Holaaa~'
Karena bulan depan sudah UAS, aku khawatir chapter ini adalah chapter terakhir sebelum dilanjut di akhir bulan depan nanti. Mohon pengertiannya yaa, teman - teman😚
Selamat membaca🌸🌸🌸
.
.
.
.
.
.
Jaemin menyeruput green tea frappe-nya dengan lambat, nyaris mempermainkan minuman tersebut dalam sedotannya; naik-turun. Pria itu menyesal karena memakai mantel pemberian Renjun tanpa mengeceknya terlebih dahulu. Mantel yang pria itu berikan bukanlah mantel miliknya; mantel khusus dengan desain kantung tersembunyi sebagai tempat penyimpanan permen. Kini ia harus merogoh kocek untuk memenuhi kebutuhan gulanya dengan memesan minuman di kafe seberang restoran tempat Jisung pergi. Jaemin tidak bisa mampir ke supermarket karena harus memastikan eksistensi sang adik tidak lepas dari pengawasannya.
Sudah terhitung tiga puluh menit dan tidak ada tanda - tanda Jisung pergi meninggalkan restoran. Entahlah, mungkin adiknya itu diam - diam pergi berkencan dengan Yuna. Namun, di restoran keluarga? Jaemin meragukan hal tersebut. Di hari minggu, Jisung seharusnya pergi melukis bersama Haechan. Akan tetapi, Haechan sendiri telah mengurung diri di kamar selama beberapa hari belakangan. Entah apa yang dialami kakaknya tersebut, Jaemin belum sempat mengeceknya, hanya Renjun yang senantiasa pergi ke kamarnya untuk mengantarkan makanan. Bahkan, Jisung tidak memiliki waktu karena terikat tugas - tugas sekolah.
Lebih dari satu jam, green tea frappe telah menipis. Jaemin baru akan memesan minuman yang lain sampai ia melihat sang adik keluar restoran dengan sedikit tergesa - gesa. Ia tepat berada di lantai dua kafe, berdinding kaca dan menghadap langsung ke arah restoran sehingga ia bisa memantau semuanya dengan jelas. Pria itu bahkan dapat melihat kesakitan dalam ekspresi Jisung.
"Apa yang terjadi?" Jaemin menggumam tanpa suara saat melihat Jisung berlari menyeberangi jalan, matanya tampak fokus terhadap sesuatu. Ia mencoba mengikuti arah pandang sang adik dan menemukan seorang gadis tengah menerima panggilan seraya menangis. Dahinya spontan berkerut, gadis itu bukanlah Yuna.
Saat Jisung menghilang dari area pandangnya, Jaemin segera bergegas turun untuk mengikuti keberadaan sang adik. Pria itu mendorong pintu kafe dengan pelan, sekadar memastikan bahwa posisi Jisung tidak berada dekat dari tempatnya. Napas lega lantas meluncur saat melihat posisi sang adik yang sedikit jauh dari kafe. Jaemin memutuskan untuk berdiam diri di sisi dinding bangunan seraya mengeluarkan ponsel sebagai kamuflase. Matanya sesekali melirik untuk memastikan eksistensi kedua insan tersebut.
Jaemin tidak mengenal gadis itu. Bahkan, adegan yang mereka suguhkan pun terasa amat janggal di matanya. Mereka seperti sepasang kekasih yang tengah bertengkar. Di tengah kegiatannya menyimak, seorang pejalan kaki tampak mengaduh karena seorang pria menabraknya, hal tersebut terjadi di hadapan Jaemin dan pria itu tanpa sadar ikut mengaduh, jelas menyayangkan kecerobohan pria tersebut. Bukannya meminta maaf, pria muda tersebu justru tetap berlari. Jaemin semakin kebingungan saat menyadari pria tersebut tengah mendekati adiknya.
"Sunghoon!"
Mata Jaemin spontan terbelalak saat menyaksikan adiknya jatuh tersungkur dengan keras di trotoar setelah pria mendorongnya. Tidak tertahan, Jaemin langsung berteriak. "Yak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHERS - Park Jisung ft 00 line
Fanfiction[TAMAT] Bersaudara itu tentang komitmen, bukan? Tentang menerima setiap pribadi yang berbeda dan menyatukannya menjadi sebuah kesatuan; keluarga. Jisung belajar banyak hal bersama hyung - hyungnya, tentang dunia yang bukan hanya berkedok istana meg...