Holaaa~'
Aku merindukan kaliaan!! Aku baru bisa update hari ini setelah berkencan begitu lama dengan tugas - tugas😌
Siapa di era Hot Sauce ini yang biasnya berubah? Atau malah makin sayang? Aku makin sayang sama mereka bertujuh, apalagi sama makhluk di bawah ini.
Aku harap kalian semua baik - baik saja, jangan lupa minum air putih, istirahat yang cukup, dan terus menebar kebahagiaan, meski hanya berupa hal sederhana, seperti tersenyum. Cintai diri kalian dan berbahagialah!! 💗🌻🍧🌊🌈
Selamat membaca🌸🌸🌸
.
.
.
.
.
.
Jisung menatap pantulan wajahnya di cermin yang berhiaskan titik - titik air. Anak itu menyambar handuk lalu beranjak keluar kamar mandi untuk segera berpakaian. Pilihannya jatuh pada satu set baju dan celana hitam dengan luaran kemeja merah bermotif sederhana. Ia menikmati tampilannya sesaat di cermin sebelum duduk untuk mengeringkan rambut. Dalam kehangatan di sela - sela rambutnya, tangannya tanpa sadar bergerak lalu berhenti, bergerak lalu berhenti, hal tersebut berlangsung nyaris sebanyak empat kali. Jisung bahkan tidak menyadari berapa lama benda tersebut menyala sedang rambutnya sudah sepenuhnya bebas dari air. Mengeringkan rambut menjadi lebih lama dari biasanya dengan pikiran yang bercabang.
Setelah suasana berubah sunyi, Jisung pun menghela napas sembari menyeret tubuhnya turun ke bawah untuk sarapan. Dari tangga, Jisung bisa melihat Jaemin dan Renjun berada di sofa tengah menonton televisi. Pada pijakan terakhir, gema pada langkahnya sukses membuat kedua kakaknya menoleh, tetapi Jaemin langsung mengalihkan pandangannya dengan cepat. Jisung terdiam, menemukan Renjun menggeleng kecil sebelum bangkit. Tanpa suara, tangan Renjun dengan lembut membawanya ke dapur.
“Aku akan menyiapkan sarapan untukmu.” Kata Renjun.
Jisung pun mengangguk lalu menarik kursi di meja makan. Tatapannya tanpa sadar jatuh pada punggung sang kakak bersama lamunan yang mulai terbentuk. Perasaan anak itu tidak kian membaik. Cabang pada kepalanya semakin panjang, bahkan kini bersama inner sulur yang mencuat dan melilit lehernya. Lebih jauh, sulur tersebut menggerakkan kepalanya untuk menoleh pada Jaemin. Napasnya tercekat. Ia tidak menangkap apa pun selain kepala sang kakak yang bergerak - gerak bersama latar musik yang menggema seantero rumah. Sekonyong - konyong, Renjun telah berada di sampingnya.
“Maaf aku tidak bisa menyiapkan sesuatu yang lain, sepertinya Jaemin lupa untuk membeli kebutuhan makanan kemarin.”
Bagai ditebas pedang, sulur - sulur di lehernya seketika pecah; lamunan buyar. Mata Jisung lantas mengerjap, menyesuaikan situasi realita. Menyadari apa yang diucapkan oleh Renjun, anak itu spontan menoleh dan menggeleng. Dua buah roti dan segelas susu menyambutnya dengan begitu lugu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHERS - Park Jisung ft 00 line
Fanfiction[TAMAT] Bersaudara itu tentang komitmen, bukan? Tentang menerima setiap pribadi yang berbeda dan menyatukannya menjadi sebuah kesatuan; keluarga. Jisung belajar banyak hal bersama hyung - hyungnya, tentang dunia yang bukan hanya berkedok istana meg...