Shayra Anindya terpaksa harus menikah dengan Adien Raffasyah Aldebaran, demi menyelamatkan perusahaan peninggalan almarhum ayahnya yang hampir bangkrut.
"Bagaimana mungkin, Mama melamar seorang pria untukku, untuk anak gadismu sendiri, Ma? Dimana-ma...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gara-gara insiden menghajar Aurin tanpa belas kasihan, Shayra hampir saja mendekam dibalik jeruji besi. Akan tetapi hal itu tak terjadi, sebab Adien sudah lebih dahulu mengatasinya dengan uang serta kekuasaan yang dimiliki olehnya.
Tentu saja. Ada uang dan kekuasaan, semuanya terselesaikan. Lagipula memangnya masalah apa lagi yang berani berulah jika sudah begitu?
Kenyataannya kini Aurin bahkan tak lagi berani mendekati Adien dan sedikit mengalami trauma setelah kejadian naas yang menimpanya.
Untuk satu hal ini dia trauma bukanlah karena diancam Adien, melainkan ingatan kejadian mengerikan penyiksaan Shayra terhadapnya. Aurin menjadi ngeri dan takut sehingga ia memilih mundur teratur.
Tapi perlu diketahui bahwa wanita semacam Aurin yang terkenal agresif dan suka menggoda iman Adien itu belum menyerah. Hei dia hanya mundur teratur bukan mundur berhenti selamanya! Artinya seorang Aurin masih punya segudang rencana lainnya yang lebih baik daripada yang sebelumnya.
Mundur perlahan kebelakang, ambil ancang-ancang kemudian barulah menyerang. Kira-kira begitulah strategi yang Aurin rencanakan. Hm, untuk beberapa waktu Aurin sudah putuskan agar menjauhi Adien dan bila tiba waktunya dia akan kembali merebut serta mengambilnya dari Shayra.
Tak ada yang boleh menghalanginya, bahkan jika dirinya telah trauma dengan pemilik Adien yakni Shayra. Seorang Aurin pantang menyerah sebelum mendapatkan tujuannya.
"Aku tidak bisa melawan wanita gila itu secara langsung, terlebih lagi selain sinting, dia juga dalam perlindungan Adien sayangku. Hm ...." Aurin menyeringai sambil tersenyum aneh dan mengerutkan dahinya berpikir. "Wanita itu sepertinya mempunyai ilmu jambak-jambakan tingkat tinggi, jadi aku tidak bisa menghadapinya, tetapi meski begitu aku takkan menyerah! Aku akan melawannya dan akan merebut Adienku dari tangannya!"
"Dalam keadaanmu yang begini, apa kau masih berani begitu yakin?" Tanya seorang pria yang terlihat bersamanya berada di dalam ruang rawat pasiennya.