FRZOVYNA ORYNF

727 86 13
                                    

Kini pertandingan basket segera dimulai, para kaum hawa pun sudah standbye sedari tadi. Mereka menantikan disaat-saat pemain menyugarkan rambutnya, ditambah keringat yang membasahi kaus membuat iman para cewek semakin menipis.

Aldian memasuki lapangan dituturi anak tim-nya, riuh penonton begitu menggema saat most wanted boy menyugarkan rambutnya. Saat-saat inilah yang mereka nantikan.

Kilauan cahaya langsung menerpa wajah Aldian, sehingga ia tak begitu jelas dengan wajah sang kapten. Lawanya kini tengah berjalan menuju ke tengah, saat semakin dekat Aldian membulatkan matanya, ia melirik Navin dengan isyarat bertanya.

"Kan udah gue bilang, dia itu lawan kita. Elo sih, main tau-tau aja!" cibir Navin.

"Gue pikir orang lain," bela Aldian.

Navin memutarkan bola matanya. "Yang terpenting jaga emosi, jangan sampai lo kepancing sama dia," pesan Navin.

Para kapten saling berhadapan di lingkaran tengah untuk melakukan jump ball. Bola dimenangkan oleh Tim lawan, pria itu terus menggiring bola mendekati ring Aldian. Tak membiarkan itu, Aldian mengambil alih bola yang dipegang lawannya.

Aldian melakukan pivot menyelamatkan bola dari jangkauan lawan.

"Gue gak nyangka ternyata lo lawan gue!" ucap pria itu terdengar sangat remeh sembari merebut bola.

Aldian tak mendengarkan, ia terus men-drible bola mendekati ring lawan.

"Gue denger lo suka taruhan?" tanyanya.

Pria itu berhasil merebut, mempertahankan bola dengan cara membelakangi.
"Gimana kalau kita taruhan? Kalau lo menang, lo boleh minta apapun sama gue. Tapi kalau lo kalah cewek kesayangan lo jadi milik gue, gimana?!" tantangnya.

"Jaga mulut lo!! Dia gak terlibat dalam hal ini, jadi jangan bawa-bawa dia!"

Pria itu menyeringai. "Tidak masalah, tanpa taruhan pun cewek itu milik gue,"

Ucapan pria itu sontak membuat Aldian mengepalkan tangannya hendak memukul, namun tak jadi, ketika Navin memperingatinya.

Lubi duduk memberikan semangat pada Aldian, satu poster ia bawa bertuliskan semangat untuk Aldian. Tak hanya sendiri, Dena dan Kimberly pun duduk di sebelahnya.
"Ganteng-ganteng anjir!!!" teriak Dena heboh.

"Aww liat rambutnya naik turun, gemoy duh! " tambah Kimberly.

Lubi mengangkat sudut bibirnya aneh. "B aja. "

Dena dan Kimberly menoleh. "Masa sih? Kapten lawan kita ganteng banget loh. Dari dulu memang lo gak suka sama dia."

"Gak ada sejarahnya adik kakak saling suka," balas Lubi santai, sedangkan Dena dan Kimberly menganga lebar-lebar.

"Dia kakak lo?!"

"Iya."

"Hah? Yang bener?"

"Iya bener, emang lo gak liat tampang muka gue yang suci ini."

Kimberly merubah posisi duduknya seraya bersedekap dada. "Dih, egois. Punya kakak ganteng gak bilang-bilang."

"Terus, gue harus wawarin gitu kalau gue punya kakak?"

"Harus!!" balas Dena.

"Kalau gue tahu Catur Kakak lo, gue bakal main tiap hari ke rumah lo."

"Ngapain?" tanya Lubi tak suka.

"Buat silataruhmi sama camer." Lubi dibuat ingin muntah oleh perkataan sahabatnya.

Buk!!!

Aku pergi (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang