Holaaa~'
Sebelumnya aku ingin memberitahu kalian bahwa di chapter ini terdapat adegan kekerasan. Aku harap kalian dapat bersikap bijak dengan tidak mengambil sisi negatif dari apa pun yang aku berikan selama cerita ini berlangsung. Aku juga ingin minta maaf karena tidak bisa memberikan peringatan saat mendekati adegan tersebut demi kepentingan cerita.
Jadi, mohon bantuannya, ya, teman - teman. Terima kasih🌻
Selamat membaca🌸🌸🌸
.
.
.
.
.
.
Renjun menimbang beberapa hal sebelum melangkah pergi keluar rumah. Semua anak kecuali dirinya pergi ke sekolah. Jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas siang, seingatnya Jeno tidak akan pulang dalam waktu dekat, tetapi Jaemin, ia tidak tahu berapa kelas yang dihadiri adiknya tersebut. Terbesit dalam hati pria itu untuk menyiapkan makanan. Namun, Jaemin sendiri dapat memasak dengan baik. Berbeda dengan Jeno dan Jisung. Lagipula keduanya pulang di jam - jam akhir menuju senja, terlebih Jisung yang mendapatkan jadwal bimbingan belajarnya hari ini. Demikian Renjun pun pergi meninggalkan rumah tanpa menyiapkan apa pun.
Dalam perjalanannya menuju apartemen Zhouhei, Renjun mendapati dirinya termenung sembari menatap keluar jendela bus seperti yang biasa Jisung lakukan. Darahnya berdesir terlalu cepat, pria itu seperti bisa mendengarnya, menggoda adrenalinnya untuk berpacu lebih. Renjun telah berhenti mengunjungi sang ibu sejak ia sibuk mengurus Haechan yang tengah sakit. Wanita itu sempat menghubunginya, mempertanyakan beberapa hal yang tidak bisa Renjun ingat, pria itu tidak tahu apakah ia bahkan menjawabnya. Selama dirinya berkutat dengan kondisi sang adik, Renjun tidak bisa membagi fokusnya dengan baik.
Kini kembalilah ia di hadapan pintu apartemen milik sang ibu. Renjun tidak segera menekan bel melainkan menatap layar ponselnya dengan perasaan tidak karuan, gigi telah bergemeletuk, jarinya pun terasa kaku. Namun pada akhirnya, Renjun tidak ingin menyesal.
“Renjun?”
Renjun tersenyum pada Zhouhei yang muncul dari balik pintu, mengenakan dress selutut berwarna hitam dengan rambut tergerai indah. Wanita itu balas tersenyum lalu membukakan pintu untuk putranya. Hari itu, aroma mawar menyeruak sentero ruangan; menenangkan.
“Ibu merindukanmu.” Sebelum Renjun mendarat di sofa, Zhouhei telah bergerak memeluk pria itu dari belakang, menghirup dalam - dalam tengkuk putranya yang mengenakan turtle neck. Renjun lantas berbalik dan membalas afeksi sang ibu; memeluknya.
Keduanya terdiam dalam posisi demikian selama beberapa menit sebelum Renjun duduk di sofa dan Zhouhei pergi ke dapur untuk menyiapkan minuman.
“Tato yang bagus, sayang.”
Terdengar seperti bel yang baru saja berdenting nyaring dalam kepalanya. Renjun lantas membeku setelah menyadari bahwa pakaiannya tersingkap, menunjukkan kulit lehernya yang berhias pola hitam. Zhouhei menatapnya dengan lembut, tampak tidak terganggu dengan respons berlebihan putranya. Penuh ketenangan, wanita itu menuangkan minuman dari cerek berukir. Renjun sendiri masih tidak bergerak. Pria itu bersumpah tidak merasakan apa pun telah menurunkan pakaiannya.
“Kenapa kau begitu tegang, Renjun?”
Renjun menatap sang ibu dengan sorot yang tidak pernah ia tunjukkan pada siapa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHERS - Park Jisung ft 00 line
Fanfiction[TAMAT] Bersaudara itu tentang komitmen, bukan? Tentang menerima setiap pribadi yang berbeda dan menyatukannya menjadi sebuah kesatuan; keluarga. Jisung belajar banyak hal bersama hyung - hyungnya, tentang dunia yang bukan hanya berkedok istana meg...