Chapter 3; Outburst

1.6K 227 8
                                    

Holaaa~'
Finally, im comebaaack ><

Setelah melewati masa ospek yang begitu berat, akhirnya aku bisa kembali melanjutkan cerita ini. Aku sangat berterima kasih untuk kalian semua yang masih setia menunggu, tolong tunggu aku ke depannya juga di lain waktu💚

Kalo begitu, tidak perlu berlama - lama. Selamat membaca🌸

.

.

.

.

.

.

Jisung tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya saat mendapati jumlah anggota saudaranya berkurang saat sarapan berlangsung. Renjun jelas tidak kembali ke rumah, pagi - pagi sekali ia telah mengendap - endap masuk ke kamar sang kakak untuk mengecek keberadaannya. Bukanlah tanpa alasan, Jisung tahu Renjun suka sekali berkelana malam - malam, bahkan hingga pukul tiga pagi. Akan tetapi ia tidak peduli, asalkan sang kakak kembali ke rumah. Masa di mana Renjun dan keberadaan yang amat langka telah berlalu, itu nyaris setelah beberapa tahun lamanya. Dan kini saat mengetahui Renjun kembali melakukannya, Jisung terlalu gugup hingga tanpa sadar menjatuhkan sendoknya.

Tiga pasang mata langsung menatapnya. Jisung bertemu netra milik Jaemin dan menemukan tatapan sang kakak melembut. Pria itu kemudian mengambilkan sendok baru bagi Jisung.

“Makan yang banyak, aegi. Tapi jangan lupa untuk berhati - hati.” Ujar Jaemin.

“Ya, hyung, maaf.” Balas Jisung seraya menunduk; bersalah.

Kemudian Haechan menghentikan kegiatan makannya dan berbicara, “Hey, anak kecil. Aku tahu kau khawatir soal pria Huang itu, tetapi tenang saja. Aku jamin dia masih hidup.”

“Tentu saja Renjun hyung masih hidup!” Seru Jisung di luar kepala.

Kali ini Jeno sepenuhnya beralih padanya atas intonasi suara yang tinggi. Jisung refleks menutup mulut saat menyadari perbuatannya. Ia sontak melirik Jeno dan menggumam. “Maafkan aku.”

“Aku tidak akan menerkammu, kau tahu itu.” Kata Jeno.

Jisung menghela napas. “Iya, tapi hyung akan menerkamku di mobil.”

Mendengarnya, baik Haechan maupun Jaemin langsung tersedak.

“Wah, wah, jadi begini kelakuan asli seorang Lee Jeno? Memalukan. Kau harus menghubungi ayah, Jisung-ah.” Haechan menjadi lebih berisik daripada intonasi yang digunakan Jisung sebelumnya.

“Ninuninuninu!” Jaemin memperburuk situasi. Setidaknya untuk Jeno.

Mata Jisung langsung bintang - bintang saat melihat keduanya kakaknya yang lain berada di pihaknya. Mungkin jika Renjun bersama mereka, kakaknya itu akan lebih memojokkan Jeno dan Jisung menyukainya. Ini tidak sopan, tetapi Jisung benar - benar menikmati bagaimana wajah milik Jeno akan tertekuk dan memilih diam tak berkutik.

“Uh, Jeno hyung, jangan menangis.” Jisung tiba - tiba tertarik untuk ikut menggodanya.

Di tempat, Jeno langsung menepuk dahi. “Astaga, jika Renjun pulang nanti, akan kumarahi dia karena telah membuat Jisung menjadi seperti ini.”

Bukannya jera, Jisung justru memeletkan lidah. “Tidak peduli.”

~*~*~

BROTHERS - Park Jisung ft 00 lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang