Chapter 8

68 13 1
                                    

Sebuah ponsel terdengar berbunyi beberapa kali tanda pesan masuk. Sang pemilik masih memejamkan kedua matanya karena kondisinya yang sedang tidak sehat hari ini. Ibunya masuk ke kamar dan menaruh nampan kecil berisi makanan di meja samping tempat tidur. 

"Panasnya masih tinggi. Apa aku harus membawanya ke Rumah Sakit sekarang?" Wanita itu terlihat cemas. 

Naeun perlahan menggerakkan tangannya dan di iringi dengan kedua matanya yang terbuka. 

"Ibu?" Dia hendak beranjak duduk namun sang Ibu menahannya. 

"Tidurlah kembali. Kau masih membutuhkan istirahat"

"Kapan kau datang?"

"Tadi malam. Kau tidak mengunci pintu utama dengan benar"

"Aku langsung tertidur setelah meminum obat yang ku beli di apotek"

"Apa kau tidak memeriksakan dirimu ke dokter?"

Naeun menggelengkan kepalanya. 
"Biasanya dengan obat saja, aku akan langsung sembuh keesokan harinya. Tapi justru tubuhku bertambah lemas seperti ini"

"Aku akan menghubungi Rumah Sakit terdekat untuk menanyakan jadwal dokter di sana"

Naeun membiarkannya keluar dari kamar sementara dia masih terbaring dengan kepalanya yang terasa sangat sakit sekarang. 

Ponsel di dekatnya kembali berbunyi. Kali ini terdengar lebih lama dan itu menandakan adanya panggilan telepon yang masuk. Naeun mencoba untuk bangun meskipun harus menahan sakit di kepalanya. Tangannya juga sudah terjulur untuk mengambil ponsel tapi tidak tersentuh sama sekali dan berakhir menyenggol mangkuk yang di bawa Ibunya ke sana tadi. 

Suara pecahan itu membuat sang Ibu segera bergegas masuk ke kamar dan kembali menghentikan Naeun yang hendak turun dari tempat tidur. 

"Tetaplah di sana. Aku yang akan membereskannya"

"Maafkan aku, Ibu"

"Tidak apa. Beristirahatlah. Aku sudah mengatakan padamu untuk terus berbaring tadi"

Naeun kembali menyentuh tempat tidur dan tidak sanggup bangkit lagi. Kedua matanya juga sudah terpejam sambil menetralkan rasa sakit di kepalanya yang semakin terasa sekarang. Dia bahkan sudah melupakan panggilan telepon di ponselnya yang ingin di jawabnya tadi. 

"Apa ini? Kenapa nomornya sama sekali tidak terjawab?" Kai tampak menurunkan ponselnya dan mengutak-atiknya lagi. 

"Pesanku juga tidak terbalaskan sejak tadi. Apa guru itu memberikan nomor palsu padaku?" Gumamnya lagi sambil sibuk dengan benda kotaknya itu. 

Dia juga mengabaikan beberapa karyawan sebuah perkantoran yang berlalu lalang di dekatnya. 

"Selamat pagi, Yang Mulia"

"Yang Mulia, senang bisa melihat anda di sini"

Kai hanya fokus pada ponselnya dan menimbulkan kesan yang tidak baik bagi karyawan di sana. 

"Dia ternyata sangat sombong di kehidupan nyata. Padahal dia terlihat selalu ramah saat mengikuti acara besar di luar sana"

"Benar. Aku baru pertama kali bertemunya langsung hari ini, tapi aku tidak tertarik lagi padanya karena sikapnya itu"

Sekretaris pribadi sang pangeran bisa mendengar berbagai macam pendapat yang dikeluarkan beberapa orang di dekatnya. Pria itu pun segera menghampiri Kai yang masih berdiri di tempatnya tadi. 

"Yang Mulia, kegiatan pelelangan akan segera dilakukan. Sebaiknya kita ke ruangan acara sekarang"

"Apa kau bisa membantuku untuk menghubungi nomor ini?"

The Crown StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang