O-HO-OH-H2

994 135 14
                                    

Bughh...

Bughh...

Lubi menghajar dua preman sekaligus. Beruntung, Lubi pernah belajar bela diri di SMA nya yang dulu.

Lubi terus saja meninju dan menendang dengan ganas.

Bughh....

Satu pukulan mendarat di sudut bibir Lubi. Gadis itu mengusap bibirnya yang mengeluarkan darah segar.
"Anjirr muka gue rusak!!" teriak Lubi yang balik memukuli preman seraya meluapkan kesedihan, Kekesalan dan kemarahannya itu pada pukulan mautnya. Preman itu sudah jatuh tersungkur ia berlari terbirit-birit meninggalkan Lubi dan wanita tua.

Lubi membersihkan roknya yang kotor dan menghampiri perempuan yang dikepung preman tadi.

"Tan__" Lubi memotong ucapannya ketika perempuan itu memeluk dirinya.

"Kamu gak papa?" tanya perempuan itu.

Lubi tersenyum kecil , ia membalas pelukan Tante itu Sembari merasakan hangatnya dekapan Ibu.
'Jadi ini rasanya di peluk sama ibu'

Wanita itu melepaskan pelukanya, menangkup pipi Lubi meraba-raba bagian mana yang Luka. "Bibir kamu Luka."

"Udah biasa Tante. Tante gapapa? " tanya Lubi.

"Tante gapapa. Makasih udah nolong tante, nama kamu siapa?"

"Nama saya Alana Archa Lubi. Panggil Lubi aja Tante," kata Lubi.

"Kamu mau sekolah?"

"Iya tante."

"Inikan masih jam 6 pagi."

Lubi melirik jam tangannya sekilas. "Ehh iya. Tante mau kemana? Biar Lubi anterin."

"Tante mau pulang, tapi kamu gak keberatan kan?".

"Ya nggak dong Tante. Saya 'kan nganter tante pake motor gak di gendong. Jadi gak mungkin berat," jawab Lubi polos.

Tante itu terkekeh. "Maksud saya, saya gak ngerepotin kamu?".

Sekarang Lubi paham. "Ohh kirain. Gak kok, kan ini masih pagi."

"Ayo tante," ajak Lubi yang sudah menunggangi motornya di susuli tante itu dari belakang. Mereka berdua mengaitkan helem masing-masing.

"Ohh ya, nama Tante siapa?" tanya Lubi.

"Nama tante Intan, kamu sekolah di Nusantara?".

"Kok Tante tau?"

"Seragam kamu sama kaya Cute anak Tante."

Lubi berpikir sejenak nama itu sangat familiar di telinganya .
"Cute? Seperti nama tengah Aldian, " batin Lubi. Lubi menjauhkan pikirannya lalu kembali pokus menyetir.

Intan melihat-lihat apa yang di lewatinya dan tak sengaja ia melihat sebuah rantang berwarna pink yang di cantelkan di motor matic Lubi. "Makanan itu buat siapa?".

"Ohh ini, ini buat pacar saya tante."

"Udah baik, jago bela diri, pinter masak lagi beruntung yang jadi pacar kamu," kata Intan memuji Lubi. Sedangkan yang di puji menggaruk keningnya yang tak gatal.

Mereka berdua sampai di rumah putih berlantai empat, Lubi turun dan mengaitkan helemnya di kaca spion ia sangat takjub melihat rumah milik tante Intan ini.

Intan membuka pintu dengan sensor muka. Lubi geleng-geleng kepala biasanya pintu di buka dengan dorongan tangan namun ini dengan muka.

"Kamu duduk dulu di sofa, Tante mau ngambil p3k di dapur."

Aku pergi (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang