Chapter 24; Brave

1.3K 197 26
                                    

Holaaa~'

Aku kembalii🌻

Ada banyak hal yang ingin kusampaikan pada kalian semua. Jadi, sejak tanggal 1 Maret, aku sudah aktif kuliah secara daring lagi, teman - teman. Karena hal itu, kemungkinan besar, aku akan mulai fokus dengan kegiatan pembelajaran. Tapi aku bakal usahain nyempatin waktu buat nulis dan tentunya, update💗

Oh, ya. Sebenarnya chapter 24 ini sudah selesai sebelum tanggal 1 Maret, tinggal aku revisi aja. Tapi nyatanya, aku harus beradaptasi dengan satu minggu awal perkuliahan setelah libur panjangㅠㅠ jadi, aku baru bisa update sekarang 🙏

Terima kasih bagi kalian semua yang masih setia nunggu cerita ini berlanjut. Dan selamat datang juga buat para pembaca baru, terima kasih karena sudah mampir💞💞

Selamat membaca🌸🌸🌸

.

.

.

.

.

.

Jisung berpikir bahwa keputusannya untuk bergabung dalam kegiatan makan malam adalah pilihan yang tepat. Kehadirannya sukses menghasilkan perubahan suasana yang drastis. Setelah beberapa hari tanpa interaksi berarti, Jisung tahu hatinya akan selalu merasa kosong. Dan puncaknya, kala ia melihat semua saudaranya kembali berkumpul untuk makan malam, Jisung tidak bisa menahannya lagi. Anak itu lantas bergabung bersama secercah harapan pada setiap mata yang memandang.

Jeno menjadi orang pertama yang memberikannya sambutan; pria itu tersenyum seraya mempersilakannya duduk. Kemudian menular disusul pekikan Haechan, ocehan khas Jaemin, dan pandangan hangat Renjun.

Jisung kira akan berakhir canggung, tetapi nyatanya, ia menikmatinya. Denting - denting halus peralatan makanan tidak lagi meninggalkan perasaan takut. Anak itu juga bersyukur saudaranya memilih tak peduli kala kebiasaan lamanya muncul; memperhatikan orang - orang.

Dalam beberapa suapan terakhir, Renjun tiba - tiba angkat suara. Pria itu tersenyum kecil sembari menatap adik - adiknya. “Aku ingin mengajak kalian ke suatu tempat.”

“Hyung, serius?” Aku Haechan.

Jeno langsung memejamkan mata sedang Jaemin tersedak keras. Di tempat, Jisung sudah menahan tawa saat melihat Renjun membeku dengan ekspresi masam yang kentara. Tidak tertahan, yang tertua di sana lantas menginjak kaki terdakwa di bawah meja.

“Berhenti memanggilku hyung.”

Jaemin yang baru selesai meneguk segelas air spontan mengusap kedua telinganya dengan dramatis. Garis wajahnya mengendur suram. “Aku pikir seseorang baru saja memotong telingaku.”

Jisung tidak bisa menahannya lagi, ia akhirnya tertawa sembari menunjuk wajah Jaemin yang memerah dan Renjun yang berengut kesal secara bergantian. Untuk pertama kalinya, atas semua hal yang terjadi, tawa anak itu berhasil menghantarkan hangat pada setiap pemilik hati. Jeno bahkan tertegun hingga nyaris kehilangan fokus, pikirannya melayang jauh pada setiap momen di mana mereka dapat tertawa lepas seperti ini; kebahagiaan.

“Renjun hyuuung.” Haechan semakin menggodanya dan ikut tertawa bersama Jisung. Keduanya tiba - tiba melakukan kontak mata sebelum saling ber-highfive.

BROTHERS - Park Jisung ft 00 lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang