Chapter 10; Tacenda

1.3K 202 14
                                    

Holaaa~'
Aku kembalii💗
Aku bahagia sekalii, kita semua bahagiaa, aku yakin itu. Daesang pertama untuk NCT. Ayooo kita berjuang untuk meraih daesang - Daesang lainnya, oke? Semangaaat💚

Selamat membaca🌸

.

.

.

.

.

.

"Wah, model - model ini.. milik Yuna?"

Jisung telah kembali dari kantor ayah dan langsung berlari menuju kamar Haechan yang tengah terbuka begitu sampai di rumah. Kondisi sang kakak rupanya telah membaik dan tampak asyik tertawa bersama ponselnya. Pria itu menyambut kepulangan Jisung dengan antusias, mengajaknya untuk ikut bergabung di atas ranjang dengan syarat mengganti seragam sekolahnya terlebih dahulu. Anak itu pun menyanggupinya dengan semangat; Jisung meninggalkan tasnya di kamar Haechan dan berlari menuju kamarnya di lantai dua--Jaemin mengomel karena ia berlari di tangga--lalu kembali dengan sweater oversized berwarna biru langit. Tanpa babibu lagi, ia pun memberikan model - model lukisan milik Yuna pada sang kakak.

"Ya, bagus'kan?"

Haechan mengangguk. "Dia anak yang berbakat."

Kemudian Jisung pun menjelaskan semuanya, perihal tugas kelompok mereka dan rencana mengajak sang kakak untuk ikut berpartisipasi. Jisung bersyukur karena respons Haechan sangat positif dan pria itu tanpa ragu menyetujuinya. Acara mingguan mereka lantas dialihkan menjadi pertemuan kelompok.
Kala Haechan sibuk menelaah lebih lanjut model - model gambar di tangannya, Jisung tanpa sadar memainkan ujung pakaian pria itu, sukses menarik atensi sang empu.

"Ada apa, jagoan?"

Jisung menggigit bibir bawahnya. "Um.. Aku ingin bercerita pada hyung."

"Kau tahu, hyung akan selalu mendengar semua keluh kesahmu'kan?" Ucapan Haechan sontak menghantarkan sensasi hangat pada perasaannya.

Jisung kemudian mengubah posisi tubuhnya; berbaring dengan kepala bertumpu pada paha milik sang kakak yang tengah duduk bersila. Sorot tatapannya berubah, lolos pada langit - langit kamar sekaligus bertemu dengan berbagai spekulasi yang turun bagaikan rintik hujan.

"Renjun hyung dan Jeno hyung. Siapa yang paling hyung percaya?"

"Tidak keduanya."

Jisung langsung mendengus tatkala Haechan hanya terkikik. "Hyung, aku serius."

"Hyung juga serius. Mereka berdua itu tukang bohong, tidak bisa dipercaya. Jangan percaya pada keduanya, Jisung. Kau bisa ketularan, hih."

"Berarti hyung tidak percaya jika Jeno hyung akan melanjutkan studi ke luar negeri?"

Haechan menggeleng. "Tentu saja. Kita semua tahu betapa Jeno belajar mati - matian untuk bisa masuk ke universitas saat itu. Dia tidak mungkin membuang hasil jerit payahnya begitu saja."

Jisung mengambil sudut pandang Haechan dan menggumam mengerti. Itu masuk akal. Mungkin jika Jeno ingin melanjutkan studi ke luar negeri, dia tidak perlu bersusah payah belajar untuk masuk universitas di Korea. Lagi pula, Jisung sendiri yakin ayah bisa membuat Jeno hyung masuk universitas mana pun di luar negeri dengan mudah. Keluarga mereka kelebihan finansial.

"Sepertinya kau mengetahui sesuatu, ya?"

"Aku baru saja mengunjungi ayah."

Haechan tersentak. "Ayah ada di Korea? Di kantor?" Jisung mengangguk. Ia menemukan wajah Haechan tertekuk sedih dengan bibir mengerucut. "Hmm, mungkin aku juga harus bertemu dengan ayah."

BROTHERS - Park Jisung ft 00 lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang