Holaaa~'
Aku kembali lagi dalam waktu yang singkat. Aku senang sekali, semoga aku bisa terus melakukan fast update🤗💚
So.. #NCT2020IsCOMING
Hihi, selamat membaca~🌸
.
.
.
.
.
.
Jisung terbangun dengan perasaan berat yang membuatnya semakin betah berlama - lama di ranjang. Hari minggu seharusnya menjadi hari yang menyenangkan baginya, lebih menyenangkan karena kali ini Haechan mengorbankan waktu mereka untuk mencari Renjun. Namun, setelah apa yang ia lalui semalam, Jisung merasa semua tenaganya terkuras habis. Ia bahkan tidak bisa menoleh untuk sekadar mematikan lampu berbentuk bulan di nakas meja. Matanya justru kembali terpejam, menikmati bagaimana tubuhnya menyerah.
“Berhenti membela pria itu dan jika dia memang ingin pergi dari rumah ini, maka pergilah!”
Jisung bukanlah tipe orang yang sentimental terhadap sesuatu. Ia menyadari takdir dalam hidupnya begitu sulit sehingga ia memilih untuk membiarkan semuanya mengalir. Mereka semua terlahir dalam luka yang sama dan saling berdiri untuk melindungi satu sama lain, setidaknya itu yang Jisung dapat simpulkan selama hidup di rumah ini.
Namun, ucapan Jeno benar - benar menghancurkan pandangannya.
Dia tidak pernah menyadari bahwa di balik tawa mereka, canda mereka, senyum mereka, tersimpan sesuatu yang lebih gelap. Di matanya, Jeno memang tampak seperti pria yang kaku, tegas, dan dingin, tetapi bersamanya, Jisung belajar banyak hal, salah satunya menghargai seseorang. Jisung tidak pernah menemukan Renjun berada di dalam situasi yang sulit. Mereka semua tinggal bersama, bergurau satu sama lain, dan berpikir bahwa kata - kata bukanlah sesuatu yang perlu diambil dengan serius. Akan tetapi, belakangan ini Jisung sadar jika kakak kesayangannya tersebut terkadang mendapat perlakuan yang berbeda.
Jeno sungguhan membuktikan semuanya semalam. Jisung tidak habis pikir, bagaimana kakaknya itu tega membiarkan Renjun menghilang begitu saja? Apa yang Renjun lakukan padanya? Apa yang sebenarnya terjadi?
Jisung mungkin akan tenggelam lebih lama dalam pikirannya jika saja seseorang tidak mengetuk pintu kamarnya. Karena tidak ada jawaban, sang terdakwa memilih masuk ke dalam. Jisung pura - pura menutup mata, bertingkah seakan - akan ia tengah terlelap.
“Jisung-ah.” Suara Jaemin terdengar sangat lelah entah mengapa.
Jisung masih nyaman berakting, jadi ia tetap diam. Kemudian ia bisa rasakan Jaemin duduk di bibir ranjang, tangannya bergerak di antara dahinya; memberi usapan lembut.
“Uri Jisung-ieeeee.” Jisung langsung merengek saat tangan tersebut tiba - tiba turun untuk mencubit pipinya dengan keras.
“Ayo bangun, kau harus sarapan. Kau akan menemukan Renjun hari ini.”
Mata Jisung terbuka perlahan. “Apa aku bisa melakukannya?”
Jaemin mengangguk dengan mantab. “Tentu saja kau pasti bisa melakukannya. Kami semua akan bangga padamu.”
Mendengarnya, Jisung pun tersenyum kemudian mengubah posisinya menjadi duduk. Jaemin menunggunya untuk siap bangkit lalu menerima uluran tangan untuk bersama - sama pergi ke bawah. Di meja makan, Haechan tampak bersemangat menata piring - piring koleksinya. Dilihat dari warnanya, sepertinya itu piring baru. Jisung terkadang tidak mengerti akan kesukaan sang kakak dalam hal mengoleksi piring dengan berbagai desain yang tertuang. Memang bagus, tetapi menurutnya itu hanya menghamburkan uang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHERS - Park Jisung ft 00 line
Fanfiction[TAMAT] Bersaudara itu tentang komitmen, bukan? Tentang menerima setiap pribadi yang berbeda dan menyatukannya menjadi sebuah kesatuan; keluarga. Jisung belajar banyak hal bersama hyung - hyungnya, tentang dunia yang bukan hanya berkedok istana meg...