29 : Kebenaran

178 18 0
                                    

Naura dan Luki pun kembali duduk dan bergabung bersama teman-teman SMP mereka. Mereka banyak membicarakan hal-hal yang terjadi pada saat SMP. Memang seru kalau kita membahas atau mengingat kembali masa lalu.

"Ra, lo jadian ya sama Luki? Kok bisa sama dia sih, kenapa bukan Al aja?" tanya Ari kepo

"Apaan sih lo Ri, Naura sama Luki gak jadian tau." sambar Uril. Memang, Uril tau masalah Naura.

Ari bingung "Tapi, kok gue dengar mereka datang bareng?"

"Emang, kalau datang bareng artinya pacaran ya?" tanya Naura heran

"Gak juga sih." Ari mengangguk-anggukkan kepalanya "Oh iya Ra, lo lagi gak baik ya sama Al?" prediksinya

"Enggak kok, baik." Naura berbohong

"Kalau baik, kok kalian gak bareng? Biasanya kan, kalian seperti sepasang sandal jepit, selalu berdua dan berdampingan, cielah bahasa gue." Ari merasa risih akan perkataannya sendiri

Uril tertawa "Apaan sih Ri, lo yang bilang kok lo juga yang jijik."

Naura setuju dengan ucapan Uril "Tau lo Ri, kebiasaan lawak lo belum berubah dari SMP."

"Kalau hidup gak ada lawakan bakal hambar dan monoton Ra." bela Ari

"Iya-iya terserah lo, Ri." Naura mengalah "Ngomong-ngomong, gimana suasana di sekolah lo? Enak gak?"

Ari memang bersekolah di SMA yang berbeda dengan Naura dan Uril. Namun sekolah Ari masih berlokasi di kota itu juga, bukan di luar kota "Ya begitulah, Ra. Dimana pun gue sekolah pasti suasananya jadi asri gitu, hehe. Tapi ya, kurang gimana gitu kalau gak ada Uril, dia kan gadis paling cantik di hati gue, eak... eak."

Pipi Uril seketika memerah mendengar perkataan Ari. Sejak lama, Uril menyimpan perasaan terhadap Ari. Menurutnya, Ari sosok yang lucu dan bisa membuatnya tersenyum setiap berbicaranya padanya.

"Cie... pipi lo merah, Ril. Tanggung jawab lo, Ri." goda Naura

Uril berusaha menghentikan Naura agar tak menggodanya lagi. Ia sungguh merasa tersipu "Apaan sih Ra, diem."

"Tenang aja Ra, bakal tanggung jawab kok gue, hehe." timbal Ari

Di tengah perbincangan mereka, Naura tiba-tiba menunduk untuk mengambil tasnya yang tak sengaja jatuh. Ketika hendak mendongak, kepala Naura hampir saja membentur pinggir meja. Untung saja, ada sebuah tangan yang sengaja memegang ujung meja itu, sehingga Naura hanya terbentur pada tangan tersebut. Naura menoleh ke arah pemilik tangan itu yang tak lain adalah Al "Makasih, Al."

Al hanya membalas perkataan Naura dengan senyuman kaku. Ia masih kesal karena Naura datang dengan Luki. Al berpikiran bahwa Naura memang berpacaran dengan Luki.

***

Al sedang menghampiri Azila yang sedang asik bermain. Ia duduk disamping adiknya itu. Sesekali, ia akan mencubit pipi Azila karena terlalu gemas

"Abang, beliin Azila es krim dong." rengek Azila

Mama Al tak memperbolehkan Azila memakan es krim. Azila sudah cukup sering memakan es krim "Gak boleh, Azil. Nanti gigi kamu rusak kalau kebanyakan makan es krim."

Azila cemberut mendengar perkataan mamanya. Ia sudah menyangka jika ia merengek ingin membeli es krim pasti mamanya akan melarang.

"Tenang aja, nanti kakak beliin Azil es krim yang banyak kok." bisik Al pada Azila. Ia tak tega membiarkan adik kesayangannya sedih.

Azila sangat bahagia hingga memeluk kakaknya itu.

"Al, ngomong-ngomong hubungan kamu sama Kayla gimana? Ada perkembangan gak?" tanya Mama Al

Al heran "Maksud mama?"

"Ya, maksud mama kamu udah jadian belum sama Kayla?"

"Apaan sih ma, aku sama Kayla gak bakal jadian karena aku udah nganggep dia itu adik aku sendiri."

"Apa? Jadi, kamu gak cinta sama Kayla?"

"Enggak lah, ma."

Mama Al begitu bingung dengam pikiran anak lelakinya itu "Kenapa Al? Kayla kan cantik."

"Emang Kayla cantik ma. Tapi, Al gak cinta sama Kayla dan udah nganggep dia adik Al."

"Terus kalau kamu gak cinta sama Kayla, kamu cintanya sama siapa? Masak gak ada cewek yang kamu cinta, Al?"

"Ada ma." jawab Al lirih

Mama Al yang semula agak sedih langsung menatap Al dengan perasaan senang "Siapa Al? Kenapa gak kamu pacarin aja dia."

"Udah pernah pacaran berbulan-bulan ma. Tapi, tiba-tiba dia putusin Al dua hari sebelum ulang tahun mama."

"Kenapa kamu gak cerita sama mama?"

"Al cuma mau ngasih tau mama saat hari ulang tahun mama, buat kejutan aja. Tapi ya gitu, Al diputusin duluan sama dia."

Mama Al tampak antusias "Siapa Al? Cantik banget pasti ya?"

"Naura, ma." lirih Al

Mama Al kaget bukan kepalang "Naura? Kamu beneran, Al?"

"Hmm... benaran, ma."

"Astaga, kenapa kamu gak bilang dari awal kalau kamu sama Naura pacaran, Al? Pantes aja Naura putusin kamu, kan mama yang minta bantuin dia buat deketin kamu sama Kayla."

"Apa? Jadi, mama alasannya. Kenapa mama lakuin ini semua, ma?" Al tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Mamanya itu

"Mama minta maaf sayang, mama gak tau. Kamu juga gak cerita dari awal. Kalau kamu cerita dari awal, mama gak akan lakuin itu semua. Mama setuju banget kok kalau kamu sama Naura. Mama juga merasa bersalah banget sama Naura, Al." Mama Al merasa bersalah

Al mengambil jaketnya "Ma, Al mau pergi dulu ya."

"Mau kemana kamu, Al?" Mama Al bingung

"Mau nemuin Naura dulu, ma. Wassalamualaikum." Al mencium tangan mamanya

"Abang, Azil ikut." celetuk Azila

"Gak usah ya sayang, nanti kakak janji pulangnya beliin Azil es krim. Kakak pergi dulu, dah." Al pergi sesudah mencubit kedua pipi Azila

Di sisi lain, Naura baru saja memasuki kamarnya setelah tadi selesai makan. Ia mendengar handphonenya berbunyi namun ia hiraukan. Ia lebih memilih untuk masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah beberapa saat, Naura selesai mandi dan barulah ia melihat handphonenya. Ia begitu terkejut ketika melihat banyak panggilan tak terjawab dari Al. Ketika hendak menelpon balik Al, Al sudah terlebih dahulu menelponnya lagi. Naura pun mengangkat telpon dari Al "Halo, Al."

"Kemana aja Ca, kok baru diangkat?" suara Al dari seberang sana

"Gue baru selesai mandi Al, kenapa?"

"Gue ada di taman dekat rumah lo. Lo sekarang kesini ya, gue tungguin."

"Mau ngapain, Al?"

"Udah lo kesini aja dulu. Nanti gue jelasin semuanya disini."

Walaupun, agak bingung dengan sikap Al, Naura tetap menuruti permintaan Al untuk menemuinya di taman dekat rumahnya. Ia menguncir rambut panjangnya dan bergegas keluar dari rumah untuk menuju taman. Dilihatnya, Al sedang duduk di sebuah bangku yang ada di tengah-tengah taman itu. Seperti biasa, ia memakai jaket kesayangannya yang berwarna maroon. Naura berjalan mendekati Al "Al, ada apa?"

Al menoleh ke arah belakang, dimana Naura sedang berdiri dengan memakai celana levis dan hoodie berwarna biru. Al menghampiri Naura dan langsung memeluknya.

Naura berdiri mematung ketika Al tiba-tiba memeluknya. Ia bingung atas perlakuan Al "Sebenarnya ada apa, Al?"

To be continued...

ALFARIS (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang