.

"Gak mungkin, dia bukan cewek pelupa atau ngingkarin janji," bantah Aldian.

"Kita nunggu di sini dua jam Al."

"Kalau semisalnya kalian mau pulang silahkan," titah Aldian.

Kristal kembali duduk, tak tega juga jika ia meninggalkan Aldian. Aldian terus menatap ke depan, berharap jika gadis itu akan datang. Matanya terus melirik jam tangan, ia sudah berdiri hampir tiga jam.

5 Jam kemudian

Bukankah itu sudah sangat gila menunggu selama itu? Aldian menghela napas berat, rasa kecewa yang besar pada Lubi. Kakinya melangkah beranjak pergi membuat Kristal dan Navin berlari mengejarnya.

***

Keesokan harinya, Aldian tak dapat menemui Lubi. Biasanya jam segini Lubi sudah datang tepat waktu. Namun, kini tidak. Cowok itu memasuki kelasnya kembali dan berniat ingin berkunjung ke rumah gadis itu.

Namun seseorang memanggilnya, ia membalikan badannya.

"Iya, kenapa?" tanya Aldian begitu orang yang memanggil namanya berada di depan.

"Lo bisa main ke rumah gue? Sama Navin juga. Gak tau kenapa, gue pengen kita sama-sama ngabisin waktu," ujar Kristal.

Aldian menggaruk telinganya bingung. "Kapan-kapan deh, gue ada urusan sebentar."

Kristal mengangguk kecewa. "Yaudah kalau gitu. Gue pulang duluan ya," pamitnya kemudian.

Saat Aldian membalikan badannya lagi, Kristal terlebih dahulu memanggilnya namanya. Cowok itu memegangi Aldian dan meletakkan sesuatu di tangan Aldian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku pergi (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang