Shayra sedang tidur siang setelah menghabiskan banyak makanan sebagai porsi sarapannya. Pada saat terbangun ia kaget dan heran.
Seingatnya sebelum tidur ia sedang berada dalam kamar Adien. Duduk sebentar agar makan yang baru saja dihabiskan olehnya tak keluar atau dimuntahkannya saat berbaring. Setelah merasa cukup barulah Shayra berbaring dan tak lama kemudian tertidur karena ia memang sudah teramat mengantuk.
Namun saat ini tempat Shayra terbangun bukanlah kamar Adien, tapi kamar lain yang terlihat lebih besar dan luas ketimbang kamar Adien.
Shayra mengerut bingung terlebih saat banyak gaun pengantin berjejer dalam kamar tersebut dan seperangkat lain sejenisnya.
"Duh Shayra kamu ini, membuat Mama khawatir saja! Lain kali jangan makan terlalu banyak ya, Nduk! Kasian adik iparmu panik karena ulahmu satu ini. Mama sampe di telepon dan berpikir kamu kenapa-napa tadi," jelas Mamanya.
Shayra mengangguk dan tidak membantah. Bukan karena ia memang ingin menurut akan tetapi akhir-akhir ini Shayra merasa malas berdebat.
"Ingat baik-baik kata Mamamu ini, jangan cuma menganguk mengiyakan tapi dalam pikiranmu kamu tak setuju!" Pringat Mamanya.
"Iya Ma."
"Jangan cuma iya, iya, Shayra!"
"Ok, Ma."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaimana Mungkin? [END]
General FictionShayra Anindya terpaksa harus menikah dengan Adien Raffasyah Aldebaran, demi menyelamatkan perusahaan peninggalan almarhum ayahnya yang hampir bangkrut. "Bagaimana mungkin, Mama melamar seorang pria untukku, untuk anak gadismu sendiri, Ma? Dimana-ma...