Holaaa~'
Pssstt, tisu mungkin dibutuhkan😯
Selamat membaca🌸🌸🌸
.
.
.
.
.
.
Pepohonan besar perlahan menghilang dari mata Jisung. Semakin melaju, semakin mereka mendekati kawasan perkotaan. Liburan mereka telah berakhir di resor ayah. Kini mereka kembali menuju Gangnam, perjalanan panjang yang akan berakhir di bandara. Alunan musik dari radio mobil membuat Jisung terkantuk - kantuk. Beruntung ia berada di kursi paling belakang sehingga mampu mengangkat kaki dan tertidur. Waktu tidak berhenti berputar, sukses mengantarkannya sampai ke bandara.
Di pesawat pun tidak jauh berbeda; Jisung hanya tertidur. Kali ini lebih nyenyak karena Renjun duduk di sampingnya dan membelai rambutnya. Alam mimpi membawa semuanya menjadi lebih cepat. Jisung terbangun tepat setelah pesawat mereka selesai mendarat. Mereka lantas turun dan melangkah menuju parkiran inap tempat mobil Jeno berada.Dalam perjalanan pulang sesungguhnya, barulah Jisung terjaga karena stok kantuk yang telah habis. Sebaliknya, ia justru menemukan semua saudaranya tertidur lelap, menyisakannya bersama Jeno yang tengah fokus mengendarai mobil.
Netra Jisung fokus pada pemandangan kota metropolitan; balok - balok tinggi nan besar penunjang kehidupan. Senja memperindahnya, menelisik hati sang penikmat seni; membawanya pada ketenangan. Dahi Jisung tanpa sadar telah menempel sepenuhnya pada jendela, gumam halus terdengar sebagai bentuk kekaguman. Mungkin di lain waktu, ia akan mengajak Haechan pergi ke rooftop dan melukis pemandangan distrik Gangnam di kala senja. Mereka mungkin bisa menjadi jutawan jika Haechan menjual karya seni tersebut, sebuah jalan pintas untuknya mendapatkan nitendo baru.
Nitendo.
Mata Jisung spontan melirik Jeno yang tidak terusik, memandang punggungnya yang tegap membawa semua orang menuju rumah. Ia telah menjalankan perannya sebagai kakak yang baik, bukan? Lantas apakah kata penjahat pantas untuk Jisung sematkan?
Fokus Jisung kembali pada pemandangan, tetapi dengan sumbu pikiran yang berbeda. Jisung tidak mengira bahwa rahasia yang Haechan bagi bersamanya akan membawa dampak yang besar. Jisung membayangkan rasa sakit yang telah Haechan pendam bersama luka - luka di lengan terbukanya, dan jika ia berada di posisi sang kakak, ia mungkin memilih untuk menyerah. Akan tetapi, sang kakak tidak menyerah. Haechan justru berteman dengan rasa sakitnya sendiri.
“Aku hanya ingin sebuah keadilan, terutama untuk Renjun dan dirimu.”
Adalah kalimat terakhir yang Haechan berikan padanya sebelum menghilang dari balik pintu kamar. Jisung masih menyimpannya dalam hati.
Jika demikian, lantas apa makna keadilan bagi Jeno, Jaemin, dan Haechan sendiri dalam situasi ini?
Kepala Jisung semakin berkelana jauh, melewati awan - awan yang perlahan kehilangan warna. Apakah setelah semua orang tahu bahwa rahasia mereka terbongkar, mereka akan baik - baik saja? Atau sesuatu akan berubah? Jisung tidak tahu. Jisung selalu mendapatkan apa yang ia inginkan selama ini; kasih sayang. Kemudian kala afeksi tersebut berubah menjadi sesuatu yang dibuat, Jisung tidak yakin sang empu akan menikmatinya. Jisung tidak yakin semua saudaranya baik - baik saja atas peran yang telah ditentukan. Menyayanginya, huh?
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHERS - Park Jisung ft 00 line
Fanfic[TAMAT] Bersaudara itu tentang komitmen, bukan? Tentang menerima setiap pribadi yang berbeda dan menyatukannya menjadi sebuah kesatuan; keluarga. Jisung belajar banyak hal bersama hyung - hyungnya, tentang dunia yang bukan hanya berkedok istana meg...