Shayra membuka pintu dan memasuki ruang kerjanya Adien dengan seenaknya dan langsung menyeru, "kata Mas Raga, Aku boleh bekerja di ruang mana saja yang Aku inginkan diperusahaan. Benarkah?!"
Adian yang sibuk berkutat dengan dokumen mengangguk acuh tanpa menoleh sama sekali. Bukannya pria itu tak perduli dengan Shayra, tapi jujur saja dia memang tak perduli dengan ocehan Shayra yang menurutnya tidaklah penting.
"Jadi Aku boleh bekerja di ruangan ini?" Lanjut Shayra memastikan.
Lagi-lagi Adien hanya menjawabnya dengan anggukan tanpa melihat ke arah orang yang mengajaknya berbicara.
Beruntungnya Shayra tidak mempermasalahkan hal itu dan malah melanjutkan perkataannya, "kalau begitu apalagi yang kamu tunggu?"
Adien mengerutkan dahinya dan mengangkat kepala untuk menatap Shayra dengan tidak mengerti.
"Maksudnya?" Tanya Adien kebingungan.
Hal itu membuat Shayra berdecak dan dengan sebaliknya wanita yang sedang mengandung itu menghentak kakinya kesal dengan keras ke lantai sambil berjalan ke sofa. Kemudian duduk di sana sambil menatap Adien dengan kesal entah karena apa.
"Iih, gitu aja kamu nggak ngerti sih? Kalau Aku bekerja di ruangan ini, terus melakukan mana? Cepat perintah staf atau apalah untuk menyiapkan meja agar Aku bisa bekerja di tempat ini.
Berikutnya Adien mengangguk mengalah dan menekan egonya. Daripada berdebat, pria itu memilih menuruti kemauan istrinya. Sehingga apapun yang diinginkan oleh Shayra, beberapa saat kemudian sudah ada di depan matanya.
Namun bukannya Shayra bekerja sesuai perkataannya, wanita itu malah sibuk dengan sinetron favoritnya. Adien yang menyaksikan hal itu, membiarkannya saja. Teringat perkataan Lisa adik perempuannya yang pernah memberinya nasihat agar menjadi lebih sabar ke depan hari. Bagaimana pun juga mood wanita hamil itu memang dibeberapa keadaan suka sekali membuat orang lain sebal dan Adien tidak boleh memarahinya, atau hal yang lebih buruk bisa saja terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaimana Mungkin? [END]
Fiction généraleShayra Anindya terpaksa harus menikah dengan Adien Raffasyah Aldebaran, demi menyelamatkan perusahaan peninggalan almarhum ayahnya yang hampir bangkrut. "Bagaimana mungkin, Mama melamar seorang pria untukku, untuk anak gadismu sendiri, Ma? Dimana-ma...