"Gue suka sama seseorang, Ra."
Naura tak menyangka jika Rama akqn menceritakan hal sepentung ini. Ia tersenyum dan menggoda Rama "Ciee... siapa tuh?"
Rama hanya diam tak menjawab pertanyaan Naura.
"Oke, kalau lo gak mau jawab biar gue tebak." Naura mencoba berpikir "Yuni, ya?" lanjutnya
Rama hanya menggeleng, pertanda tebakan Naura salah.
"Alah... ngaku aja Ram, lo kan deket banget sama Yuni. Pasti dia kan yang lo suka? Jujur aja kali, gue bisa jaga rahasia kok." Naura menaik-turunkan alisnya
Ekspresi Rama terlihat serius "Gue beneran Ra, emang bukan Yuni."
"Oke-oke, gue percaya. Biar gue tebak lagi. Emmm...Wati, ya?"
Rama kembali menggeleng. Kemudian Naura mulai menyebut nama-nama teman perempuan dikelasnya. Namun nihil, Rama tetap saja menggeleng. Hal ini membuat Naura jengkel dan mulai menyerah untuk menebak "Tau ah Ram, capek gue nebak terus. Terserah lo aja deh."
"Elo." ucap Rama tiba-tiba
Naura membulatkan matanya karena kaget. Ia lantas menunjuk dirinya sendiri "Hah? Gue?"
Rama menjawab dengan anggukan.
Naura tertawa datar. Ia masih tak percaya dengan ucapan Raka "Hahaha, lo pasti bercanda kan? Gak lucu tau."
"Beneran Ra, gue suka sama lo."
Naura terdiam, seakan tak percaya dengan ucapan Rama. Sedangkan, Rama mencoba meraih tangan Naura. Namun, tiba-tiba Yanto datang menghampiri mereka sehingga, Rama tidak jadi meraih tangan Naura.
"Naura, ayo kesana kita main. Pokoknya gue gak mau tau, lo harus ikut main." Yanto menarik tangan Naura agar ikut bersamanya.
"Sial, kenapa Yanto harus datang disaat seperti ini? Dasar pengganggu." gumam Rama dalam hati
Naura yang tidak ada pilihan lain, hanya bisa pasrah mengikuti Yanto "Untung ada lo, To. Kalau aja lo gak datang, gue udah bingung mau jawab apa ke Rama." batinnya
Tidak tau kenapa Naura selalu merasa tak tega pada orang yang menyukainya. Ia selalu saja merasa bersalah jika ia harus menolak orang itu. Ia takut akan menyakiti hati orang itu ketika ia menolak. Namun ia juga tak bisa egois untuk memberi harapan palsu padanya. Apa cinta serumit ini? Kenapa bisa kita mencintai seseorang yang tak bisa membalas perasaan kita? Bukankah, perasaan itu akan membuat kita menderita? Cinta yang seharusnya memberi kehangatan bagi diri kita justru menjadi penyebab bekunya hati seseorang.
***
Ketika jam masuk sudah berbunyi, Rama seringkali menghampiri Naura untuk menanyakan pertanyaannya tadi. Naura langsung saja menolak Rama secara halus agar Rama tak terlalu tersinggung. Hal ini Naura lakukan karena ia tak ingin Rama lebih menaruh harapan padanya yang nantinya akan membuatnya semakin kecewa.
Ketika bel pulang berbunyi, Naura segera memasukkan buku-bukanya ke dalam tasnya.
"Ra, lo bisa pulang sendiri kan? Gue soalnya masih..." ucap Fandi menghampiri Naura
Naura memotong ucapan Fandi. Ia sudah tau apa yang akan dikatakan Fandi "Iya, lo mau main futsal sama anak kelas kan?"
"Hehe... tau aja lo, Ra. Lo pulang duluan aja gakpapa kan? Soalnya takut lama kalau nungguin gue selesai main." Fandi tersenyum
Naura cengengesan "Iya-iya, gue pulang duluan. Tapi, minta ongkos dong." ia menyodorkan tangan kanannya di hadapan Fandi
"Idihh.... apa-apaan lo, Ra? Gue gak punya uang lagi. Uang gue cuma cukup buat ongkos pulang sama sumbangan bayar tempat futsal. Lain kali aja ya Ca... capung." Fandi menggoda Naura dengan panggilan sayang Al padanya
"Apaan sih Fan lo manggil gue kayak gitu. Gak boleh ada yang manggil gue dengan sebutan itu kecuali Al." Naura cemburut dan sedih
Fandi mencubit hidung Naura. Ia sadar jika dirinya salah bicara "Iya-iya, maaf. Udah dong gak usah sedih lagi."
Naura melepaskan tangan Fandi dari hidungnya "Aww... udah sana lo pergi."
Fandi tersenyum "Iya-iya Naura, lo hati-hati ya. Awas, langsung pulang jangan mampir kemana-mana."
"Iya, bawel."
Fandi pergi dan tak lama Naura juga turut berjalan pulang. Ketika hampir sampai di gerbang sekolah, Naura melihat Rani dan dua temannya berada didepannya dan sedang memandanginya "Malas banget gue ketemu nenek sihir ini." batinnya
"Ehh... cewek sok polos." panggil Rani kepada Naura
Naura berusaha tidak menghiraukan mereka karena malas untuk berdebat. Ia lebih memilih untuk tetap berjalan melewati mereka. Namun, Rani yang merasa diabaikan langsung menghadang didepan Naura "Mau kemana lo? Gak dengar kalau gue lagi manggil lo?"
Naura pura-pura melihat ke arah kanan dan kiri seperti mencari seseorang "Emang lo bicara sama gue?"
"Wah kurang ajar dia, Ran." celetuk salah satu teman Rani
"Tau tuh Ran, dasar sok polos." timbal teman Rani satunya
Naura sudah malas menghadapi Rani beserta dua dayangnya itu "Emmm... iya-iya terserah kalian. Minggir deh, gue pengen lewat."
"Eh tunggu, gue peringatkan sama lo ya Naura, jangan coba-coba lo deketin Al lagi. Ingat ya lo udah jadi MANTAN dan lo sekarang bukan siapa-siapanya Al lagi." Rani menekankan kata mantan
Naura yang tak mau kalah sama Rani "Dihh... siapa lo? Lo aja bukan siapa-siapanya Al, kok berani larang-larang gue sih?"
"Asal lo tau, gue ini calon pacarnya Al." Rani begitu percaya diri mengatakan kalimat ini
Naura justru tertawa "Hahaha... percaya diri banget lo. Emangnya Al mau pacaran sama lo? Dan lo ingat ya, gue bakal senang jika Al bahagia sama Kayla. Tapi, gue gak akan biarin Al sama lo nenek sihir yang licik."
"Hahaha.... lo bilang gue licik? Terus lo apa yang selingkuhin cowok sebaik dan setampan Al, hah? BUSUK?"
Naura sedikit emosi, bisa-bisanya Rani sok tau tentang dirinya "Jaga ucapan lo ya. Lo itu gak tau apa-apa tentang gue jadi, jangan sok tau."
Ketika mereka masih asik berdebat, tiba-tiba Al datang melihat mereka yang tampak ribut "Kalian ngapain sih ribut disini? Mending di tempat lain aja, gak usah halangin orang mau lewat."
Al sebenarnya senang melihat Naura secara diam-diam. Kalau boleh dia jujur, dia sangat merindukan sosok Naura. Senyumnya, cemberutnya, periangnya, ahhh, semuanya tentang Naura ia rindu. Namun, ia harus tetap sadar bahwa Naura sekarang bukanlah miliknya dan Naura sudah mencintai orang lain yaitu Luki.
Rani mendekati Al "Kita gak lagi ribut kok Al, cuma Naura nyuruh gue buat jauhin lo. Gue dan teman gue cuma membela diri karena bagaimanapun gue gak bisa jauhin lo karena lo teman gue. Gue udah coba bicara baik-baik pada dia tapi dia gak terima gitu."
"Benaran, Ra?" tanya Al. Sebenarnya Al tak percaya dengan ucapan Rani. Ia hanya ingin mendengar Naura berbicara padanya.
"Terserah. Jika gue jelasin, lo juga gak akan percaya. Ahh....tapi, ada benarnya juga ucapannya Al. Mending lo jauhin nenek sihir yang licik ini deh. Gak baik buat lo. Bisa-bisa lo disihir jadi biawak sama dia." kesal Naura menunjuk Rani
Al mulai kesal ketika mendengar Naura berbicara ketus padanya "Terserah gue juga dong mau dekat sama siapapun. Mau dia licik atau gimana pun itu. Yang gue pikir baik aja bisa ngerusak kepercayaan gue dengan cara selingkuhin gue."
"Gue emang bukan orang yang baik buat lo, Al. Gue minta maaf untuk itu. Tapi setidaknya, gue benar-benar pengen lihat lo bahagia bersama orang lain, seperti Kayla misalnya. Tapi, kalau lo gak mau, terserah." Naura berlalu pergi meninggalkan mereka.
"Lo bilang membiarkan gue bersama orang lain akan membuat gue bahagia, namun nyatanya kebahagiaan gue telah tertinggal bersama lo, Ca." gumam Al dalam hati.
To be continued...

KAMU SEDANG MEMBACA
ALFARIS (SELESAI)
Fiksi Remaja"Al itu seperti hujan, dingin. Namun, hujan tak selamanya memberi kedinginan. Ia juga bisa memberi sebuah kehidupan baru bagi bunga yang layu." ~Naura Anandita Naura adalah gadis yang sulit untuk jatuh cinta. Sekalinya jatuh cinta, ia jatuh cinta pa...