Holaaaa~'
Akhirnya kita akan memasuki chapter satu dari cerita inii, baksuuu👏👏👏
Sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih banyak atas semua dukungan kalian selama pre-chapter berlangsung. Vote dan komentar kalian benar - benar memberikan aku semangat untuk terus menulis, dan tentunya melanjutkan cerita ini.
Tolong dukung aku ke depannya juga, yaa🌸🌸🌸 *peluuk peluuuk*
Oh, ya, aku mau kasih spoiler, nii😌😌
Alur BROTHERS akan dipenuhi oleh konflik - konflik pendukung. Sejujurnya, aku sendiri bahkan bingung di bagian mana aku harus menentukan bahwa itu adalah sebuah konflik utamaㅋㅋㅋ karena jujur saja, konflik yang kusajikan bisa dibilang, umm.. berat? But that was my opinion, tolong berikan aku komentar akan hal itu, okeee😌🤣So, tidak perlu berlama - lamaa. Selamat membacaa💛💛💛
.
.
.
.
.
.
Jisung nyaris kehilangan detak jantungnya saat Jaemin mendobrak pintu rumah tanpa salam dan berteriak kelewat kencang. Tidak Jisung, hampir semua orang, bahkan jeritan Haechan terdengar dari arah dapur. Jeno yang berada di samping Jisung sudah bersiap untuk mendamprat anak itu jika saja ia tidak berseru dengan keras."Ibu akan berkunjung besok, ninuninuninu!"
Renjun tiba - tiba muncul dari taman belakang. "Ibu itu ada banyak. Ibu siapa kali ini?"
Haechan mendramatisir keadaan dengan kedatangannya yang terlalu tepat untuk melanjutkan ucapan Renjun. "Jika ada sirine, maka jelas itu adalah ibunya Jeno! Matilah kita semua!"
Lalu sang empu menjerit kala Jeno bangkit untuk menerkamnya, sukses meninggalkan Jisung di sofa dengan perut terkocok; tawa yang meledak. Jaemin menghela napas sebelum melepas mantel.
"Meski ibu ada banyak, coba tebak siapa yang memanggil ibu?"
"Kau dan Haechan."
Jaemin menepuk tangan dalam satu ketukan. "Exactly! Ibuku akan berkunjung besok."
Kemudian Jisung menjadi heboh karena berteriak kesenangan. Jaemin mendekatinya dan memberikan kecupan ringan di pucuk kepala. Renjun tanpa sadar tersenyum lalu bergabung untuk mendekap keduanya. Kemudian Haechan datang dengan tangis inner bersama Jeno yang mencengkeram kerah bajunya.
"Ibunya Nana Hyung akan datang! Yeay!"
Ekspresi Haechan seketika berubah. "What? Wanita dengan segudang permen itu?"
"Aku mendengarmu, Haechan." Sambat Jaemin tidak terima.
"Haruskah kita membereskan rumah sekarang? Atau membeli sesuatu?" Tanya Jeno dengan sorot khawatir.
Renjun berdeham. "Kita tidak perlu khawatir, ibunya Jaemin tidak akan memikirkan hal seperti itu. Kita cukup tertawa dan bersenang - senang maka beliau juga senang. Tidak seperti, uhuk!"
"UHUK!" Haechan melirik Jeno terlalu intens.
Mata Jeno sontak merotasi dengan kesal. "Kalian terlalu banyak menonton drama, ibuku tidak seburuk itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHERS - Park Jisung ft 00 line
Fanfiction[TAMAT] Bersaudara itu tentang komitmen, bukan? Tentang menerima setiap pribadi yang berbeda dan menyatukannya menjadi sebuah kesatuan; keluarga. Jisung belajar banyak hal bersama hyung - hyungnya, tentang dunia yang bukan hanya berkedok istana meg...