Chapter 5; Merges

1.5K 214 6
                                    

Holaaa~'
Akhirnya aku kembali lagiㅋㅋ
Sebelumnya, aku benar - benar ingin berterima kasih kepada kalian semua yang telah membaca cerita ini, aku kaget banget pas buka wattpad dan BROTHERS telah menyentuh 1k😭💗

Aku akan berusaha lebih keras lagi untuk terus melanjutkan cerita ini, mohon dukungannya🌻🌻🌻

Di Chapter ini, aku berikan kalian sedikit bagian dari masa lalu Renjun~' /aku tidak memberikan spoiler lebih banyak, duh/

Selamat membacaaa🌸🌸🌸

.

.

.

.

.

.

Malam di mana Renjun bertemu Sungmu.

Pemandangan malam kota Gangnam yang bertabur ratusan cahaya tidak ubahnya bagaikan lukisan hidup yang terpampang jelas dari balik kaca apartemen milik sang ayah. Akan tetapi, Renjun menyayangkan lahan kosong yang tertangkap di sisi kaca yang sebelumnya diisi penuh oleh karnaval besar. Ia masih ingat bagaimana Haechan memilih menginap di apartemen ayah hanya untuk menggambar pemandangan tersebut sekitar tiga minggu yang lalu. Pria itu tidak menyelesaikannya, justru membawanya pulang ke rumah dengan keadaan setengah jadi. Meski demikian, dalam satu kali pandang, hasil lukisan milik Haechan tetap dapat dikenal.

“Kau ingin makan apa, Renjun-ah?”

Renjun terlalu sibuk menemani pikirannya hingga tidak menyadari sang ayah telah keluar dari kamar mandi. Ia menoleh, menemukan pria itu dibalut handuk sebatas pinggang.

“Aku mengikuti pilihan ayah saja.” Katanya sembari melangkah untuk duduk di sofa. Di tempat, Sungmu pun mengangguk.

Renjun mulai merogoh kantong celana untuk mengecek ponsel. Matanya spontan memicing akibat cahaya yang menyorot di tengah kegelapan. Sepuluh panggilan dari Jaemin, tiga panggilan dari Haechan, dan satu pesan dari Jisung. Renjun tidak tertarik dengan Jaemin dan Haechan, jadi ia langsung membuka pesan sang adik.

Aku akan mengecek kamar hyung nantinya, jadi jangan lupa untuk pulang, ya.

Tidak perubahan emosi yang tampak dari wajah Renjun. Ia hanya menatap kalimat di sana selama beberapa saat sebelum mematikan ponsel. Anak itu kemudian menepuk tangannya dua kali sebagai kode agar lampu apartemen menyala.

“Ayah.” Sungmu menggumam sebagai respons.

“Aku butuh ponsel baru.”

Pria paruh baya itu berbalik untuk menatapnya. “Range harga?”

“Aku tidak butuh yang paling mahal, setidaknya spesifikasinya lengkap untuk pria berumur dua puluh satu tahun.”

Sungmu mengangguk. “Apa satu jam terlalu lama?”

Renjun tersenyum saat menyadari sang ayah mengabulkan permintaannya. “Tidak.”

“Baiklah, sayang. Pesananmu akan tiba sekitar.. pukul dua nanti.” Ujar Sungmu lalu mulai sibuk untuk memenuhi permintaan sang anak melalui ponselnya.

Terkadang, dalam urusan finansial, Renjun bersyukur setidaknya dia dilahirkan dari keluarga berada, mungkin kelewat berada. Atas segala hal, mungkin kemampuan sang ayah dalam mengatur keuangan menjadi satu - satunya hal yang paling Renjun sukai. Ayahnya itu sangat pintar, Renjun tahu itu.

BROTHERS - Park Jisung ft 00 lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang