"Kita ngomong disitu aja ya, Ca." ajak Al menunjuk tempat duduk yang ada di seberang mereka
Naura tidak bergeming, ia hanya mengikuti langkah Al menuju tempat duduk. Sebenarnya, ia masih tak ingin bertemu dengan Al karena rasa kesalnya masih ada.
"Gue minta maaf sama lo Ca karena kemarin udah kelewatan." Al benar-benar tulus mengucapkannya
"Hmm." Naura terlihat acuh tak acuh
Al memegang tangan Naura "Beneran Ca, gue minta maaf. Gue sadar kalau gue salah. Seharusnya, gue percaya sama lo. Maafin gue ya, Ca."
"Udah lah Al, lo jangan sok baik lagi sama gue. Lebih baik lo gak usah temenan sama gue lagi. Seperti yang lo bilang, gue ini jahat." Naura berusaha melepaskan tangannya, namun nihil karena Al memegangnya sangat erat
"Lo, beneran gak mau temenan lagi sama gue? Gue kan udah minta maaf, Ca. Gue harus gimana lagi supaya lo gak marah lagi? Apa gue harus benar-benar jauhin lo?"
Air mata Naura jatuh ketika Al bilang demikian "Sana pergi yang jauh sekalian. Lo, emang gak pernah peduli sama gue, Al. Bahkan, lo lebih percaya sama teman baru lo itu dibanding gue." Naura meneteskan air matanya
"Udah Ca, jangan nangis. Lo tau gak? Gue benar-benar jadi manusia rendah saat buat lo nangis. Percayalah, sesungguhnya gue lebih menangis saat lihat lo nangis." Al menghapus air mata Naura
Naura menepis tangan Al dari pipinya "Lo juga ngapain akhir-akhir ini cuekin gue? Kalau gue ada salah seharusnya, lo bilang bukan malah diam terus menghindar. Gue takut kehilangan lo, Al. Gue cinta sama lo."
Senyum mengembang, terlukis di bibir Al ketika mendengar perkataan Naura barusan "Lo beneran cinta sama gue, Ca?"
Naura baru sadar jika dia sudah menyatakan perasaannya pada Al. Seketika ia menunduk "Maafin gue, Al. Gue gak bermaksud ngekhianatin persahabatan kita. Gue benar-benar gak tau kapan perasaan ini ada. Tapi, lo tenang aja, gue bakal berusaha mengubur perasaan ini asalkan lo jangan membenci gue ya, Al."
"Udah gak usah nunduk gitu kali, Ca. Asal lo tau, gue juga cinta sama lo dari dulu banget malah."
"Gue tau lo pasti bohong kan? Udah Al, lo gak perlu kasihan sama gue. Gue beneran gakpapa kok." ujar Naura yang masih setia menunduk
Al mengangkat dagu Naura agar melihatnya "Gue beneran, Ca. Dari dulu gue emang udah cinta sama lo. Tapi, gue ragu buat jujur. Gue takut lo nolak gue dan persahabatan kita bakal rusak."
"Ca, lo mau kan jadi pacar gue?" lanjut Al
Naura hanya menganggukkan kepalanya. Al yang melihatnya begitu senang. Kemudian, ia menggenggam erat tangan Naura. Sejenak suasana menjadi canggung. Namun tak berapa lama, Al mulai berbicara kembali "Ca, mungkin untuk saat ini tak ada janji yang terlintas dipikiranku untukmu. Namun selama kamu bersamaku, aku akan berusaha membuatmu selalu aman."
Naura tersenyum menatap Al "Makasih, Al."
"Sama-sama."
Naura tiba-tiba terkekeh dengan panggilan baru yang Al gunakan "Tapi ya Al, kok tiba-tiba pakai aku-kamu sih. Merinding gue dengarnya." kekeh Naura
"Gakpapa Ca, biar romantis gitu. Kamu juga pakai aku-kamu ya."
"Gak mau. Merinding gue, Al."
Al tersenyum jahil pada Naura "Iya udah kalau kamu gak mau. Tapi, siap-siap aja aku cium."
"Apaan sih Al, gak jelas banget. Gak mau gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFARIS (SELESAI)
Novela Juvenil"Al itu seperti hujan, dingin. Namun, hujan tak selamanya memberi kedinginan. Ia juga bisa memberi sebuah kehidupan baru bagi bunga yang layu." ~Naura Anandita Naura adalah gadis yang sulit untuk jatuh cinta. Sekalinya jatuh cinta, ia jatuh cinta pa...