Chapter 9; Hide and Seek

1.4K 207 10
                                    

Holaaa~'
Aku kembaliiㅠㅠ
Maafkan aku karena telah meninggalkan cerita ini terlalu lama. Terima kasih banyak untuk kalian semua yang masih setia menunggu cerita ini, luuuv😘

Selamat membaca🌸🌸🌸

.

.

.

.

.

.

Bel pulang telah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Satu persatu penghuni kelas mulai meninggalkan ruangan menyisakan bangku - bangku kosong tak bertuan. Jisung sendiri masih berada di kelas, sepenuhnya fokus pada ponsel dengan jari - jari menari di layar. Anak itu tengah mengabari Renjun bahwa hari ini tidak ada jadwal bimbingan belajar dan Jisung memiliki urusan lain yang membuat sang kakak tidak perlu menjemputnya. Di sampingnya, Yuna pun tampak belum beranjak. Meja gadis itu penuh dengan peralatan melukis.

"Kau sudah berbicara dengan Haechan Oppa?"

Jisung meliriknya sekilas. "Aku belum sempat berbicara padanya, kondisinya sedang tidak sehat." Lalu ia mendengar Yuna melirih kecil. "Ah, aku harap dia segera pulih."

Jisung mengangguk. Saat itu, tepat setelah guru Jeongwoo mempersilakan mereka untuk berdiskusi mengenai tugas kelompok, Jisung yang berkumpul bersama dua teman gadisnya langsung mengajukan ide untuk melibatkan Haechan dalam tugas mereka. Menurutnya, Yuna dapat dibimbing oleh Haechan dalam mengaktualisasikan konsep mereka dalam bentuk lukisan nantinya, mengingat hanya Yuna seorang yang berpotensi di bidang melukis.

"Aku sudah membuat beberapa model. Mungkin kau bisa memberikannya pada Haechan Oppa." Ujar Yuna sembari mengeluarkan beberapa lembar kertas dari balik sketchbook-nya.

Decak kagum pun tak dapat terelakan setelah Jisung melihat model - model tersebut lebih dekat. Perpaduan warna yang indah sukses menggelitik perasaan sang penikmat seni. Sembari mendekapnya dengan lembut, Jisung pun menatap Yuna. "Terima kasih. Haechan hyung pasti senang sekali."

Mereka kemudian terlibat dalam dialog - dialog ringan yang berbuah kehangatan. Keduanya larut dalam alur yang terbentuk tanpa menyadari bahwa kelas telah sepenuhnya kosong. Berbekal dering ponsel milik Jisung, mereka pun memutuskan untuk segera beranjak karena masing - masing penjemput telah datang.

"Sampai jumpa, Yuna-ya!" Jisung melambai dengan penuh semangat pada si gadis yang balas melambai padanya dengan senyuman lebar. Kemudian Yuna pun menghilang dari balik mobil keluarganya, begitu juga dengan Jisung yang membuka pintu mobil milik sang ayah.

"Paman Kim, lama tidak bertemu." Ujar Jisung saat melihat pria paruh baya itu tersenyum dari balik kursi kemudi.

"Kehormatan bagi saya untuk menjemput tuan muda."

Jisung sontak merengek. "Pamaaan."

Paman Kim lantas tertawa bersamaan dengan riuh halus mesin mobil; memulai perjalanan.

"Paman tahu aku bukan Jeno hyung."

Yang tertawa di sana melirik Jisung melalui spion tengah. "Selalu menyenangkan rasanya menggoda anak - anak tuan Lee." Jisung mengangguk, ucapan tersebut tidak sepenuhnya salah, ia juga suka menggoda kakak - kakaknya dan itu terasa menyenangkan, terutama pada Jeno.

Jisung kemudian menurunkan sedikit jendela mobilnya untuk melirik pemandangan yang tersaji. Anak itu selalu menikmati waktunya dalam melihat kehidupan dalam kacamatanya. Sebuah hal yang sederhana, sekadar melihat seorang nenek yang tengah berjalan bersama hewan peliharaannya, beberapa anak sekolah yang berkumpul di depan kedai es krim, atau seseorang yang berlari karena dikejar waktu dan yang lainnya.

BROTHERS - Park Jisung ft 00 lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang