Chapter 27; City Box

1.2K 199 39
                                    

Holaaa~'

Aku kembalii sebelum nanti menghilang lagi menjelang UTS, jangan merindukanku, yaaㅋㅋ

Terima kasih banyak, sungguh. Terima kasih karena telah bertahan dan terus mendukung cerita ini. Aku menyayangi kalian❤️

Selamat membaca🌸🌸🌸

.

.

.

.

.

.

Sejujurnya Jisung menyadari ada perubahan sikap yang Jaemin tunjukkan padanya. Kegiatan sarapan yang berlangsung tidak terasa seperti pada biasanya. Jaemin menjadi lebih pasif, tetapi aktif bersama kakak - kakaknya yang lain. Jisung berusaha untuk beradaptasi; tetap tenang dan menanggapi semua hal bersama senyum dan tawa. Akan tetapi, anak itu tidak bisa menyembunyikan sorot sedih yang terpaut pada punggung milik Jaemin. Setiap patah kata yang sang kakak lontarkan, entah mengapa terdengar seperti nada kesakitan terhadap perasaannya. Jisung mungkin merasa menyesal, tetapi untuk ditilik lebih jauh, Jisung telah mendapatkan apa yang ia inginkan; demikian risikonya.

Jeno yang mengantarkannya pergi ke sekolah, tampaknya menyadari ada hal yang tidak beres.

“Jisung.”

“Ya?”

“Apa kau bertengkar dengan Jaemin?”

Jisung tiba - tiba menjadi kesal karena kepekaan sang kakak. Namun, ia lebih kesal dengan dirinya sendiri karena tidak mampu memberikan bahasa tubuh yang baik. Alih - alih menjawab, bibirnya justru terkunci yang membuat Jeno semakin curiga. Pria itu lantas kembali mengajukan pertanyaan.

“Kenapa bisa bertengkar?”

Jisung tersenyum lesu. “Bukan apa - apa.”

“Kau bisa bercerita padaku, Jisung.”

Bercerita pada Jeno? Jisung tidak yakin. Terakhir kali ia bercerita pada Jeno perihal pertengkaran Haechan dan Renjun, pria itu tidak mempercayainya. Jika ia kembali mengungkapkannya pada Jeno, mungkin ceritanya akan kembali dianggap angin lalu. Lagipula percuma saja, Jeno tidak akan mengerti. Jisung akan memendam semuanya sendirian.

“Hyung tidak perlu khawatir, semuanya akan baik - baik saja.”

“Kau yakin?” Mata Jeno beralih sesaat padanya, sekadar mengecek ekspresi sang adik yang rupanya sibuk memperhatikan dunia luar melalui jendela.

Jisung tidak menjawabnya, cukup untuk membuat Jeno berengut tanpa suara dan kembali fokus menyetir. Bukan tanpa alasan ia menyadari kejanggalan tersebut, rasanya sangat aneh untuk tidak melihat Jaemin memberikan afeksi pada Jisung, terlebih di saat sarapan, di mana momen tersebutlah Jaemin memberikan semua perhatiannya pada sang adik. Kemudian bersama sikap Jisung yang demikian, Jeno tidak bisa lebih yakin bahwa sesuatu telah terjadi di antara keduanya.

Jeno pun menyalakan sen dan meminggirkan mobilnya di depan sekolah Jisung. Pria itu menekan tombol kunci otomatis; membuka semua akses. Alih - alih pamit padanya, Jisung justru terdiam sembari menatap gedung sekolahnya dengan sorot yang sulit diartikan.

“Ada apa, Jisung?” Jeno pun mengikuti arah pandang sang adik. Tidak ada yang ia temukan selain anak - anak sekolah yang berjalan masuk melewati gerbang utama. Dahinya tanpa sadar mengernyit. Tiba - tiba, Jeno merasa semua yang berlangsung terasa sangat salah dan janggal.

BROTHERS - Park Jisung ft 00 lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang