04 : Ungkapan Perasaan

400 85 3
                                    

Ketika jam pelajaran berlangsung dan semua siswa sibuk mendengarkan materi, Naura tiba-tiba diberi selembar kertas oleh Ari yang duduk disebelahnya. Naura yang bingung mengenai kertas apa itu, langsung berbisik pada Ari "Kertas apa ini, Ri?"

"Tau, dari Sigit tuh." Ari menunjuk siswa yang bernama Sigit. Secara spontan, Naura menoleh ke arah yang ditunjuk Ari. Sedangkan, yang ditunjuk terus tersenyum dan langsung menjawab bahwa kertas itu dari Luki, teman sekelasnya yang sedang duduk di bangku ujung paling belakang. Dengan penuh rasa penasaran, Naura akhirnya membaca tulisan di kertas itu "Naura maukah kamu jadi pacarku?" isi tulisan itu

Sontak tulisan itu membuat Naura kaget bukan kepalang. Pasalnya, dia tidak menyangka jika Luki akan menyatakan cintanya. Kemudian ia melirik Luki, sedangkan Luki yang merasa dilirik oleh Naura spontan menunduk untuk menghindari tatapan Naura. Ia masih belum berani menyatakan perasaannya secara langsung makanya, dia berinisiatif untuk menulisnya di kertas. Walaupun, pada akhirnya dia sadar jika Naura sudah kebal dengan hal itu. Berkali-kali dia menunjukkan perhatiannya pada Naura namun, Naura hanya mengangapnya bercanda karena memang Luki orangnya humoris. Bahkan, sudah bukan rahasia umum lagi jika Luki suka sama Naura. Satu kelas pun sudah paham dengan sikap Luki yang terang-terangan mendekati Naura. Pernah dia membuat sebuah bunga dari kertas dan memberikannya pada Naura di depan kelas. Tapi, tetap saja Naura menganggap itu hanya bercanda. Sekalipun benar, mungkin itu hanya cinta monyet yang cuma sementara bagi Naura. Naura hanya menganggap Luki sebatas teman biasa, maklum saja dia termasuk orang yang tidak mudah jatuh cinta bahkan masih belum pernah.

Ari sangat penasaran dengan isi tulisan di kertas itu. Ia kemudian merebut kertas yang dipegang Naura "Emang apaan sih isi kertas ini? Kok lo sampai segitunya, Ra?" kemudian ia membacanya

"Ihh... balikin, Ri." kacau Naura mencoba merebut kembali kertas yang telah diambil Ari. Ia tak mau menjadi bahan ejekan oleh tiga curut. Usaha Naura rupanya tak membuahkan hasil karwna Ari sudah terlanjur membacanya.

"Cie... ada yang ditembak nih Bar, Man." bisik Ari pada Akbar dan Rahman

Mereka bertiga pun saling mengoda Naura. Sumpah perasaan Naura saat ini sangat malu. Lalu, ia cepat-cepat menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Walaupun begitu, tiga teman Naura ini tidak pernah berhenti menggoda Naura hingga jam istirahat berbunyi pun masih berlanjut. Al yang biasa menghampiri Naura ketika jam istirahat pun ikut bergabung dengan mereka. Namun ia merasa ada yang aneh dengan mereka berempat "Ada apaan sih?"

Akbar melirik Naura "Ini nih Al, ada yang dapat surat cinta gitu. Udah macam Starla aja, hehe."

Al juga ikut melirik Naura "Siapa? Naura?"

"Iya, Naura. Dapat surat dari Luki tuh." balas Rahman

Naura mencoba membela dirinya. Ia menyangkal semua tuduhan Akbar dan Rahman "Enggak, bohong tuh Al."

Al melirik Ari, Akbar dan Rahman untuk memastikan ucapan mereka bertiga "Iya gue percaya kok sama lo, Ca. Mereka kan emang hobi jailin lo. Jadi, gak usah didengerin."

Ari merasa tak terima karena Al tak mempercayai ucapan teman-temannya "Yeh... lo Al gak percaya. Kalau gue ngasih buktinya gimana?"

"Gue bakal turutin satu permintaan lo." lawan Al

Ari semakin semangat untuk menunjukkan bukti itu pada Al "Benar nih ya? Janji dulu, apapun itu?"

"Iya gue janji, apapun." balas Al datar

"Udah buruan kasih Ri, biar tau rasa si Al." celetuk Rahman

Ari memberikan selembar kertas yang sebelumnya ia ambil dari bawah bangkunya "Nih, janji ya Al turutin permintaan gue hehe."

ALFARIS (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang