Chapter 36; Hospital

2.1K 221 48
                                    

Holaaa~'

Tepat tanggal 27 kemarin, BROTHERS sudah menginjak umur satu tahuuun😭💗 Wah, rasanya kayak baru kemarin, deh, aku upload Diary-nya Jisung. Eh, sekarang udah sisa satu chapter lagi ajaa😭

Untuk semua pembacaku yang sudah mengikuti cerita ini, aku sangat sangat sangat berterima kasih. Terutama untuk setiap dukungan yang telah kalian berikan selama satu tahun ini. Aku menyayangi kalian😭💗

#30DWC
#30DWCJilid31
#Day12

Selamat membaca🌸🌸🌸

.

.

.

.

.

.


Jisung berpikir bahwa waktu berjalan begitu cepat untuknya menangkap setiap momen yang terjadi. Semuanya berlangsung seperti lelap kegelapan. Suara sirine, dobrak pintu, langkah kaki, pelukan seseorang, hal - hal tersebut berputar dalam kepalanya. Jisung memilih memejamkan mata, tidak mengetahui arah, berakhir dalam dekapan insan dengan aroma familiar yang tertanam kuat. Renjun memeluknya begitu erat, mata pria itu memicing seakan siap untuk memblokade hal buruk yang akan menyentuh mereka.

Ruang tunggu rumah sakit tidak pernah terasa sedingin ini. Jisung menemukan dirinya menggigil meski sang ayah telah memberikan mantel miliknya, berharap kain tersebut dapat mengikat hangat dalam tubuh si bungsu. Tangan Renjun tidak henti untuk mengusap punggung Jisung guna memberikannya ketenangan, sedang bisikan pun tidak luput mengamankannya.

“Hasil pemeriksaan Jeno telah keluar, ayah pergi sebentar.”

Sebelum pria paruh baya itu melangkah lebih jauh, Jisung menahannya. “Aku ingin ikut,” tatapan Sungmu tampak sendu saat mendengar suara Jisung yang parau.

Sungmu lantas menggenggam tangan sang anak di lengannya dan tersenyum menenangkan. “Tolong temani Renjun hyung, ya? Ayah janji ini tidak lama dan Jeno hyung akan baik - baik saja.”

“Ayah janji Jeno hyung akan baik - baik saja?”

Renjun tampak menggeleng di belakang Jisung, berusaha mencegah sang ayah untuk menjanjikan sesuatu yang tidak pasti, karena itu hanya membuat situasinya semakin sulit. Tanpa memberi Sungmu kesempatan berbicara, Renjun lantas mendekap tubuh sang adik dari belakang dan membiarkan sang ayah pergi meninggalkan mereka.

“Renjun hyung, ayah belum--”

Jisung tersentak ketika kedua tangan Renjun menangkup pipinya.

“Jisung, ayah tidak bisa menjanjikanmu sesuatu, apalagi soal nyawa seseorang. Kau harus kuat, oke? Hal yang bisa kaulakukan hanya satu, berdoa pada Tuhan demi keselamatan Jeno.”

Rasanya seperti disiram oleh air dingin; menyadarkannya telak. Jisung menatap wajah Renjun lamat - lamat, hampir tidak menyadari bahwa sang kakak juga memendam luka yang sama. Jisung tidak bisa berpikir jernih, semua orang berusaha menolongnya, bahkan Jaemin sedang pergi membeli makanan untuknya, tetapi Jisung hanya fokus pada perasaannya sendiri; rasa khawatirnya pada Jeno. Jisung nyaris tidak mengindahkan wajah - wajah yang ia temui, yang sama merasa takut atas apa yang terjadi.

“Renjun hyung,” Jisung langsung menenggelamkan kepalanya kembali dalam dada sang kakak, memeluknya lebih erat dari siapa pun di hari itu.

“Tidak apa - apa, kau boleh menangis lagi,” demikian isakan kecil mulai terdengar.

BROTHERS - Park Jisung ft 00 lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang