Seminggu telah berlalu, hari ini adalah hari selasa lagi. Setiap hari selasa, kelas Naura ada pelajaran Bahasa Indonesia. Sekarang, Bu Yuli telah berada didalam kelas XI-IPS 2 dan beliau tengah menagih tugas pada murid-muridnya "Baiklah anak-anak, kumpulkan tugas kalian."
Naura merasa bingung akan perkataan Bu Yuli, pasalnya ia tak mengingat jika ada tugas "Wat, ada tugas apa emang? Perasaan gak ada tugas deh."
"Udah lah Ra, gak usah bercanda deh. Gak mungkin kan lo lupa kalau ada tugas dari Bu Yuli?" sanggah Wati
"Ih, beneran Wat, emang ada tugas?"
"Astaga Naura kan emang ada. Bu Yuli nyuruh kita ngerjain buku paket halaman 26-27. Jangan bilang lo gak ngerjain?"
Naura membuka buku paketnya dan benar saja di halaman 26-27 tertulis coretan pensil (PR). Naura kemudian menepuk keningnya "Anjir, gue beneran lupa Wat. Lo kok gak ngingetin gue sih?"
"Mana gue tau, lo kan biasanya paling rajin ngerjain tugas dan gak usah di ingetin, Ra."
"Iya juga sih, kenapa juga gue bisa lupa gini? Udah lah, pasrah aja."
Wati mengejek Naura "Hahaha, semangat olahraga pagi, Ra. Kapan lagi bisa lihat lo dihukum gara-gara gak ngerjain tugas, hehe."
"Kampret lo, Wat."
Naura menghampiri Fandi "Fan, lo gak ngerjain tugas juga?"
Fandi menggeleng "Iya enggak lah Ra, kan gue selalu nyalin punya lo. Jadi, kalau lo gak ngerjain, ya gue gak ngerjain juga, hehe."
Naura terpaksa maju ke depan. Bu Yuli sebenarnya merasa heran kenapa Naura bisa lupa mengerjakan tugasnya. Pasalnya, Naura selama ini selalu rajin. Ini pertama kalinya Naura tidak mengerjakan PR yang diberinya.
"Tumben kamu gak ngerjain tugas dari ibu, Naura?" tanya Bu Yuli
"Lupa, bu." Naura tersenyum kecut
Mau tidak mau, Bu Yuli menyuruh Naura pergi ke lapangan bersama tujuh temannya yang juga tidak mengerjakan tugas. Ketika tiba di lapangan, Naura sangat malas. Selain karena ada kelas Al yang sedang berolahraga, Naura juga tidak suka berlari. Maka dari itu, dia sangat menyesali kebodohannya yang bisa lupa akan tugas yang diberikan Bu Yuli.
"Udah lah Ra, sesekali buat kesalahan gakpapa kali. Toh itu gak akan buat lo mati. Malah nambah warna dalam hidup, biar gak monoton terus hehe." kata Fandi
Yanto mendukung ucapan Naura "Benar tuh Ra, gue sama Firman yang udah jadi langganan hukuman Bu Yuli santai aja tuh."
"Itu mah kalian aja yang emang malas." tegur Naura
"Kita ngelakuin ini supaya bisa mudah dikenal dan dikenang di sekolah Ra. Lo tau gak Ra, siswa yang dikenal dan dikenang di sekolahnya itu ada dua. Pertama, siswa yang terbaik yaitu berprestasi dan kedua, siswa yang terburuk atau dikenal nakal. Nah, karena otak kita gak mampu jadi siswa berprestasi, ya udah kita jadi siswa nakal aja, hahaha." sombong Firman tertawa puas
"Terserah kalian aja deh. Ayo cepat lari." putus Naura malas
Naura berlari bersama teman-temannya, namun ia berlari sangat lambat. Yanto yang melihat Naura lambat, langsung menggandeng tangan kiri Naura agar bisa berlari dengan cepat "Ayo cepat, Ra."
"Woy, pelan-pelan To, gue capek!" seru Naura
"Udah ayo biar cepat."
Tiba-tiba, Firman juga menggandeng tangan kanan Naura "Gue ikut."
Naura terpaksa berlari menyeimbangi kedua lelaki itu. Ia tak bisa berhenti maupun istirahat. Jika digambarkan, hafas Naura sekarang sudah di ambang batas "Woy, udah berhenti. Gue capek beneran nih. Firman, Yanto, sialan." kacau Naura yang masih berlari ditengah-tengah dua lelaki itu
Firman dan Yanto hanya bisa tertawa mendengar kacauan Naura. Justru, Yanto semakin mengejek Naura "Gimana sih Ra, cuma lari gini doang udah capek."
Sedetik pun Firman dan Yanto tidak pernah melepaskan Naura. Sedangkan, Naura ingin rasanya berteriak sekencang-kencangnya supaya dua lelaki itu berhenti membawanya berlari cepat. Namun, hal itu juga tak akan berguna bagi dua lelaki itu. Hingga selesai lah mereka berlari lima putaran. Mereka akhirnya melepas tangan Naura. Naura yang merasa lelah langsung terduduk dan meluruskan kakinya. Ia mengatur nafasnya yang sudah tak beraturan "Kurangajar kalian, sengaja pengen buat gue mati, hah? Uh detak jantung gue, untung gue masih bisa hidup."
"Gak mungkin kita buat lo mati, Ra. Nanti gak ada tempat buat kita nyontek tugas dong. Kita cuma pengen bantu lo biar cepat selesain hukuman, hahaha." bela Firman
"Cepat ya cepat. Tapi kalian ingat, gue ini cewek sedangkan kalian berdua cowok. Tenaga gue gak sebesar kalian. Emang dasar ya kalian ini teman tokek." umpat Naura
Yanto akhirnya mengalah "Hahaha, iya maaf, Ra."
"ENGGAK." teriak Naura
Firman dan Yanto hanya tertawa melihat ekspresi Naura.
"Udah lah Ra, ayo balik kelas." bujuk Fandi
"Gue masih capek Fan, gendong ya?" rengek Naura
Fandi menolak dengan tegas permintaan Naura. Ia merasa tak pantas menggendong Naura di area sekolah "Naura, ini sekolah."
"Iya udah, gue aja yang gendong lo ya Ra?" sanggah Yanto tersenyum lebar
Mendengar hal itu, Naura langsung berdiri "Ogah."
Anto tiba-tiba menghampiri Naura dengan mambawa botol air. Botol air itu ia berikan pada Naura "Ra, nih ambil lo."
"Buat gue?" tanya Naura bingung
"Iya, dari Al. Dia gengsi yang mau ngasih langsung ke lo." bisik Anto pada Naura
Naura tersenyum "Makasih ya, To. Gue balik ke kelas dulu, dahh."
Al hanya bisa memandangi Naura dari kejauhan. Sebenarnya, ia sudah dari tadi memperhatikan Naura. Ia begitu kasihan melihat Naura yang harus berlari mengimbangi dua teman lelakinya. Ingin rasanya Al menghajar dua teman Naura karena telah berani membuat Naura seperti itu. Namun, ia sadar statusnya sekarang. Ia juga begitu pengecut untuk menghampiri Naura. Akhirnya, ia memaksa Anto untuk menyerahkan airnya pada Naura.
"Ris, lo ada masalah ya sama Naura?" tanya Kayla penasaran. Pasalnya, Al sedari tadi memerhatikan Naura namun, tak hendak menghampirinya
"Enggak kok, emang kenapa?" ujar Al
"Bohong ya lo? Kok gue lihat kalian lagi ada masalah sih."
Al mengacak rambut Kayla "Udah deh anak kecil gak usah ikut campur urusan orang dewasa."
"Ihh, apaan sih Ris. Dari dulu lo selalu aja bilang kalau gue ini anak kecil. Gue ini seumuran sama lo." Kayla cemberut
"Ngambek nih ceritanya?" goda Al
"Tau ah." balas Kayla cuek
Al mencubit kedua pipi Kayla "Imut banget sih peri kecil gue kalau lagi marah."
Kayla sangat senang mendapat perlakuan seperti itu. Hati Kayla terasa berbunga-bunga "Gue makin cinta sama pangeran gue ini." batinnya
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFARIS (SELESAI)
Novela Juvenil"Al itu seperti hujan, dingin. Namun, hujan tak selamanya memberi kedinginan. Ia juga bisa memberi sebuah kehidupan baru bagi bunga yang layu." ~Naura Anandita Naura adalah gadis yang sulit untuk jatuh cinta. Sekalinya jatuh cinta, ia jatuh cinta pa...