[1/2] Pre-chapter; Haechan

3.7K 315 21
                                    

Holaa~'
Kita akan memasuki pre-chapter kedua, yaitu Lee Haechan sebagai kakak ketiga Park Jisung.

Spesial untuk Haechan, dia menjadi satu - satunya karakter yang mendapatkan dua bagian pre-chapter, yuhuuu🎉

Aku harap kalian menyukainya. Selamat membacaa💗

.

.

.

.

.

.

“Terima kasih, Jisung-ssi. Aku bisa pastikan kartu perpustakanmu sudah ada besok.”

“Terima kasih kembali, sunbaenim.”

Kakak pembinanya, Lee Soora, pun membungkuk untuk terakhir kalinya sebelum beranjak pergi. Jisung menatap surai gadis itu sembari menghela napas lalu tanpa sadar mengusap dada, masalah telah teratasi, mungkin sepulang sekolah nanti Jisung akan mampir ke supermarket untuk membelikan Jeno es krim sebagai ucapan terima kasih.

Jisung tersenyum membayangkan reaksi sang kakak sembari mempercepat langkahnya di tangga. Sebelum tidur, Jisung berdoa dengan sungguh - sungguh agar Tuhan tidak memberikannya kelas saat masa MOS lalu; kelas terjauh nan terpojok. Maha Baik, Tuhan mengabulkan doanya dengan kabar bahwa kelas Jisung berada di lantai dua, tepatnya di gedung pertama alias gedung tingkat terdekat dengan pagar utama. Matanya langsung tertuju pada papan yang tergantung dekat pintu, 10-C. Tanpa ragu, ia menggeser pintu bercat putih tersebut.

Begitu terbuka, Jisung langsung mendapat sambutan puluhan mata yang sarat akan penasaran. Anak itu tanpa sadar tersenyum kecil lalu membungkuk pelan. Beberapa anak berdiri dan balas membungkuk, sedangkan sisanya membungkuk di kursi masing - masing. Jisung lantas mencari kursi miliknya.

Park Ji Sung

Uwaw, Jisung tidak menyangka ia akan mendapatkan bangku kedua dari depan, barisan ke dua dari kiri. Tidak terlalu buruk, setidaknya ia mendapat pencahayaan yang baik. Menurutnya, akan sangat mengganggu konsentrasi jika harus belajar di tempat yang gelap. Jisung kemudian melepaskan tasnya dan menyampirkannya di sisi kanan meja. Setelah duduk, matanya melirik nama yang akan menjadi teman sebangkunya.

Shin Yu Na

Tanpa sadar sudut bibirnya terangkat, “Jaemin hyung pasti akan menjerit saat mengetahui hal ini.” Jisung lantas terkekeh, kepalanya menggeleng kecil sebelum tangan mengambil earphone dari kantong. Mendengarkan musik bukanlah hal yang buruk, setidaknya untuk mengisi kekosongan waktu.

Jisung mulai sibuk dengan ponselnya sampai kursi di sampingnya berderit. Ia menoleh, menatap seorang gadis dengan rambut cokelat gelap yang terkuncir rapi. Tubuh yang membelakangi cahaya bagai kebetulan yang memuaskan, bagaimana Jisung dapat melihat elok wajah gadis itu dalam garis yang nyata, ia nyaris tidak berkedip saat Yuna menatapnya dengan rambut terkibas lembut. Ribuan helai menyongsong ke berbagai arah seakan menggerakkan cahaya matahari.

“Ini.”

Waktu seakan berhenti. Jisung menatap kaku sebuah camilan, seperti milik Jaemin yang berada di kulkas, di tangan Yuna. Gadis itu menunggu Jisung untuk mengambilnya, tetapi setelah melihat reaksi pasif sang anak, tanpa sadar kedua sudut bibirnya tertekuk dan memilih untuk menyimpannya di meja sang empu. Saat itulah Jisung tersadar.

BROTHERS - Park Jisung ft 00 lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang