Bab 11: Masih Saja

0 0 0
                                    

Hari ini kabar mengejutkan datang dari teman akarab kami. Namnanya Yoland, dia akan menikah di akhir pekan ini. MaasyaaAllah, benar-benar sat set.

Dua pekan yang lalu kami bercengkrama. Ada aku, Cindy, Asih dan Yoland. Hubungan ini terjalin karena proyek di TK Bu Yus. Mengalir sajà. Tiba-tiba membentuk circle.

Yoland, Asih, dan Aku memamglah teman SMA. Cindy adalah anak pendatang. Selama ini, aku memang sudah akrab dengan Asih tapi tidak dengan Yoland. Kami pernah menjadi teman kelas ketika kelas sepuluh. Setelah itu, hanya bertegus sapa saja.

Saat pertemuan itu, kami saling bercerita tentang orang yang kami suka kecuali Yoland. Yoland hanya diam mendengarkan cerita kami bertiga. Ternyata, diamnya Yoland ada hal yang ia sembunyikan. Kami betul-betul tak diberitahu sedikitpun. Wedding seperti ini yang sebetulnya kami harapkan. Diam-diam sebar undangan. Tak perlu ba bi bu. Apalagi pamer calon.

***
Di tengah perbincangan kami, aku masih saja menceritakan betapa istimewanya "dirinya". Padahal sudah jelas. Cintaku sepihak.'Dia' menganggapku saudaranya saja.

Hatiku goyah. Tema-teman di sekitarku banyak memberikan dukungan. Mereka menyetujui aku dan 'dirinya'. Bahkan ada yang terus menanyakan progres hubungan aku dan dirinya.

Yang terparah, rekan kerjaku banyak yang menyuruhku mengungkapkan perasaan. Huft ... Sejak hari itu, hatiku tak tenang. Rasanya setan benar-benar menguasaiku.

Aku yang tadinya biasa saja kalau tidak chatting dengannya, kini mencuri cara untuk chatting dengannya. Setiap story yang diuploadnya, aku selalu hadir. Tak jarang memberikan like. Sungguh, sangat kentara. Mungkin dia juga risih, aku cari perhatian dengannya.

Aku tahu, dia satu-satunya laki-laki yang lulus menjadi pegawai negeri di sekolah sana. Sudah dari dulu dia selalu di kerumuni perempuan. Tentu banyak sekali perbandingan dan pilihan wanita dihadapannya. Apalah aku? Aku hanya seorang teman yang pernah dekat dengannya selama satu periode ke belakang. Aku hanya rekan kerja dan mungkin pengacau hubungannya.

Argh ... Sudah tau begini, tapi masih saja berharap. Bukankah berharap kepada manusia akan menimbulkan kekecewaan? Mengapa begitu sulit? Yaa Allah ...

Dear Allah, jatuh cintakan hati hamba kepada orang yang dapat menambah mahabbah kepada-Mu dan Rasulullah saw. Jatuh cintakan saja hati ini kepada orang yang juga mencintaiku dan memang ia adalah jodoh bagiku yang telah tertulis di Lauhul Mahfudz. Aku lelah ya Allah. Aku terlalu baper.

***
Sering kali Allah menampar diriku melalui pesan islami pada instagram. Masih juga tidak sadar. Kali ini, Allah tunjukkan hal lain dari dirinya, tapi tetap saja tidak sadar.

Yaa Allah, apa yang bisa membuatku tersadar? Sudah jelas dia tidak mau kau posting dirinya. Dia tidak mau kau foto dirinya. Disaat pemberian kado ulang tahunmu Nov, dia tidak nyaman ngobrol denganmu. Kau saja yang berlebihan.

"Sadarlah Nov.
Dia itu tidak dapat menjaga pandangannya. Dia masih bersalaman dengan yang bukan mahrom. Dia banyak akrab dengan rekan kerja wanitanya. Tidak menjaga jarak saat duduk bersebelahan dengan yang bukan mahrom. Apa hebatnya dia? Kau juga sudah liat, di story whatsAppnya. Hari ini dia upload foto dua piring yang saling berhadapan. Ada seorang wanita dengan pakaian dinas di depannya. Kau hanya dapat sakit hati saja! Kenapa masih menyukainya! Stop bodoh!" Gumam batinku memaki diriku.

Yaa Allah menapaaa ???
Apa aku perlu menyatakan perasaanku kepadanya agar aku tahu fakta sebenarnya aku dimataya. Agar hatiku tenang bahwa dia memang tak menyukaiku sebagai seorang wanita atau dia hanya menyukaiku sebagai sahabatnya saja.

Aku tak dapat menentukan arah. Berkali-kali ta'aruf, tapi hati selalu menolak. Bathin selalu berkata bahwa aku belum selesai dengannya. Masih saja berharap demikian.

***
Semoga berikan aku hal-hal baik. Allah jaga hatiku dari kemaksiatan. Semoga aku dapat seperti Yoland yang diam-diam menyebar undangan.
Aamiin ....

Dia yang Tak Pantas Aku RindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang