06 : Pindah Kelas

277 61 0
                                    

     Ketika sampai dikamarnya, Naura langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur. Ia lantas memikirkan kejadian tadi di sekolah. Saat asik dalam pikirannya, tiba-tiba ponselnya bergetar, pertanda ada pesan masuk. Lalu, ia meraih ponselnya dan membaca pesan tersebut.

Al
"Hai Ca, gimana tadi MOS-nya? Pasti seru ya kan?"

Naura
     "Hai juga Al. Seru apaan? Yang ada gue kena hukum."

Al
"Hahaha, yang sabar ya Capung. Untung gue gak kena hukuman apapun."

Naura
"Yeh, ketawa si Robot. Awas aja kalau ketemu."

Al
"Cie... yang kangen gue, pengen ketemu ya?"

Naura
"Apaan sih Al, gak jelas banget😀."

Al
"Biarin. Udah dulu ya Ca, gue lagi mau keluar nih."

Naura
"Oke Robot"

     Sehabis chattingan dengan Al, Naura memutuskan untuk mandi. Setelah itu, Naura langsung pergi ke dapur untuk makan bersama keluarganya. Jika semua orang sibuk makan, lain halnya dengan Naura yang hanya mengaduk-aduk makanannya saja. Naura hanya sibuk memikirkan hal yang telah terjadi di sekolah tadi. Karena merasa jengkel, ibu Naura langsung menegurnya "Naura, kenapa makanannya gak di makan sayang?"


     "Lagi gak mood makan, bu." jawab Naura

     "Kamu ada masalah? Kalau ada masalah nanti cerita aja. Tapi sekarang makan dulu, gak baik loh diemin makanan." tutur Ayah Naura

     "Baik, yah." Naura mulai menyantap makanannya

     Setelah makan, keluarga Naura berada di ruang keluarga. Mereka sibuk mendengarkan Fandi yang bercerita tentang hari pertamanya masuk sekolah. Fandi sangat semangat saat bercerita sedangkan, anggota keluarga hanya bisa mendengarkan cerita Fandi. Bahkan, ketika Fandi menceritakan hal lucu yang dia alami tadi, semua anggota keluarga tertawa, kecuali Naura. Ia tampak murung dan hal itu terlihat oleh ayahnya "Naura, kamu kenapa? Kok mukanya dari tadi ditekuk mulu? Kalau ada masalah cerita aja nak."

     "Gakpapa kok yah." Naura berbohong

     "Iya udah kalau gakpapa. Sekarang, coba ceritain gimana hari pertama kamu masuk sekolah, senang gak?" ucap ayah Naura

     Naura mencoba menahan air matanya "Senang dari mana yah? Naura gak suka sama kelas Naura."

     "Loh, kenapa gak suka kak? Om Fandi aja sangat semangat tadi saat menceritakan hari pertamanya masuk sekolah, iya kan om?" celetuk Adik Naura sambil melirik Fandi

     "Betul banget." kata Fandi dengan semangat

     "Memangnya ada masalah apa sayang kok kamu gak suka? Apa ada yang nyakitin kamu?" tanya Ibu Naura

     Naura tampak murung "Enggak kok bu, gak ada yang nyakitin Naura. Tapi, Naura aja yang gak suka sama kelasnya soalnya gak ada satupun teman dari SMP Naura."

     "Kan bisa kenalan sih dek, ribet amat." goda Kakak Naura

     Naura sedikit emosi "Kakak emang gak akan ngerti, mending diem aja sih!"

     "Udah-udah gak usah berantem. Jadi kamu gimana, Ra? Mau pindah kelas lain? Kalau emang mau pindah ke kelas lain nanti ayah minta tolong sama Bu Nia, tetangga kita. Dia kan ngajar di SMA kamu sama Fandi." ucap ayah Naura

     Harapan Naura tiba-tiba muncul kembali "Emang bisa yah? Kalau emang bisa, aku pengen pindah dong yah."

     "Ayah belum tau juga kalau masalah bisa apa gak-nya nak. Nanti ayah tanyakan dulu sama Bu Nia ya. Semoga saja masih bisa." balas Ayah Naura

     Naura memeluk ayahnya "Iya yah, makasih."

     "Emang lo mau pindah ke kelas mana Ra? Mending pindah ke kelas gue aja biar kita bisa bareng, iya kan?" saran Fandi sambil menggerak-gerakkan alisnya.

     "Emang kelas lo ada siapa aja? Ada teman yang gue kenal gak?" tanya Naura

    "Ada dong, Uril." jawab Fandi

     "Iya udah aku pengen sekelas sama Fandi aja yah." ucap Naura pada ayahnya

     "Iya udah terserah kamu, yang penting gak usah sedih lagi." ujar ayah Naura

     "Siap ayah tersayangku." Naura menaruh tangannya di pelipisnya seperti memberi hormat

     Semua anggota keluarga yang ada ditempat itu pun ikut tersemyum menyaksikan sikap Naura yang begitu manja pada ayahnya.

***

     Pagi telah datang, Naura dengan semangat buru-buru ingin berangkat ke sekolah. Ia bahkan hampir saja melupakan saparan. Untung saja ibunya selalu sigap untuk mengingatkan Fandi dan Naura agar selalu sarapan sebelum berangkat sekolah.

     Alasan yang membuat Naura begitu semangat ialah berita dari ayahnya yang mengatakan jika Naura bisa pindah kelas. Ayah Naura sebelumnya sudah mendatangi rumah Bu Nia untuk meminta tolong. Bu Nia bersedia membantu karena memang masih awal MOS dan pelajaran masih belum dimulai.

     Setelah selesai sarapan, Naura dan Fandi pamit untuk berangkat ke sekolah. Seperti biasa, mereka menaiki angkot. Di dalam angkot, Naura tidak bosan untuk selalu tersenyum. Fandi yang melihatnya jadi jengkel "Biasa aja kali Ra, gak usah senyum-senyum kayak orang gila."

     "Gakpapa kali Fan, gue lagi seneng nih." balas Naura

     "Senang gak harus senyum mulu kan, nanti kesambet loh."

     "Biarin wekk." Naura mengulurkan lidahnya

     Fandi yang mendengar jawaban Naura hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah hampir sepuluh menit, mereka tibalah di sekolah. Mereka masuk ke kelas masing-masing. Ketika berada di kelas, Naura khawatir mengapa dirinya tidak segera dipanggil untuk pindah kelas. Namun tak lama kemudian, seorang guru bersama satu siswi masuk ke dalam kelas Naura "Assalamualaikum."

     "Walaikumsalam." jawab murid serempak

     "Saya minta waktunya sebentar, siapa disini yang bernama Naura Anandita?"

     Naura yang mendengar namanya dipanggil, langsung mengacungkan tangannya seraya berkata "Saya pak."

     "Baiklah, kamu sekarang ikut saya untuk pindah kelas. Jangan lupa bawa tasmu dan semua barang-barangmu." ucap guru itu

     "Dan buat kamu, silahkan kamu duduk dibangku Naura tadi. Sskarang, kelas ini akan jadi kelas kamu." lanjut guru tersebut kepada siswi yang tadi masuk bersamanya

     "Baik bapak." balas siswi itu

     "Baiklah semuanya, terima kasih atas waktunya. Saya permisi dulu, wassalamualaikum." guru tersebut kemudian beranjak keluar bersama Naura

     Setelah berjalan beberapa langkah, Naura tiba di kelas X-IPS 2 yang merupakan kelas Fandi. Kemudian, Nuara dipersilahkan masuk oleh guru tadi. Untuk selanjutnya, guru itu menyerahkan semuanya pada para osis yang menjaga kelas itu.

     "Silahkan kamu memperkenalkan diri terlebih dahulu ya dek." ujar salah satu osis

     "Baik kak. Hallo semuanya, nama aku Naura Anandita. Kalian bisa panggil aku Naura. Terima kasih." kata Naura

     "Sudah kak." lanjut Naura pada kakak osisnya

     "Oke, sekarang kamu boleh duduk." ujar osis lainnya

     Mendengar perkataan barusan, Naura langsung menoleh ke sumber suara tersebut. Ia baru sadar akan keberadaan orang tersebut karena memang tadi dia tidak terlalu memperhatikannya. Ketika melihatnya, Naura tiba-tiba bergumam dalam hati "Siapa dia?"

To be continued...

ALFARIS (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang