Chapter 31; The Reasons

1.2K 193 32
                                    

Holaaa~'

Aku rindu menulis hingga meng-upload chapter ini di saat sore nanti ada kuis😂

Dalam beberapa waktu, aku memikirkan rencana seorang fedmydream, terutama bagaimana BROTHERS menjadi cerita pembuka untukku ketika kembali dalam dunia penulisan.

BROTHERS akan segera berakhir, teman - teman.

Selamat membaca🌸🌸🌸

.

.

.

.

.

.

Lampu merah yang terpampang di perempatan jalan seakan memberi Jeno kesempatan untuk merealisasikan ide dalam kepalanya. Banyak yang mengganggu pikiran pria itu sejak Jisung tetap memaksa pergi ke sekolah hari ini. Ia sudah berusaha membujuk sang adik bahwa opsi istirahat di kamar jauh lebih baik, tetapi anak itu menjadi sangat keras kepala dan enggan menurutinya. Bahkan dengan bantuan Renjun pun, Jisung tetap menolak.

Kini anak itu tengah duduk santai di kursi penumpang bersama balutan cardigan yang Jaemin berikan sebagai syaratnya lolos pergi ke sekolah.

“Apa kau yakin untuk tetap pergi ke sekolah?”

Jisung menoleh kelewat cepat. “Ini tinggal belok banget?”

“Ya, siapa tahu, kau enggan, jadi kita bisa berbelok kemana pun selain menuju arah sekolahmu.”

Jisung lantas memandang Jeno dengan datar. Dia sudah bangun pagi, rapi, dan wangi, tetapi Jeno mengajaknya untuk membolos secara tersirat selama perjalanan mereka menuju sekolah yang jaraknya kini bahkan tidak sampai 500 meter. Jisung mungkin akan memukul pria itu jika tidak mengingat sang kakak tengah mengendarai mobil.

Nope. Aku tetap ingin pergi ke sekolah.”

Jeno tidak bisa menahan diri untuk menghela napas sembari menginjak pedal gas kala lampu berganti hijau. “Ada apa, sih, di sekolah?”

Jisung pun mendecak dan melipat tangan di dada. “Padahal hyung yang selalu menyuruhku untuk belajar dengan rajin, tapi kenapa hyung seperti menahanku untuk pergi ke sekolah?” Jeno baru akan angkat suara, tetapi Jisung tidak memberikannya kesempatan. “Jika ini tentang kejadian kemarin. Hyung tenang saja, aku tidak selemah itu.”

Jeno tidak menjawab karena meski ia berkata tidak pun, Jeno tidak ingin membohongi dirinya sendiri bahwa demikianlah yang ia rasakan. Kejadian yang menimpa Jisung kemarin seakan menjadi titik di mana Jeno mempertanyakan tujuannya selama ini, atas usaha yang telah ia kerahkan, atas kekacauan yang telah ia ciptakan. Jeno mulai berandai - andai apakah Jisung bisa menerimanya, kekhawatirannya tidak berhenti meluap.

Kemudian saat mobil telah sepenuhnya menepi, Jeno hanya mampu tersenyum tipis seraya mengangguk pada Jisung yang balas menatapnya dengan sorot yang kosong.

“Tentu saja hyung tahu kau tidak selemah itu. Tapi izinkan hyung untuk menjemputmu, ya, sepulang sekolah.”

Erangan pun tidak terelakkan.

~*~*~

Rasanya aneh untuk tidak melihat sosok Chenle di ambang pintu ketika istirahat makan siang tiba. Temannya itu biasanya sudah muncul seperti induk hewan yang siap membawa anaknya pergi. Bahkan, sorakan ceria temannya itu membuat Jisung rindu bersama kebarbarannya yang menggeser pintu dengan keras. Akan tetapi, Chenle tidak ada bersamanya karena anak itu tengah izin pergi menjemput ayahnya di bandara. Jadilah Jisung hanya makan berdua bersama Yuna di kelas; Jaemin membawakannya bekal.

BROTHERS - Park Jisung ft 00 lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang