Chapter 19; Sting of Finest

1.2K 202 14
                                    

Holaaa~'
Aku kembalii💗

Teman - teman, chapter ini adalah chapter terakhir di bulan Januari. Perihal bulan depan nanti, aku tidak yakin bisa mengupdate secara teratur maupun cepat. Sebuah kegiatan organisasi menantiku, selama satu bulanㅠㅠ

Oh, ya. Aku mau kasih spoiler nii😉 ini adalah langkah terakhir sebelum *beep* XD
Ah, aku tidak sepandai Chenle dalam memberikan spoiler. Intinya, terus stay tune yaa✨❤️

Selamat membaca🌸🌸🌸

.

.

.

.

.

.

Jaemin menghela napas. Dentuman musik juga gemerlap cahaya warna tidak membuatnya bangkit dan melampiaskan euforia. Jaemin tidak bisa menikmati pestanya, tidak setelah insiden Jisung menangis di kamar. Setelah mengambil minuman, alih - alih bergabung, pria itu justru menyendiri di sudut taman. Bibir menyesap rasa, mata melirik liar, jantung bertalu resah; Jaemin tidak fokus. Ia kehilangan Jisung sejak mereka turun ke bawah. Anak itu tiba - tiba melepaskan tautan tangan mereka dan berlari ke arah kerumunan orang. Anggota keluarga mereka mungkin hanya enam orang, tetapi ayah meminta semua pelayan untuk ikut berpesta dan jumlahnya langsung melambung pesat. Tepat setelah punggung Jisung menyelinap, Jaemin tidak melihatnya kembali.

Pria itu memejamkan mata, tiba - tiba merasa pusing. Genggamannya pada gelas terasa semu. Sepersekian detik, benda tersebut lolos dari jarinya akibat getaran yang terlalu kuat. Jaemin terdiam, merasakan lidahnya kelu bersama bibirnya yang kering. Pria itu perlahan mengatur napas lalu berdiri dan berjalan menjauhi pesta.

Satu langkah, satu denyutan menyakitkan pada jantung dan kepala.

Dengan tangan bergetar hebat, Jaemin mulai mengambil permen dari kantong padding lalu merobek bungkusnya dengan kasar. Semakin rendah tubuhnya ke tanah, semakin banyak permen yang telah berakhir di dalam mulut. Jaemin pun menggeram tepat setelah lulutnya beradu keras dengan tanah.

Jaemin tidak berusaha untuk bangkit, ia membiarkan pikirannya tetap waras untuk mengunyah semua permen; mengambil semua gula. Pria itu tidak mengingat berapa lama waktu yang telah dihabiskan untuk berdiam diri; memeluk lutut. Tidak ada yang Jaemin ingat selain tubuhnya yang terasa amat lelah.

"Jaemin!"

Jaemin tidak menyangka episode kali ini membuatnya berhalusinasi mendengar suara Renjun. Alih - alih berkeinginan untuk menoleh, Jaemin memilih bungkam dan menenggelamkan kepalanya di balik lutut. Tidak lama kemudian terdengar suara langkah yang mendekat. Napas pria itu terkesiap saat sebuah sentuhan hinggap pada pucuk kepalanya.

"Kau baik - baik saja?" Renjun berusaha menyingkirkan lutut sang adik yang menghalangi wajahnya. Jaemin sontak menggeleng; enggan untuk mendongak.

Renjun menghela napas. Ia pun bangkit bersama mata yang memicing liar, jantungnya bagai mencelos saat menemukan puluhan bungkus permen yang berserakan. Tanpa babibu lagi, Renjun langsung berlari menuju pusat pesta, meninggalkan Jaemin yang langsung mendongak begitu mendengar derap langkah yang menjauh.

Ia baru akan bersyukur karena Renjun telah meninggalkannya sampai dalam kurun waktu beberapa menit, sang kakak justru kembali bersama buah - buahan di tangan. Pria itu kembali bersimpuh di hadapan Jaemin dan menyodorkan buah tersebut dengan mata memicing tajam.

BROTHERS - Park Jisung ft 00 lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang