Holaaa~'
Kita akan memasuki bagian kedua dari pre-chapternya Haechan. Jadi, pre-chapter dia itu yang paliing panjang, tapi dijamin seruu kok ^^Okeee, selamat membacaa~'
.
.
.
.
.
.
Bel pulang berbunyi menyuarakan kesenangan para siswa yang jenuh atas pembelajaran sepanjang hari. Berbeda dengan anak tingkat dua maupun tingkat tiga, anak tingkat satu justru tidak mengalami tekanan apa pun karena masih dalam proses pengenalan lingkungan sekolah. Nyaris selama setengah hari, waktu digunakan untuk mengenalkan para pengajar dan metode pembelajaran yang digunakan. Mereka baru akan menjalani pembelajaran sebenarnya esok hari dibarengi oleh penjadwalan bimbingan belajar di malam hari.
Di kelas, Jisung diam - diam memperhatikan Yuna yang begitu semangat merapikan mejanya. Mata gadis itu tampak bintang - bintang.
“Ayo, Jisung!” Yuna berbeo cukup keras.
Beberapa anak tampak menoleh dan memberikan pandangan, tetapi semenjak semua anak tahu bahwa keduanya berada di ekstrakulikuler yang sama, tidak ada lagi pandangan sinis yang diterima Jisung dari kaum pria. Oke, ini sangat klasik dan drama, tetapi Yuna memang populer karena kecantikannya.
Jisung pun mengangguk dan menggaet tas. Dirinya dan Yuna pun pergi meninggalkan kelas lalu beranjak pergi ke ruang seni yang berada di gedung ketiga. Itu berarti mereka harus turun tangga, melewati empat koridor, dan menaiki tangga. Cukup memakan waktu karena lorong begitu penuh dan beberapa kali langkah keduanya terhambat.
“Jisung-ah, kau melukis dengan teknik apa?” Tanya Yuna dalam rangka membuka dialog saat lorong perlahan sepi.
Jisung mengangkat kedua bahunya canggung. “Aku baru saja belajar bersama kakakku semalam, hanya sebatas teknik aquarel.”
Yuna mengangguk. “Teknik aquarel memang bagus untuk pemula. Warna yang dihasilkan cenderung tipis dan lembut. Nantinya jika kau sudah menguasai itu, semua teknik lain yang akan kau pelajari akan terasa mudah.”
Keduanya lantas larut dalam obrolan hingga tanpa sadar telah sampai di depan ruang seni. Beberapa anak sudah ada di dalam dan mereka hanya tinggal menunggu senior beserta pembimbing untuk datang. Tidak ada pembicaraan berarti di luar basa - basi karena dominan pengisi ruangan adalah anak kelas sepuluh.
Jisung pun hanya berdiam diri di kursi yang telah disediakan, sedang Yuna berada di sampingnya tengah asyik dengan ponselnya. Tiba - tiba saja ucapan milik Haechan melintas dalam kepalanya.
“Mengapa? Cinta bukanlah sebuah kesalahan.”
Bagaimana Jisung harus menjabarkannya? Perasaan senang dan aneh yang menyengat dalam dada sejak pertama kali ia melihat Yuna adalah satu - satunya bukti yang mengantarkannya pada definisi cinta. Namun, benarkah demikian? Jisung pikir cinta itu memiliki ragam varian, salah satunya cinta antar saudara. Jisung menemukannya sebagai perasaan yang tulus, menenangkan, dan aman. Anak itu merasakan hal tersebut setiap kali ia melihat interaksi saudara - saudaranya di rumah.
Kemudian tanpa sadar Jisung menatap Yuna yang kini tengah tersenyum di hadapan layar ponselnya untuk berselca. Saat itulah jantungnya berdegup kencang. Astaga, ini memalukan.
“Ada apa, Jisung-ah?”
Yuna tepat menoleh di saat wajahnya tengah memerah malu. Jisung spontan menggeleng sebelum menenggelamkan kepalanya di tas, memalukan sekali. Yuna hanya menatap anak itu dengan satu alis terangkat sebelum terkekeh dalam diam. Seandainya Jisung tahu, ada tatapan jenaka yang terselip di kedua bola mata gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHERS - Park Jisung ft 00 line
Fanfiction[TAMAT] Bersaudara itu tentang komitmen, bukan? Tentang menerima setiap pribadi yang berbeda dan menyatukannya menjadi sebuah kesatuan; keluarga. Jisung belajar banyak hal bersama hyung - hyungnya, tentang dunia yang bukan hanya berkedok istana meg...