Chapter 37; Rainbow

2.5K 186 60
                                    

Holaaa~'

First, it will be so loooooong!

Akhirnya BROTHERS telah sampai di penghujung cerita🤧 kerja keras jariku selama satu tahun tiga bulan akhirnya terbayarkan sekarang🔥🔥🔥

Untuk semua dukungan kalian selama ini, aku tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya karena sampai sekarang pun aku masih berpikir apakah aku pantas mendapatkannya, sungguh, terima kasih banyak. Semua dukungan kalian baik dalam bentuk bintang, komentar, dan keinginan untuk membaca, aku sungguh sangat berterima kasih. Sekali lagi, terima kasih karena telah mendukung BROTHERS hingga akhir🌻🌻🌻


Oh, ya. Fedmydream lagi open commision, nii. Yang tertarik, boleh DM, yaaa💗

#30DWC
#30DWCJilid31
#Day19

Selamat membaca🌸🌸🌸

.

.

.

.

.

.

Jisung tahu bahwa Yuna memiliki segudang pertanyaan soal ketidakhadiraannya beberapa hari yang lalu, jadi ia sudah mempersiapkannya sekaligus menambah daftar pertemuan panjang mereka di waktu kosongnya jadwal bimbingan belajar. Bersembunyi dari Chenle--Jisung dan Yuna selalu merahasiakan pertemuan mereka--keduanya lantas segera pergi keluar kelas tepat setelah punggung pengajar menghilang. Mereka sontak menjadi pusat perhatian karena saling bergenggaman tangan, tetapi Yuna maupun Jisung tidak memiliki waktu untuk peduli. Mereka kemudian sampai di rooftop dan menjatuhkan tas masing-masing secara bersamaan.

"Lihat, Jisung! Ada pelangi!" Yuna berseru dengan semangat seraya menarik ujung seragam sang teman, menyulut pria itu untuk mengikuti arah pandangnya. Jisung pun mendecak kagum saat melihat pemandangan indah tersebut, rasanya sudah lama sekali bagi anak itu untuk mendapati kumpulan warna di langit. Di matanya, pelangi sungguh terlihat seperti permen jeli raksasa.

"Aku akan memotretnya, tunggu sebentar."

Jisung hanya mengangguk dan membiarkan gadis itu berkutat dengan ponselnya. Ia lantas mencari posisi ternyaman sedang Yuna menjadi sangat berisik karena suara kameranya. Melihat pose-pose yang dilakukan sang teman, Jisung tanpa sadar menghela napas, dasar narsisme.

"Aku melihatmu, loh, ya," kata Yuna sekonyong-konyong telah berada di sampingnya.

Jisung tidak ambil pusing untuk andil dalam perdebatan. Pria itu hanya diam sembari membiarkan semilir angin bekerja keras mengangkat surai hitamnya. Di tempat, Yuna menahan napas sebelum diam-diam memotret sang teman. Karena suaranya yang tidak bisa disembunyikan, Jisung sontak berteriak saat menyadari tindakan gadis itu.

"Yak, kau pasti memotretku dengan buruk!" Jisung berusaha merebut ponsel milik Yuna. Namun agaknya anak itu lupa jika sang teman ahli dalam bela diri dan dapat dengan mudah menahan serangannya, bahkan kelewat menangkis.

BROTHERS - Park Jisung ft 00 lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang