./-./.-/--/-..././.-../.-/...

754 94 9
                                    

Lubi duduk berbaring disofa satu tangannya diangkat mengecek jam berapa. Jika dipikir-pikir Lubi lah yang paling gabut disini, Aldian, Navin, Kimberly dan Dena tengah asyik didunia masing-masing. Satu lagi insan pengingkar janji yang katanya akan makan-makan hari ini justru malah sedang mengajari adiknya. Kristal.

Beberapa kali Kristal mengacak rambutnya prusrasi. Menjadi guru untuk adiknya itu bukanlah perkara yang mudah, butuh kesabaran extra yang harus ia siapkan.

"Jadi, 10-7 itu berapa?"

" .... "

"Gini ya lo punya cabe 10 terus lo makan 7, jadi?"

"Pedes kak!! banyak banget makan cabe tujuh."

"Bego! Goblok! Asu!" rutuk Kristal dalam hati.

"Ganti-ganti, bego banget sih lo!" kata Kristal sambil membuka soal baru. Jika bukan karena emaknya mana mungkin ia mau mengajari adiknya, Emas.

"Soal kedua. Lo punya duit 20.000 dipinjem temen lo 10.000, pertanyaanya berapa duit yang harus temen lo balikin?"

"Gak ada kak?"

"Kok bisa? Gak bisa ngitung lo?"

"Yeuu kakak gak tahu temen aku ya?"
Tangan Kristal geram seperti ingin mencakar adiknya.

"Jawaban adik lo gak ngotak njirr" kata Navin dari jauh dibarengi tawa.

Lubi yang ikut geram bin gemas menghampiri Kristal memintanya untuk menyingkir sebentar. Kristal pun mempersilahkan Lubi, ia sudah angkat tangan untuk mengajari adiknya lagi.

"Sini biar kakak yang ngajar!" pinta Lubi.

"Kakak cantik banget!" Puji bocah usia tujuh tahun. Matanya tak lepas dari Lubi.

"Inget umur woy masih bocah udah paham kaya gituan. Gue yang udah jebrog B aja," cibir Kristal.

"Diem lo Kak kampret!" ucapnya tak terima.

Kampret? Tunggu, dari mana adiknya tahu panggilan itu. Kristal curiga siapa lagi jika bukan Navin yang mengajarinya.

"Gak sopan kumprat kampret siapa yang ngajar?" tanya Kristal sewot.

"Tuh" tunjuk bocah itu pada Navin.
"Kata Kak Navin bagus buat ngehujat lo Kak."

"Kak Navin besok bimbel lagi ya Kak, gak sabar ngehujat lagi akutuh" teriak bocah itu pada Navin.

"Siap," sahut Navin.

Bocah itu memeletkan lidah pada Kristal. Lalu berhenti dan bertanya lagi pada Lubi.
"Kakak pacarnya kak Kristal?"

"Bukan."

"Lah bukan? Terus siapa?" Bocah itu melipat tangannya didada seraya memalingkan wajahnya. Nampaknya ia sedikit kesal tak terima jika Lubi bukan pacar kakaknya. Lubi yang melihatnya gemas sendiri ia mengecup bocah itu tepat dikeningnya.

"Kamu liat cowok yang lagi duduk. Nah, itu pacar kakak . Namanya kak Aldian?" tunjuk Lubi mengarah pada Aldian. Bocah itu mengikuti, kepalanya mengangguk beberapa kali.

"Hmm ganteng sih. Lebih ganteng dia daripada Kak Kristal," ucapnya, detik kemudian bocah itu terbelak. "Jadi, kakak pacaran sama muka tembok?"

Lubi mengerutkan keningnya. "Kok bisa muka tembok?"

"Ya karena kak Aldian itu gak punya ekspresi kak, kadang aku aja susah ngebedain mana muka mana tembok. Datar banget," celoteh bocah itu.

"Gak boleh gitu. By the way nama kamu siapa?" tanya Lubi.

Aku pergi (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang