QHN QRYNCNA

533 71 19
                                    


Putar dulu mulmed nya ya!
Enak banget lagunya menurutku



"Pulang dari mana saja kamu?" tanya Sarah dengan mata melotot. "Di rumah banyak pekerjaan. Jadi anak kok gak ada gunanya."

Sarah melanjutkan menyapu yang sempat tertunda. Setelah itu membawa piring kotor ke arah dapur.

Lubi menunduk dalam. Kemudian menghampiri Sarah untuk membantu.

"Ma, tadi Lubi menang loh," serunya dengan mata berbunga-bunga.

"Cepat bereskan, kamu menang atau tidak itu tidak ada gunanya di mata saya."

Lubi tersenyum kecut namun tidak menggoyahkan semangat untuk meluluhkan hati Sarah. "Mmm Bi Dina kemana?"

"Lagi pulang kampung," balas Sarah dingin.

Lubi hanya mengangguk. "Mama mau liat piala Lubi? Pialanya besar banget. Di lemari udah nggak cukup buat nyimpen piala itu."

Sarah menepukan tangannya beberapa kali. "Dari tadi nanya mulu, cepat kerjakan."

"Dan oh ya, tolong masakin buat makan malam nanti. Pasti abangmu lapar."

"Tapi aku juga lapar Ma, pagi tadi Mama nggak ngasih jatah makan," lirih Lubi.

"Syukur-syukur saya masih nampung kamu sama nyekolahin kamu. Kamu masih protes?!"

"Lubi lemes banget Ma, tolong kasih waktu beberapa jam buat Lubi istirahat."

"Kamu bisa istirahat malam nanti," bantah Sarah menandakan tidak mau di debat lalu beranjak pergi dari sana.

Lubi hanya menghela napas pasrah. Memulai pekerjaan yang di perintahkan Sarah.

"Sekalian bersih-bersih rumah! Bi Dina lagi pulang kampung jadi untuk sekarang sampai bi Dina balik, kamu yang mengerjakan semua!" teriak Sarah dari ruang tamu.

Dengan tubuh yang bergetar menahan rasa lapar, gadis itu terus melanjutkan pekerjaannya. Sesekali Lubi memegangi keningnya yang terasa sangat sakit dan hampir saja akan tumbang ke lantai. Tetapi teriakan Sarah berhasil mengejutkanya.

Prang!!

Piring terjatuh dari tangannya. Lubi gelagapan, takut akan amukan Sarah.
Gadis itu segera mengumpulkan sisa-sisa pecahan piring kemudian memasukannya ke dalam keresek hitam.

"Astaga Lubi!" pekik Sarah menjambak rambut putrinya untuk menatapnya.

"Ampun Ma, Lubi nggak sengaja."

"Mama stop lepasin rambut Lubi. Lubi janji nggak bakal ngulangin lagi,"

Sarah menulikan telinganya. Membiarkan Lubi terus memohon untuk minta di lepas. Ia justru menendang Lubi dengan ganas. Di lihat putrinya sudah meringkuk hampir tak sadarkan diri. Sarah membuang napas kasar. "Bisa tidak, kamu nggak bikin ulah Lubi?!" gertak Sarah.

Lubi diam, ia benar-benar lemas. Tubuhnya sudah mati rasa ia tidak perduli lagi dengan rasa sakit tendangan Sarah.

"Kamu udah renggut suami saya lalu sekarang kamu hancurkan kenangannya?" Sarah mencengkram pipi Lubi mengangkat dagu gadis itu. "Kamu tahu? Piring ini adalah kenangan terakhir yang di berikan suami saya."

Setelah itu Sarah menghempaskan wajah Lubi ke samping. Lubi menangis memegangi pipinya yang terasa sangat perih.

"Aku nggak renggut ayah Ma, Aku nggak renggut," teriak Lubi.

Aku pergi (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang