Holaaa~'
Aku kembali lagi😌✋
Kita harus memanfaatkan waktu liburan dengan baikㅋㅋㅋOh, aku pun tidak bisa lebih bangga pada karakter Jaemin setelah menulis chapter ini✨
Selamat membaca🌸🌸🌸
.
.
.
.
.
.
Jisung menatap jalan asing di hadapannya melalui jendela mobil dengan perasaan bercampur aduk; cemas, takut, marah. Buku kukunya telah memutih sejak awal Jeno menginjak pedal gas, membawanya dan Jaemin pergi meninggalkan rumah. Alunan musik yang menemani perjalanan mereka tidak membantu apa pun, justru membuat Jisung semakin tenggelam dalam suasana sedih yang tidak berhenti melingkupi hati. Jisung tidak memiliki kuasa apa pun ketika menemukan ruang kosong di sisinya setelah terjaga sepanjang malam, Haechan bahkan tidak mengucapkan salam perpisahan, pria itu pergi meninggalkannya begitu saja.
Lebih menyakitkan saat Jisung menemukan ponsel sang kakak yang menyapa lugu di atas nakas. Astaga.
Kali ini ia menerima usulan Jaemin untuk tetap berada di rumah. Jisung membiarkan dirinya berdiam diri lebih lama di kamar Haechan sembari berpikir jauh tentang waktu yang berlalu begitu cepat dan bagaimana hal ini dapat menimpanya. Masih teringat jelas dalam ingatan Jisung kala ia bercerita pada Haechan tentang kekhawatirannya akan hubungan Jeno dan Renjun, mereka yang saling berbagi cerita di atas ranjang yang sama. Haechan yang sama yang mengatakan bahwa ia merasa bahagia, lalu Jisung yang naif yang tidak bisa melihat apa pun.
Bodoh sekali. Jisung merutuki dirinya untuk detik - detik keterlambatan ini.
“Jisung?” Jaemin menoleh padanya.
Saat itulah Jisung menyadari bahwa mobil mereka telah berhenti bergerak. Ia menatap Jaemin yang mengajaknya turun. Jisung lantas mengedarkan pandangan, berharap menemukan petunjuk tentang destinasi mereka. Namun, punggung Jeno menghalangi jendela kanan mobil. Ia pun beralih pada badan kiri mobil dan melihat sebuah pagar besar.
“Ayo turun.” Jaemin membukakan pintu untuknya. Jisung menggumam terima kasih lalu menerima uluran tangan sang kakak dan bersama - sama menghampiri Jeno. Mata Jisung masih berkeliaran menatap sekitar, mereka tengah berada di sebuah halaman rumah yang sangat besar. Bahkan, bangunan yang berada di depan mereka tampak lebih pantas untuk disebut sebagai mansion ketimbang rumah.
Jisung terlalu fokus menelanjangi pemandangan hingga tidak menyadari bahwa genggamannya pada Jaemin terlepas dan lengan milik Jeno sudah melingkar pada bahunya, menuntun anak itu untuk mengekor pada Jaemin yang memimpin jalan. Saat Jisung menyadari bahwa punggung Jaemin berada di depannya, anak itu tersentak sembari melirik jari Jeno pada bahunya. Di sampingnya, Jeno hanya tertawa tanpa suara. Jisung lantas tidak bisa menahan diri untuk menunduk, anak itu memilih diam meski wajahnya memerah akibat malu. Mungkin sudah sepantasnya ia meminta maaf pada sang kakak atas tingkah sembrononya kemarin.
“Jaehyun hyung.”
Seorang pria menyembul dari balik pintu dan Jaemin menyapanya. Pria itu, Jaehyun, tersenyum lalu mempersilakan ketiganya masuk. Saat Jeno melewatinya, tatapan Jaehyun jatuh pada Jisung yang berada di lengan pria itu sebelum tanpa sadar menggumam. “Halo, Jisung.”
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHERS - Park Jisung ft 00 line
Fanfiction[TAMAT] Bersaudara itu tentang komitmen, bukan? Tentang menerima setiap pribadi yang berbeda dan menyatukannya menjadi sebuah kesatuan; keluarga. Jisung belajar banyak hal bersama hyung - hyungnya, tentang dunia yang bukan hanya berkedok istana meg...