Holaaa~'
Aku kembali🌻
Aku tidak bisa mengatakan apa pun, tetapi satu hal yang aku ingat, aku terlalu banyak menyeringai dalam menulis chapter ini😭✊
Selamat membaca🌸🌸🌸
.
.
.
.
.
.
Tidak ada yang bisa terlelap setelah pertikaian besar terjadi. Semua orang kembali ke kamar tanpa suara, sibuk memulai pertikaian lain dalam dirinya masing - masing. Kekhawatiran itu nyata; entah bagaimana mereka harus memulai hari esok. Perang dingin mungkin telah pecah sekarang.
Haechan bak kehilangan semua rasa kantuknya menjelang tengah malam. Ia hanya berbaring, menatap langit - langit kamar dengan pupil melebar karena gelapnya ruangan. Deru napasnya mengalun tenang; memecahkan keheningan dalam kotak beraroma madu tersebut.
“Haechan?”
Haechan tersentak. Pria itu lantas mengubah posisinya menjadi duduk sebelum bangkit setelah bergulat dengan pikirannya. Sejujurnya Haechan tidak siap untuk bertemu Renjun saat ini, tetapi di saat yang bersamaan, pria itu percaya kedatangan Renjun tentu bukanlah tanpa alasan. Sang kakak pasti memiliki sesuatu untuk ia bagi bersama atau pertemuan rahasia mereka yang lain. Haechan tidak menyesal, bahkan kala pintu terbuka dan Renjun pun melangkah masuk ke dalam.
Pria itu menyempatkan diri untuk menyalakan lampu sehingga keduanya kini duduk di bibir ranjang dengan tatapan yang tersorot jelas.
Haechan memilih bungkam. Kepalanya mulai menunduk dengan dahi berkerut; merasa canggung. Sekali lagi, ia tidak menyesali apa pun. Namun, entah mengapa malam terasa mencemoohnya, diam - diam menyelimuti hati dalam situasi yang membingungkan.Ini.. seperti bukan akhir yang ia inginkan.
Akan tetapi Renjun di sana, menggenggam tangannya.
“Terima kasih.”
Senyuman yang terpatri tampak sangat tulus, sukses menyingkirkan awan semu dalam hati Haechan. Sang adik tanpa sadar mengangguk sebelum bergerak memeluk sang kakak. Renjun menerimanya dengan senang hati; membiarkan segenap raganya bersandar pada hati seseorang.
“Hyung.”
Renjun langsung terkekeh. “Hyung, huh?”
Haechan melepaskan pelukannya lalu berkata sedih. “Maafkan aku. Meski kau kakakku saat itu, rasanya sangat aneh untuk memanggil hyung atas situasi yang terjadi. Bahkan ketika Jeno telah mengubahnya, bagiku tetap sulit karena sudah terbiasa. Namun mulai hari ini,”
Renjun bisa melihat manik Haechan berkilat. “Aku akan memanggilmu hyung karena kaulah hyung kami yang sebenarnya.”
Belum sempat Renjun membuka mulut, Haechan segera memotongnya. “Dan satu lagi. Aku senang karena telah membantumu. Terima kasih.”
Yang tertua di sana menatap jari - jari lain yang mendekap tautan tangan keduanya; sebuah ungkapan bisu atas ketulusan. Renjun kembali tersenyum, ia merasa bahagia, sungguh. Ia berpikir bahwa langkah yang ia ambil adalah sebuah kesalahan; Renjun mendapati waktu - waktu yang sulit. Namun, kala Haechan tidak berpaling, Renjun ingin percaya, ingin percaya pada dunia sekali lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHERS - Park Jisung ft 00 line
Fanfiction[TAMAT] Bersaudara itu tentang komitmen, bukan? Tentang menerima setiap pribadi yang berbeda dan menyatukannya menjadi sebuah kesatuan; keluarga. Jisung belajar banyak hal bersama hyung - hyungnya, tentang dunia yang bukan hanya berkedok istana meg...