Chapter 12; New Page

1.2K 196 21
                                    

Holaaaa~'
Aku kembali. Apa seseorang merindukanku?ㅋㅋㅋ

Ada hal yang harus aku sampaikan pada semua pembacaku bahwasannya mulai besok aku akan sibuk berkutat dengan UAS. Jadi, aku mungkin akan meng-upload chapter selanjutnya setelah tanggal 23 Desember, atau lebih awal dari itu atau lebih lama, ketika semuanya telah selesai. Aku harap kalian dapat bersabar menungguku kembali dan melanjutkan cerita ini. Tolong terus dukung aku ke depannya, yaa💚

Oh, ya. Di chapter ini, tepatnya di bagian Jeno ketika melihat kilas balik memorinya, terdapat empat kalimat yang menaungi kepalanya. Empat kalimat itu berasal dari Jeno sendiri, Jaemin, Renjun, dan Haechan. Kalian tebak, yaa, sosok di balik kalimat - kalimat tersebut😝

Sekian hal yang aku sampaikan. Aku sangat berterima kasih kepada kalian semua. Ini buat kalian semua, pembacaku 💗💗💗

Selamat membaca🌸

.

.

.

.

.

.

Jisung melambai pada Yeojin yang balas melambai padanya dari dalam bus. Gadis itu awalnya berniat pulang bersama Yuna karena temannya itu telah memberikan tumpangan sejak perjalanan awal mereka, tetapi Yeojin memiliki urusan lain yang harus diselesaikan sehingga ia menempuh jalur pulang yang berbeda. Maka berakhirlah Yuna bersama Jisung di halte setelah bus melaju pergi. Keduanya tidak membuka dialog apa pun, hanya duduk dan menyaksikan langit senja selagi menunggu keluarga Yuna datang menjemput. Diam - diam Jisung bersyukur karena mereka bisa menyelesaikan tugas melukis ini dalam satu kali pertemuan. Tidak ada lagi pertemuan atau diskusi lainnya, setidaknya ia bisa tenang selama dua minggu ke depan.

“Jisung.”

Jisung menoleh. Yuna tengah menatapnya dengan sorot sendu yang nyata. “Maafkan aku.” Jangan tanyakan siapa yang kebingungan.

Helaan napas milik Yuna tampak berat, lebih cocok disebut sebagai sebuah persiapan sebelum mengakui sesuatu. Jisung tidak ingin mengambil kesimpulan, tidak di saat jantungnya berdegup dengan keras kala tatapan mata Yuna setelah terpejam sesaat menohok dirinya. Gadis itu mengetahuinya.

“Aku tidak bohong pada Yeojin ketika aku ingin ke kamar mandi, beberapa saat setelah kau pergi. Namun, ketika aku akan kembali, aku mendengar--”

“Kau mendengarnya? Semuanya?”
Yuna mengangguk meski tampak menyesal.

Jisung sendiri tidak mengatakan apa pun. Ia tidak bisa membaca apa yang ia rasakan, semuanya terlalu abu - abu. Apa yang ia harapkan? Tidak ada. Semuanya telah terjadi. Lalu Yuna? Ia tidak peduli. Temannya sudah mendengar semuanya, waktu tidak bisa berputar kembali, yang terjadi demikianlah terjadi.

“Maafkan aku jika harus berkata seperti ini. Kita bahkan hanya sebatas teman sebangku. Tapi, ada satu hal yang harus kau tahu.”

Yuna tetap melanjutkannya meski Jisung tidak mengatakan apa pun.

“Tidak ada seorang saudara yang merepotkan, seorang adik sekalipun.”

Eventhough paternal half siblings?”

Mendengarnya, Yuna tidak bisa menahan diri untuk terkesiap. Mata Jisung layaknya sebuah buku yang terbuka lebar; Yuna dapat dengan mudah membacanya. Gadis itu tidak bisa melakukan apa pun, ia bahkan terlalu terkejut setelah mengetahui fakta yang sebenarnya dari mulut sang teman. Jadi, Yuna hanya mampu menguasai diri sembari tersenyum dan mengangguk dengan lembut. “Even paternal half siblings.

BROTHERS - Park Jisung ft 00 lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang