Holaaa~'
Kalau ini berjalan sesuai rencana, maka hanya tersisa dua chapter lagi sampai BROTHERS berakhir.
Ah, aku akan sangat merindukan cerita ini🤧
#30DWC
#30DWCJilid31
#Day1Selamat membaca🌸🌸🌸
.
.
.
.
.
.
Malam itu keluarga Lee dilanda kepanikan berkat minimnya tanda - tanda kedatangan sang kakak tertua. Ralat. Hanya si bungsu seorang yang panik, berjalan seperti sebuah setrika dengan tak henti menghubungi Renjun melalui ponselnya. Dari sofa, Jeno memperhatikannya bersama Jaemin yang sibuk mengerjakan tugas. Sekarang sudah pukul setengah 10 malam dan Renjun tidak kian muncul dari balik pintu. Jisung sudah berjongkok, menghimpit ponselnya di antara bahu dan telinga, sedang tangan diam - diam mencengkeram pakaian.
"Dia tidak kunjung menjawab panggilannya," anak itu tampak ingin menangis.
Jeno kemudian bangkit dan berkata. "Mau mencarinya?"
Mata Jisung spontan melebar, tidak mempercayai pendengarannya sendiri. Perasaannya semakin tidak karuan ketika kehangatan mulai bercampur dengan kekalutannya. Jisung tidak mengira bahwa kalimat tersebut akan meluncur dari mulut sang kakak. Alih - alih membayangkan, Jisung bahkan memilih untuk tetap berjuang melalui panggilan telepon semata - mata ia tidak memiliki harapan apa pun pada Jeno. Jisung tidak ingin dibentak lagi karena meminta tolong untuk mencari Renjun saat ini.
Berbeda dengan Jisung, Jaemin justru berhenti mengetik di atas laptop. Pria itu menunda tugasnya sesaat di meja sebelum menoleh pada kedua saudaranya, menatap mereka secara bergantian. Untuk Jisung, Jaemin menahan semua kelelahan dalam diri untuk membangun senyum, menghantarkan ketenangan melalui kedua bola matanya.
"Aegi," Jaemin berujar lembut. "Aegi percaya pada Renjun hyung?"
Jisung mengangguk tanpa jeda.
"Aegi percaya pada hyung?" Anak itu kembali mengangguk.
Jaemin lantas mempertahankan senyum lalu bangkit untuk mendekati adiknya. Tangannya bergerak menyusuri lengan piyama milik Jisung, merambat pada punggung yang kecil, merengkuhnya lebih dekat sebelum berakhir pada kain sweater di dadanya. Satu kecupan ringan Jaemin berikan di pucuk kepala.
"Demikian, dengarkan hyung untuk kali ini, ya. Hanya saat ini. Renjun tidak bisa dihubungi bukan berarti akan berakhir buruk, kepercayaanmu pada Renjun memegang peran penting kondisi pria itu dalam kepalamu. Ada banyak alasan di dunia ini yang dimiliki seseorang, soal waktu maupun ruang. Jadi, biarkan Renjun kembali sebentar saja pada dunianya, ya?"
"Bagaimana jika Renjun hyung tidak kembali?"
"Kita akan mencarinya besok, bagaimana? Toh, di siang hari dunia Renjun telah berakhir, bukan?"
Jisung tersesat dalam hutan kalut milik kepalanya sendiri, mencari jalan keluar atas sulur - sulur ketakutan yang mengikat kedua kakinya. Tidak berselang lama, datang dari langit seorang kesatria yang membawa pedang cahaya. Tanpa babibu lagi, kesatria tersebut menebas semua monster di dalam hutan, melindungi Jisung dari balik punggungnya. Kesatria itu adalah Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHERS - Park Jisung ft 00 line
Fanfiction[TAMAT] Bersaudara itu tentang komitmen, bukan? Tentang menerima setiap pribadi yang berbeda dan menyatukannya menjadi sebuah kesatuan; keluarga. Jisung belajar banyak hal bersama hyung - hyungnya, tentang dunia yang bukan hanya berkedok istana meg...