34 : Bunga Diatas Kepala

212 22 0
                                    

Naura dan para sahabatnya menoleh ke arah belakang. Tapi, Naura sama sekali tak berniat menjawab panggilan Al

"Ca." panggil Al kembali

Naura mencoba berpura-pura menoleh ke kanan-kiri "Eh girl, kayak ada yang manggil ya?"

"Ca, aku pengen ngomong." Al sedikit membentak karena kesal diabaikan oleh Naura

"Ra, udah dengerin Al dulu. Serem banget dia, Ra." bisik Wati pada Naura. Ia begitu ngeri melihat Al marah

Naura tak menghiraukan bisikan Wati. Padahal, sahabat-sahabatnya itu sedikit ngeri melihat wajah Al yang sedang marah. Namun tidak bagi Naura, ia sudah biasa dengan wajah Al ketika marah. Jadi, dia sudah tidak takut lagi, malahan ingin tertawa.

"Ca, dengar gak?" ulang Al

"Apaan sih, mending lo pergi deh." jawab Naura. Sebenarnya, ia tak marah pada Al hanya saja, ingin mengerjai Al.

Tak ingin melampiaskan kemarahannya pada Naura akhirnya, Al memilih mengalah "Oke, nanti aja aku kembali." kemudian, ia berbalik badan dan hendak kembali ke kelasnya.

Dari seberang, Firman melemparkan bola ke arah Naura dan berteriak "Ra, tangkep bolanya."

Naura menoleh ke arah Firman dan mendapati bola basket tiba-tiba menghampirinya. Belum sempat ia menangkap bola basket itu, tiba-tiba bola itu menghantam kepalanya.

Duk

Kepala Naura sangat berat, sepertinya bola yang dilempar Firman terlalu keras. Al yang baru berjalan beberapa langkah spontan menoleh ke arah Naura. Dilihatnya Naura masih berdiri dan memegang kepalanya. Al berlari menghampiri Naura yang hanya diam sambil memegang kepalanya yang terasa berat.

"Ra, lo gakpapa?" tanya Yuni khawatir

Firman juga menghampiri Naura. Ia merasa bersalah karena melempar bola itu ke arah Naura. Ia kira, Naura bisa menangkapnya "Ra, maafin gue ya? Gue beneran gak sengaja."

Al berjalan menuju tempat Firman berdiri. Kemudian ia menarik kerah baju Firman "Sialan, lo sadar gak kalau kelakuan lo bisa buat Naura kenapa-napa, hah?" sekarang, Al benar-benar marah dan hendak memukul Firman. Untung saja, Uril mencegahnya "Udah Al, mending kita bawa Naura ke UKS dulu aja."

Al terpaksa melepaskan Firman dan beralih menghampiri Naura kembali "Ca, kamu gakpapa? Ayo, kita ke UKS."

"Gue gakpapa, Al. Cuma, banyak bunga diatas kepala gue." Naura memegang pundak Al dan kemudian, ia pingsan.

Al segera menangkap tubuh Naura. Ia menggendong dan membawanya menuju UKS. Uril, Wati, Yuni dan Firman juga ikut ke UKS. Di dalam UKS, Naura diperiksa oleh petugas yang menjaga UKS.

"Gimana keadaan Naura, Bak Zahra?" tanya Wati setelah melihat Bak Zahra, petugas yang menjaga UKS selesai memeriksa kondisi Naura

"Naura gakpapa kok. Mungkin, hanya pusing dan shok saja. Bentar lagi, dia sadar kok." jawab Bak Zahra

"Syukurlah, kalau gitu. Makasih ya, bak." sahut Wati

"Iya, sama-sama. Mbak keluar dulu ya." pamit Bak Zahra

Seperti ucapan Bak Zahra, Naura sadar tak lama setelah Bak Zahra keluar. Al duduk di kursi yang tersedia di samping tempat tidur Naura. Setelah itu, ia membantu Naura yang ingin duduk.

"Ra, lo gakpapa kan?" Firman merasa bersalah

Naura terduduk dan memegang kepalanya "Anjing lo Man, gakpapa bapak lo? Pusing nih."

Al menatap Naura tajam "Ca, mulutnya. Gak boleh ngomong kasar." Al memang tak menyukai gadis yang berkata kasar, apalagi gadis itu adalah Naura.

Naura lupa jika bersama Al, dia seharusnya tidak perlu berkata kasar karena Al akan memarahinya "Hehe, maaf Al. Habisnya si Firman gak nanggung-nanggung lemparin bola ke kepala gue. "

Firman cengengesan "Hehe, maaf Ra, kan gak sengaja. Habisnya lo gak langsung nangkep bolanya sih."

"Pala lo peang, Man. Mana sempat gue tangkep bola itu? Lo aja tiba-tiba kayak setan ngelemparnya."

"Tau tuh si Firman, mana ketawa gak ada beban lagi. Untung aja, lo tadi gak dihajar sama Al. Coba aja, kalau dihajar beneran pasti udah hancur tuh muka." kesal Wati

Naura kaget mendengar perkataan Wati. Ia menoleh ke arah Al "Al, lo mau hajar Firman?"

"Hmm." ujar Al singkat

"Iya tuh Ra, si Al tadi mau hajar gue. Untung aja, gak jadi. Lagi sensi banget kayaknya dia." aduh Firman. Gak ada akhlak emang nih anak. Al sampai menatapnya tajam. Bisa-bisanya dia menyalahkannya dan gak ada rasa bersalah.

Yuni melihat suasana semakin mencekam "Udah yuk Man, mending kita keluar. Bisa-bisa terjadi pertandingan tinju nanti." Yuni menarik tangan Firman untuk keluar dari UKS.

"Apaan sih Yun, orang gue masih mau disini. Lagian Naura masih belum maafin gue. " tolak Firman melepas tangan Yuni dari tangannya.

"Udah gue maafin kok Man, santai aja." Naura sok cool

Wati juga turut melihat ke arah Al yang masih setia menatap tajam ke arah Firman. Sedangkan, Firman yang ditatap malah cengengesan "Udah ayo Man, keluar aja." Wati berhasil menarik Man keluar dari UKS.

"Ra, kita juga keluar ya, lo gakpapa kan ditemani Al?" ujar Uril. Sebenarnya, ia mau menemani Naura di UKS tapi, ia mengerti dengan adanya Al disana. Ia tak ingin mengganggu sahabatnya itu bersama Al. Ia juga tau kalau Naura harus memyelesaikan masalahnya dengan Al. Jadi, dia ingin memberi waktu untuk mereka berdua.

"Iya gakpapa kok, Ril. Mending kalian langsung ganti baju aja terus ke kantin deh. Mumpung waktu istirahat masih ada. Oh iya, nanti izinin gue ya." Naura tersenyum

"Siap Ra, gue sama Yuni duluan ya." pamit Uril berlalu pergi bersama Yuni. Tinggallah dua insan di dalam UKS itu, yaitu Naura dan Al. Al sepertinya masih kesal pada Dika. Ia lantas menatap Naura dengan mata elangnya, sungguh mencekam "Ca, kenapa kamu gampang banget sih maafin teman kamu itu?"

"Hmm." jawab Naura singkat

"Ha hmm ha hmm, emang kamu mau nyanyi apa?"

Ingin rasanya Naura tertawa sekarang. Bisa-bisanya, Al ngelawak disaat marah "Terus, gue harus bilang apa?" Naura mencoba besikap cuek.

"Aku nanya kamu kenapa maafin dia segampang itu?"

"Karena emang dia gak sengaja."

"Itu namanya sengaja. Dia itu gak mikir kalau kamu kenapa-napa gimana? Gak ada otak emang."

Naura tersenyum melihat Al yang khawatir padanya. Suka melihat ekspresi Al yang seperti sekarang. Kadang, Naura mikir kalau Al ini sebenarnya gak dingin seperti kebanyakan orang bilang. Dia malah cerewet banget apalagi, kalau sedang kesal seperti saat ini.

"Oh iya Ra, aku pengen minta maaf sama kamu." Lanjut Al mencoba memendam egonya dulu

"Minta maaf buat apa?"

"Maaf karena waktu itu aku sempat salah paham sama kamu karena..."

Naura sengaja memotong penjelasan Al. Ia ingin berpura-pura marah "Enggak, gue gak mau maafin lo."

Mendengar Naura yang tak mau memaafkannya, Al merasa khawatir dan berusaha menjelaskan semuanya "Dengerin dulu, aku beneran gak tau kalau..." jelas Al terpotong lagi. Namun, kali ini bukan karena terpotong oleh perkataan Naura melainkan....

Cup

To be continued...

ALFARIS (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang